Generasi Sandwich: Sebagai Generasi yang Terjepit
Apa itu Generasi Sandwich?
Generasi sandwich adalah istilah untuk menggambarkan orang yang harus membiayai tiga generasi, yaitu diri sendiri, orang tua, dan anak-anak. Istilah ini dianalogikan seperti sandwich, di mana diri sendiri berada di tengah-tengah dua generasi.
Generasi roti lapis, generasi roti apit, generasi roti jepit, generasi terimpit, generasi terapit, atau generasi terjepit (sandwich generation) merupakan sebuah fenomena yang dapat memengaruhi siapa saja yang memiliki orang tua dan anak-anak yang membutuhkan dukungan pada saat yang sama.
Posisi mereka diibaratkan dengan isian roti lapis yang harus menanggung beban kedua lapis “roti” atau generasi yang ada di atas (orang tua) dan di bawah (anak). Mereka harus menanggung peran ganda dalam persoalan keuangan, karena harus membiayai tiga generasi, yaitu dirinya sendiri, orang tuanya, dan anak-anaknya.
Fenomena ini dikenal pada akhir abad ke-20 karena perubahan rentang hidup dan usia yang lebih tua untuk melahirkan anak. Ini berarti bahwa para ibu sering kali mempunyai anak kecil dan orang tua yang lemah pada saat yang sama.
Baru-baru ini, wanita di negara maju sering mempunyai anak saat mendekati usia 30 tahun, sedangkan orang tua mereka sendiri berusia sekitar 60 tahun. Oleh sebab itu, orang tua mempunyai risiko untuk membutuhkan dukungan yang jauh lebih tinggi sebelum cucu menjadi dewasa.
Orang-orang yang "terimpit" ini menjadi bertanggung jawab untuk merawat orang tua dan anak-anak mereka pada saat yang sama. Mereka dapat membantu orang yang mereka cintai dengan tugas sehari-hari, memberi pengobatan dan pengawasan, memberi obat-obatan dan membantu dalam kesulitan keuangan, hukum, dan emosional orang-orang yang mereka cintai serta diri mereka sendiri.
Generasi sandwich kenyataannya memang lebih banyak dialami oleh para wanita. Mengutip pernyataan Rebocho (2021), para wanita cenderung memberikan perhatian yang lebih intensif kepada orang tuanya dibandingkan dengan laki-laki.
Rita, dkk (2023) menyebutkan bahwa generasi sandwich terjadi kepada seseorang, baik laki-laki maupun wanita, yang mempunyai umur 30–40 tahun. Namun, ada juga yang menyebutkan jika berkisar antara 30–50 tahun.
Lebih lanjut, Rita, dkk (2023) memperjelas jika laki-laki biasanya hanya memberikan dukungan yang bersifat lebih praktis, misalnya memberikan uang atau barang-barang dalam bentuk mentah.
"Para wanita memang dilatih untuk menerima nilai, bukan untuk memberi nilai" – Nawal As-Sa’dawi.
Sejarah Istilah Generasi Sandwich
Menurut informasi dari laman resmi OJK, istilah ini pertama kali diperkenalkan pada 1981 oleh seorang Profesor dan Direktur Praktikum dari University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat, yang bernama Dorothy A. Miller.
Dalam jurnal berjudul The Sandwich Generation: Adult Children of the Aging, istilah mengenai generasi sandwich awalnya dipakai untuk merujuk wanita berusia 30–40 tahun yang harus merawat anak-anaknya sekaligus mencukupi kebutuhan orang tuanya, teman-temannya, dan orang lain yang berada di sekitarnya.
Istilah ini lantas dimasukkan ke dalam Merriam-Webster Dictionary pada 2016 dan pengertiannya terus berkembang hingga saat ini.
Awalnya, generasi sandwich hanya terbatas kepada tanggung jawab finansial terhadap orang tua dan anak kandungnya saja. Namun, pengertian ini berkembang seiring berjalannya waktu dengan mencakup generasi yang berada di atas dan bawah mereka yang masih termasuk dalam keluarga.
Penyebab Munculnya Generasi Sandwich
Fenomena generasi sandwich tidak muncul begitu saja, melainkan merupakan hasil dari berbagai faktor sosial, ekonomi, dan demografis yang saling berkaitan. Memahami penyebab-penyebab ini penting untuk mengenali mengapa semakin banyak orang yang menemukan diri mereka dalam posisi "sandwich" ini.
