Erich Fromm: Biografi dan Teori Kepribadiannya

Table of Contents

Erich Fromm
Siapakah Erich Fromm?

Erich Pinchas Fromm lahir 23 Maret 1900 di Frankfurt am Main, Jerman. Ia adalah seorang psikologi sosial, psikoanalis, sosiolog, humanis, sosialis demokrat dan filsuf berkebangsaan Jerman. Dia merupakan asosiasi untuk Sekolah Frankfurt untuk teori kritik. 

Baca Juga: Teori Kritis Mazhab Frankfurt

Erich Fromm berusaha mengeksplorasi interaksi antara psikologi dan masyarakat. Dengan menerapkan prinsip-prinsip psikoanalitik untuk mengatasi masalah budaya, Fromm percaya, umat manusia dapat mengembangkan "masyarakat yang waras" yang seimbang secara psikologis.

Fromm mengemukakan pandangan bahwa pemahaman akan kebutuhan dasar manusia sangat penting untuk memahami masyarakat dan umat manusia itu sendiri. Ia berpendapat bahwa sistem sosial mempersulit atau bahkan tidak memungkinkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pada saat yang bersamaan, sehingga menciptakan konflik psikologis individual dan konflik sosial yang lebih luas.

Dalam karya besar pertama Fromm, Escape from Freedom (1941), ia memetakan pertumbuhan kebebasan dan kesadaran diri dari Abad Pertengahan hingga zaman modern dan, menggunakan teknik psikoanalitik, menganalisis kecenderungan, yang disebabkan oleh modernisasi, untuk berlindung dari ketidakamanan kontemporer dengan beralih ke gerakan totaliter seperti Nazisme.

The Sane Society (1955), Fromm mengemukakan argumennya bahwa manusia modern telah menjadi terasing dan terasing dari dirinya sendiri dalam masyarakat industri yang berorientasi pada konsumen. Dikenal juga karena karya-karya populernya tentang sifat manusia, etika, dan cinta, Fromm juga menulis buku-buku kritik dan analisis pemikiran Freudian dan Marxis, psikoanalisis, dan agama.

Di antara buku-bukunya yang lain adalah Man for Himself (1947), Psychoanalysis and Religion (1950), The Art of Loving (1956), May Man Prevail? (1961, dengan DT Suzuki dan R. De Martino), Beyond the Chains of Illusion (1962), The Revolution of Hope (1968), dan The Crisis of Psychoanalysis (1970).

Biografi Erich Fromm

Erich Pinchas Fromm adalah anak tunggal yang dilahirkan dari pasangan suami istri Naphtali Fromm dan Rosa Krause. Ayahnya lahir pada tanggal 30 November 1869 dan adalah seorang Yahudi Ortodoks dan introvert. Pekerjaan ayahnya adalah sebagai seorang pedagang anggur yang notabene kurang sukses. Sementara ibunya adalah seorang yang energik, narsistis dan depresif. Keadaan dan kepribadian orang tuanya menjadikan masa kanak-kanak Erich Fromm tidak menyenangkan dan tidak membahagiakan.

Ketika berusia 12 tahun, Erich Fromm mengalami suatu pengalaman yang traumatis karena menyaksikan secara langsung seorang wanita berbakat dan cantik yang dicintainya melakukan bunuh diri. Karena keterikatan dengan ayahnya, maka wanita itu nekat membunuh diri dengan alasan tidak mau terpisahkan dan akan tetap bersatu bersama ayahnya dalam kematian. Kejadian itu membuat Erich Fromm sangat terpukul sebab wanita yang ia cintai telah pergi.

Erich Fromm pertama kali belajar pada tahun 1918 di Universitas Goethe Frankfurt untuk semester dua di yurisprudensi. Pada musim panas 1919, Fromm studi di Universitas Heidelberg di fakultas sosiologi. Dia merupakan anggota Partai Sosialis Amerika pada era 1950-an.

