Mengenal Smiling Depression atau Depresi yang Tersenyum
Apa itu Smiling Depression?
Smiling depression atau depresi yang tersenyum adalah kondisi ketika seseorang terlihat bahagia padahal sedang mengalami depresi. Meski tampak bahagia di luar, beberapa pengidapnya ternyata merasa menderita dalam keheningan.
Mereka hidup dengan depresi dalam dirinya, sambil tampak sangat bahagia atau puas di luar. Mereka bahkan cenderung aktif, ceria, optimis, dan memiliki kehidupan sosial sama seperti orang yang normal.
Di balik topengnya, mereka memiliki perasaan putus asa, tidak berharga, dan tidak mampu melakukan apa-apa. Mereka berjuang dengan depresi dan kegelisahan dalam jangka waktu yang lama.
Namun, di saat bersamaan rasa takut akan diskriminasi membuat pikiran mereka kabur, dan secara tak sadar berusaha untuk tampil bahagia di depan orang lain, seolah semuanya baik-baik saja.
Depresi biasanya dikaitkan dengan kesedihan, kelesuan, keputusasaan, bahkan membuat pengidapnya tidak memiliki tenaga untuk keluar dari kamar tidurnya. Pengidap smiling depression justru terlihat sangat normal jika di depan umum.
Baca Juga: Pengertian Depresi, Penyebab, Gejala, Jenis, dan Cara Mengatasinya
Hal ini dapat membuat orang di sekitarnya sulit untuk mendeteksi bahwa mereka sebenarnya sedang berjuang dengan masalah mental yang serius.
Penyebab Smiling Depression
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan seseorang mengidap smiling depression di antaranya,
1. Perubahan Besar dalam Hidup
Seperti halnya jenis depresi lain, depresi tersenyum dapat dipicu oleh suatu situasi, seperti hubungan yang gagal atau kehilangan pekerjaan. Itu juga bisa dialami sebagai keadaan konstan.
2. Penghakiman
Di beberapa budaya atau keluarga, tingkat stigma yang lebih tinggi juga dapat berdampak. Misalnya, mengungkapkan emosi dapat dilihat sebagai meminta perhatian atau menunjukkan kelemahan atau kemalasan. Jika orang mengatakan, "Lupakan saja" atau "Kamu tidak berusaha cukup keras" untuk merasa lebih baik, kemungkinan besar Anda tidak akan mengungkapkan emosi ini di masa depan.
Hal ini terutama berlaku untuk pria yang memiliki sifat maskulinitas sehingga pemikiran pria sejati jangan menangis menjadikan kecil kemungkinannya untuk mencari bantuan untuk masalah kesehatan mental. Orang yang merasa akan dihakimi karena gejala depresi akan lebih cenderung berpura-pura dan menyimpannya untuk diri mereka sendiri.
Baca Juga: Toxic Masculinity: Pengertian, Ciri, Dampak, dan Cara Mencegahnya
3. Ekspektasi
Kita semua terkadang memiliki harapan yang tidak realistis terhadap diri sendiri untuk menjadi lebih baik atau lebih kuat. Orang juga dipengaruhi ekspektasi luar, mulai dari rekan kerja, orang tua, saudara kandung, anak, atau teman.
Jika memiliki harapan yang tidak realistis untuk diri sendiri demi memikirkan harapan dari orang lain, kemungkinan ia akan menyembunyikan perasaan jika tampaknya tidak memenuhi harapan tersebut. Penganut perfeksionisme mungkin lebih berisiko karena standar sangat tinggi yang mereka pegang.
4. Peristiwa Traumatis
Pengalaman traumatis, seperti pelecehan, kehilangan orang yang dicintai, atau kekerasan, dapat menjadi pemicu untuk mengalami depresi terselubung. Sering kali, individu yang mengalami peristiwa traumatis ini memilih untuk menyembunyikan gejalanya dari orang lain.
Baca Juga: Trauma: Pengertian, Gejala, Penyebab, Jenis, dan Cara Menghilangkannya
5. Kehidupan Sosial yang Tidak Sehat
Kurangnya dukungan sosial, konflik interpersonal, atau perasaan kesepian dapat menjadi faktor risiko untuk mengalami smiling depression. Kehidupan sosial yang tidak sehat dapat membuat seseorang merasa terisolasi dan tidak dihargai, yang dapat memperburuk gejala depresi.
6. Pemendam Emosi
Individu yang cenderung menahan atau menekan emosi mereka, bahkan ketika mereka merasa tertekan atau sedih, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami smiling depression. Memendam emosi hanya akan memperburuk kondisi mental seseorang.
7. Perasaan Tidak Berarti
Kurangnya rasa pencapaian atau tujuan yang jelas dalam hidup seseorang dapat menyebabkan perasaan tidak berarti atau kekosongan, yang merupakan faktor risiko untuk mengalami smiling depression.
Sumber:
https://www.halodoc.com
https://www.tempo.co
https://kumparan.com
dan sumber lain yang relevan
Post a Comment