Berikut adalah beberapa faktor utama yang berkontribusi pada munculnya generasi sandwich:
1. Peningkatan Usia Harapan Hidup
Salah satu faktor terpenting adalah meningkatnya usia harapan hidup. Kemajuan dalam perawatan kesehatan dan gaya hidup yang lebih sehat telah menyebabkan orang hidup lebih lama. Akibatnya:
a. Orang tua dari generasi sandwich hidup lebih lama, seringkali membutuhkan dukungan finansial dan perawatan jangka panjang.
b. Periode di mana anak-anak bergantung pada orang tua mereka juga menjadi lebih panjang, terutama karena meningkatnya biaya pendidikan dan sulitnya memasuki pasar kerja.
2. Perubahan Struktur Keluarga
Perubahan dalam struktur keluarga modern juga berkontribusi pada fenomena ini:
a. Penundaan pernikahan dan keputusan untuk memiliki anak di usia yang lebih tua berarti banyak orang memiliki anak kecil saat orang tua mereka sudah memasuki usia lanjut.
b. Meningkatnya angka perceraian dan keluarga orang tua tunggal dapat menambah tekanan finansial pada generasi tengah.
3. Tantangan Ekonomi
Faktor ekonomi memainkan peran besar dalam menciptakan generasi sandwich:
a. Biaya hidup yang terus meningkat, termasuk biaya perumahan, pendidikan, dan perawatan kesehatan.
b. Ketidakstabilan ekonomi dan pasar kerja yang kompetitif membuat sulit bagi generasi muda untuk mencapai kemandirian finansial lebih cepat.
c. Banyak orang dari generasi yang lebih tua mungkin tidak memiliki tabungan pensiun yang cukup, menambah beban pada anak-anak mereka.
4. Kurangnya Literasi Keuangan
Salah satu faktor penting yang sering diabaikan adalah kurangnya literasi keuangan:
a. Banyak individu dari generasi pertama (orang tua) mungkin tidak mempersiapkan dana pensiun dengan baik.
b. Generasi kedua (generasi sandwich) mungkin juga kurang memahami pentingnya perencanaan keuangan jangka panjang.
c. Menurut survei Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2019, tingkat literasi keuangan di Indonesia hanya mencapai 38,03%, jauh di bawah negara-negara tetangga seperti Malaysia (85%) dan Thailand (82%).
Baca Juga: Pengertian Financial Literacy, Aspek, Tingkat, Manfaat, dan Membangunnya
5. Perubahan Ekspektasi Sosial
Ekspektasi sosial dan budaya juga berperan dalam menciptakan generasi sandwich:
a. Di banyak budaya, terutama di Asia, ada harapan kuat bahwa anak-anak akan merawat orang tua mereka di usia tua.
b. Secara bersamaan, ada tekanan untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anak, termasuk pendidikan berkualitas tinggi dan berbagai kegiatan ekstrakurikuler.
6. Keterbatasan Sistem Dukungan Sosial
Dalam beberapa kasus, keterbatasan sistem dukungan sosial dari pemerintah juga berkontribusi:
a. Kurangnya atau terbatasnya sistem pensiun dan perawatan kesehatan yang terjangkau untuk lansia.
b. Terbatasnya opsi perawatan anak yang terjangkau dan berkualitas tinggi.
Memahami penyebab-penyebab ini penting untuk mengidentifikasi solusi potensial dan strategi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh generasi sandwich. Dalam bagian selanjutnya, kita akan melihat lebih dekat pada berbagai kategori generasi sandwich dan dampak spesifik yang mereka hadapi.
Kategori Generasi Sandwich
Carol Abaya mengelompokkan generasi sandwich menjadi tiga macam berdasarkan perannya, yaitu:
1. The Traditional Sandwich Generation
Kelompok ini biasanya terdiri atas orang dewasa berumur 40 sampai dengan awal 50-an yang masih harus menanggung beban orang tua, sekaligus mempunyai anak-anak yang masih memerlukan dukungan finansial.
2. The Club Sandwich Generation
Kelompok ini merupakan orang dewasa berumur 50–60 yang mempunyai tanggung jawab membiayai kakek-nenek (jika masih ada), orang tuanya, anak-anaknya, dan cucu-cucunya (jika memiliki).