Pada tahun 1926, Erich Fromm menikahi seorang wanita bernama Frieda Reichmann. Istrinya adalah seorang psikoanalis. Saat itu pula Erich Fromm menjadi seorang psikoanalis dan telah bekerja sama di sebuah klinik pribadi di Heidelberg. Pada dasawarsa terakhir hidupnya yakni sekitar tahun 1970, Erich Fromm bersama istrinya tinggal di Cuernavasa, Meksiko.

Dan pada tahun 1974, ia pindah ke Muralto, Swiss. Erich Fromm menghembuskan nafas terakhirnya pada tanggal 18 Maret 1980 di rumah kediamannya, hanya terpaut lima hari dari ulang tahunnya yang ke-80.
 
Banyak yang Erich Fromm pelajari setelah meninggalkan kedua orang tuanya, seperti psikologi, filsafat dan terutama ilmu sosiologi ketika berada di Universitas Heidelberg. Fromm menjalin suatu hubungan yang akrab dengan Alfred Weber, seorang psikolog yang kepribadiannya terasa mesra dan human.

Ketika berada di Universitas Heidelberg Frankfurt, Erich Fromm banyak menghabiskan waktu untuk membaca buku tentang sosiologi dan psikologi. Fromm juga mempelajari karya ahli-ahli terkemuka dalam bidang ekonomi, sosial dan politik seperti Karl Marx, Max Weber, Herbert Spencer, Charles Darwin dan Sigmund Freud.

Setelah meraih gelar Doktor, ia belajar psikoanalisis di Munich dan pada Institut Psikoanalisis Berlin yang sangat terkenal. Erich Fromm berpikir bahwa mungkin dengan ini, ia sudah menemukan jawaban dari irasionalitas manusia dalam karya-karya Sigmund Freud, namun sesungguhnya hal itu tidak memuaskannya.

Teori Kepribadian Erich Fromm

Konsep Dasar

Teori kepribadian Fromm didasarkan pada beberapa konsep dan asumsi dasar tentang hakikat manusia, yaitu:
1. Manusia sebagai Makhluk yang Terasing
Fromm memandang bahwa manusia modern mengalami keterasingan (alienasi) dari alam, sesama manusia, bahkan dari dirinya sendiri. Keterasingan ini merupakan akibat dari terputusnya hubungan manusia dengan alam seiring perkembangan kesadaran diri dan rasionalitas. Manusia tidak lagi hidup selaras dengan alam dan insting seperti makhluk lainnya.

2. Dilema Eksistensial Manusia
Sebagai konsekuensi dari keterasingan tersebut, manusia menghadapi dilema eksistensial berupa:
a. Kehidupan vs Kematian
b. Perkembangan vs Stagnasi
c. Kebebasan vs Keamanan

Dilema-dilema ini mendorong manusia untuk terus mencari makna hidup dan mengembangkan potensinya.

3. Kebutuhan Eksistensial Manusia
Untuk mengatasi dilema eksistensial tersebut, Fromm menyatakan bahwa manusia memiliki lima kebutuhan eksistensial yang harus dipenuhi:
a. Kebutuhan akan keterhubungan (relatedness)
b. Kebutuhan akan transendensi
c. Kebutuhan akan keberakaran (rootedness)
d. Kebutuhan akan identitas
e. Kebutuhan akan kerangka orientasi

Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ini menjadi kunci bagi perkembangan kepribadian yang sehat.

4. Karakter Sosial
Fromm memperkenalkan konsep karakter sosial, yaitu struktur kepribadian yang terbentuk sebagai hasil interaksi antara kebutuhan psikologis individu dengan tuntutan sosio-ekonomi masyarakat. Karakter sosial ini memungkinkan individu beradaptasi dengan lingkungan sosialnya.

5. Orientasi Karakter
Fromm mengidentifikasi lima orientasi karakter yang dapat dimiliki individu:
a. Orientasi reseptif
b. Orientasi eksploitatif
c. Orientasi menimbun
d. Orientasi pemasaran
e. Orientasi produktif

Orientasi produktif dianggap sebagai orientasi karakter yang paling ideal dan sehat.

