Sosrokartono: Guru Bangsa yang Menjadi inspirasi kepada RA Kartini
Siapakah Sosrokartono?
Drs. Raden Mas Panji Sosrokartono lahir 10 April 1877 di Mayong, Jepara Jawa Tengah. Ia adalah wartawan perang, penerjemah, guru, dan ahli kebatinan yang berperan penting dalam sejarah Indonesia. Sosrokartono adalah kakak RA Kartini yang disebut sebagai salah satu guru presiden pertama RI Bung Karno.
Sosrokartono disebut sebagai sosok yang telah memberikan inspirasi kepada RA Kartini tentang emansipasi. Ia merupakan sosok yang memiliki banyak bakat, menguasai 36 bahasa asing, dan mencapai prestasi gemilang di berbagai bidang sehingga dijuluki sebagai Si Jenius dari Timur.
Berbagai catatan dan peninggalan sejarah tentang sosok Sosrokartono tersimpan di Museum Kartini di Jepara. Di sana ada ruangan khusus yang menyimpan benda-benda koleksi Sosrokartono. Ruangan itu dinamakan Dar Oes-Salam.
Biografi Sosrokartono
Raden Mas Panji Sosrokartono adalah anak keempat dari R.M. Ario Sosrodiningrat dan kakak kandung R.A. Kartini yang memberi inspirasi Kartini untuk menjadi tokoh emansipasi wanita. Ia dijuluki "Si Jenius dari Timur".
Setelah tamat dari Europeesche Lagere School di Jepara, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke H.B.S. di Semarang. Selanjutnya pada 1898, Sosrokartono meneruskan pendidikannya ke Belanda di Sekolah Teknik Tinggi di Delft.
Namun karena merasa tidak cocok, ia pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur sehingga lulus dengan gelar Doctorandus in de Oostersche Talen dari Universitas Leiden. Ia merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke Belanda, yang pada urutannya disusul oleh putra-putra Indonesia lainnya.
Pendidikan dan keahlian bahasa
Salah satu pencapaian awal yang mencolok dari Panji Sosrokartono adalah pendidikan tingginya di Belanda. Ia menjadi mahasiswa Indonesia pertama yang bersekolah di Belanda, tepatnya di Universitas Leiden. Di Leiden, Sosrokartono mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Timur pada 1908.
Selain pendidikan formalnya, kelebihan utama Panji Sosrokartono adalah kemampuannya dalam berbahasa. Selain bahasa Jawa dan Belanda, ia juga menguasai bahasa Inggris dan Jerman. Kemampuan berbahasa ini menjadi aset berharga dalam memahami pemikiran dunia pada masa itu.
Sosrokartono merupakan seorang poliglot atau ahli banyak bahasa. Ia fasih dalam 26 bahasa, di antaranya sembilan bahasa Nusantara dan 17 bahasa asing. Karena kecerdasannya, ia bahkan dijuluki Si Jenius dari Timur dan De Javanese Prins oleh orang-orang Eropa.
Karier sebagai wartawan perang dan penerjemah
Panji Sosrokartono tidak hanya memiliki bakat berbahasa, tetapi keberanian dalam menyampaikan berita dari medan perang.
Saat mengikuti ujian wartawan, ia berhasil merangkum berita satu kolom menjadi hanya 27 kata, sedangkan pesaing-pesaingnya rata-rata menggunakan lebih dari 30 kata. Hasilnya, ia terpilih sebagai wartawan perang untuk surat kabar ternama, The New York Herald Tribune.
Sebagai upaya untuk memastikan kelancaran tugasnya sebagai wartawan, ia juga dianugerahi pangkat mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat. Salah satu karyanya yang paling fenomenal saat menjadi wartawan adalah sebuah liputan perundingan damai antara Perancis dan Jerman di Perang Dunia I.
Perundingan tersebut sangat rahasia dan dijaga ketat, tetapi Sosrokartono berhasil meliput momen itu dengan cermat dan akurat yang membuatnya menjadi sangat populer.
Setelah Perang Dunia I berakhir, Panji Sosrokartono berhenti dari pekerjaannya sebagai wartawan dan beralih menjadi ahli bahasa untuk kedutaan Perancis di Den Haag, Belanda. Keahliannya dalam berbahasa membuatnya menjadi aset berharga dalam urusan diplomatik.
Peran di Liga Bangsa-Bangsa dan pengaruhnya pada politik
Sosrokartono juga pernah bekerja sebagai kepala penerjemah di Liga Bangsa-Bangsa yang kemudian menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Perannya Liga Bangsa-Bangsa sangat penting dalam memfasilitasi komunikasi antara negara-negara anggota yang berbicara dalam berbagai bahasa.
Panji Sosrokartono menjadi salah satu tokoh terkemuka yang membantu menjembatani pemahaman antarbangsa.
Kontribusi dalam pendidikan dan kebatinan
Setelah kembali ke Indonesia pada 1925, Panji Sosrokartono sempat mengajar sebagai guru di Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Namun, intervensi kolonial membuatnya keluar dari Taman Siswa. Panji Sosrokartono kemudian memutuskan untuk mendirikan rumah penyembuhan yang diberi nama "Dar Oes Salam".
Tempat ini berfungsi sebagai klinik pengobatan alternatif dengan menggunakan air putih yang diberi doa. Tindakan ini mencerminkan sisi kebatinan dan spiritualitasnya yang mendalam.
Akan tetapi, pada 1942, Sosrokartono mengalami kelumpuhan dan meninggal pada tanggal 8 Februari 1952. Ia dimakamkan di Sedo Mukti, Kudus, Jawa Tengah.
Terdapat aksara Jawa di samping makamnya yang bertuliskan, "Soegih tanpo bondo, digdojo tanpo adji, ngaloerog tanpo bolo, menang tanpo ngasoraken". Pesan ini mengartikan semangat perjuangan dan tekad untuk mencapai keberhasilan melalui usaha, belajar, dan kerja keras tanpa merugikan atau menghancurkan hal lain.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
https://www.detik.com
dan sumber lain yang relevan
Post a Comment