3. The Open Faced Sandwich Generation
Kelompok ini merupakan siapa saja yang terlibat dalam pengurusan orang tua, tetapi bukan secara profesional seperti halnya petugas panti jompo.
Cara Mengatasi Generasi Sandwich
Hair, dkk (2017) dalam A Primer on Partial Least Squares Structural Equation Modeling menyatakan jika cara menghentikan siklus generasi sandwich memang tidaklah mudah. Hal tersebut dikarenakan proses pencegahannya membutuhkan konsistensi dan usaha yang lebih besar.
Namun, bagi Anda yang saat ini belum berada dalam posisi ini, ada enam langkah yang dapat diikuti agar tidak lagi mengalami beban berat ini, yaitu sebagai berikut:
1. Memiliki Tabungan Rencana
Jika Anda kesulitan untuk menabung, pilihlah untuk membuka tabungan rencana. Tabungan rencana merupakan setoran rutin bulanan dengan fasilitas auto debit dari rekening sumber ke rekening tabungan rencana, sedangkan penarikannya terbatas sesuai ketentuan bank.
Jenis tabungan rencana sangat bervariasi, seperti wisata, pendidikan, pernikahan, haji atau umrah, dan sebagainya. Adanya tabungan rencana ini membuat keuangan dapat dikelola dengan bijak dan disiplin, apalagi tabungan tersebut juga dilengkapi dengan asuransi jiwa sesuai ketentuan masing-masing bank.
2. Menyiapkan Program Pensiun
Selain menabung, program pensiun merupakan salah langkah penting untuk menyiapkan masa tua dan biaya anak-anak. Program pensiun dapat meminimalisir terjadinya generasi sandwich kepada anak. Saat ini, program pensiun tidak hanya terbuka untuk Aparatur Sipil Negara (ASN), tetapi siapa saja dapat mendaftar di Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
3. Memiliki Asuransi Kesehatan
Pertambahan usia juga dapat menyebabkan kesehatan menurun. Inilah yang menyebabkan seseorang harus memiliki asuransi kesehatan untuk dirinya sendiri, orang tuanya, dan anak-anaknya. Asuransi kesehatan memberikan jaminan rawat inap, rawat jalan, pengobatan gigi, penggantian kacamata, melahirkan, dan sebagainya.
Anda dapat memilih asuransi kesehatan dari pemerintah (BPJS Kesehatan) atau dari perusahaan swasta yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
4. Mengurangi Gaya Hidup Konsumtif
Menyesuaikan gaya hidup dengan kemampuan finansial merupakan langkah yang bijak. Namun, tidak ada salahnya Anda mengurangi gaya hidup konsumtif yang dirasa tidak perlu. Kalian harus dapat menentukan prioritas dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan.
Baca Juga: Pengertian Perilaku Konsumtif, Aspek, Faktor, dan Indikatornya
Jika Anda mengalami kesulitan dalam mengelola keuangan dengan bijak sejak usia muda, bisa jadi hal itu dapat menjadi satu penyebab munculnya generasi sandwich. Anda harus mencoba untuk memulai dalam mengatur keuangan.
5. Menyiapkan Dana Pendidikan Anak
Dana pendidikan anak juga tidak kalah pentingnya untuk mencegah mata rantai generasi sandwich. Orang tua yang memiliki asuransi pendidikan dapat menyiapkan biaya pendidikan anak-anaknya untuk masa mendatang. Hal ini tentu saja akan meringankan beban mereka di kemudian hari.
Sebelum menentukan asuransi pendidikan yang tepat, pastikan sebelumnya untuk memperkirakan perhitungan biaya pendidikan anak secara detail, seperti pemilihan sekolah yang disesuaikan dengan kemampuan finansial. Pilihlah perusahaan asuransi yang telah terdaftar dan diawasi oleh OJK.
6. Mengajarkan Anak Menabung dan Belajar Mandiri Secara Finansial
Perilaku gemar menabung perlu diajarkan sejak dini. Orang tua harus mengajarkan anak-anak untuk belajar menabung, membedakan kebutuhan dan keinginan, serta memotivasi anak untuk membeli kebutuhannya dengan uang tabungan.
Selain menabung di celengan, ajaklah anak untuk membuka tabungan di bank dengan program khusus anak. Hal tersebut cukup efektif untuk membuat anak menjadi bersemangat menabung.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.gramedia.com
https://www.liputan6.com
Post a Comment