Kebutuhan Eksistensial Manusia

Fromm mengidentifikasi lima kebutuhan eksistensial manusia yang harus dipenuhi untuk mencapai kepribadian yang sehat.
1. Kebutuhan akan Keterhubungan (Relatedness)
Kebutuhan ini muncul sebagai respons terhadap keterasingan manusia dari alam. Manusia membutuhkan hubungan yang bermakna dengan orang lain dan lingkungannya. Fromm menyebutkan tiga cara utama manusia berusaha memenuhi kebutuhan ini:
a. Ketundukan (submission): Individu menyerahkan diri sepenuhnya pada orang atau kelompok lain.
b. Kekuasaan (power): Individu berusaha mendominasi dan mengendalikan orang lain.
c. Cinta (love): Cara yang paling ideal, di mana individu membangun hubungan yang setara dan saling menghargai.

Menurut Fromm, cinta merupakan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan akan keterhubungan karena memungkinkan individu mempertahankan integritas dan individualitasnya.

2. Kebutuhan akan Transendensi
Kebutuhan ini berkaitan dengan dorongan manusia untuk melampaui kondisi pasifnya sebagai makhluk ciptaan. Manusia ingin menjadi pencipta, mengaktualisasikan potensi kreatifnya. Fromm menyebutkan dua cara utama manusia berusaha mentransendensi dirinya:
a. Kreativitas: Menciptakan sesuatu yang baru dan bermakna.
b. Destruktivitas: Menghancurkan atau mendominasi orang/hal lain.

Kreativitas dianggap sebagai cara yang lebih sehat dalam memenuhi kebutuhan transendensi.

3. Kebutuhan akan Keberakaran (Rootedness)
Kebutuhan ini muncul karena manusia telah terpisah dari alam dan insting hewaninya. Manusia membutuhkan rasa memiliki dan terhubung dengan akar-akarnya. Fromm menyebutkan dua cara utama pemenuhan kebutuhan ini:
a. Fiksasi: Tetap terikat pada ikatan-ikatan primordial seperti ibu, keluarga, atau kelompok etnis.
b. Persaudaraan: Membangun ikatan baru yang lebih luas dengan sesama manusia dan alam.

Persaudaraan dianggap sebagai cara yang lebih matang dalam memenuhi kebutuhan keberakaran.

4. Kebutuhan akan Identitas
Kebutuhan ini berkaitan dengan dorongan manusia untuk memiliki kesadaran diri sebagai entitas yang unik dan terpisah. Manusia ingin menjawab pertanyaan "Siapakah aku?". Fromm menyebutkan dua cara utama pembentukan identitas:
a. Konformitas: Mengadopsi identitas yang ditentukan oleh kelompok atau masyarakat.
b. Individualitas: Mengembangkan identitas unik berdasarkan potensi dan pilihan pribadi.

Pengembangan individualitas dianggap sebagai cara yang lebih sehat dalam memenuhi kebutuhan identitas.

5. Kebutuhan akan Kerangka Orientasi
Kebutuhan ini berkaitan dengan dorongan manusia untuk memahami dunia dan menempatkan dirinya dalam suatu konteks yang bermakna. Manusia membutuhkan sistem nilai dan keyakinan sebagai panduan hidupnya. Fromm menyebutkan dua pendekatan dalam memenuhi kebutuhan ini:
a. Rasional: Menggunakan akal dan pengalaman untuk memahami realitas.
b. Irasional: Bergantung pada otoritas, tradisi, atau dogma tanpa pemikiran kritis.

Pendekatan rasional dianggap lebih sehat dalam memenuhi kebutuhan akan kerangka orientasi.

Orientasi Karakter

Fromm mengidentifikasi lima orientasi karakter yang dapat dimiliki individu sebagai hasil dari interaksi antara kebutuhan psikologis dan tuntutan sosial. Berikut penjelasan lebih rinci tentang masing-masing orientasi:
1. Orientasi Reseptif
Individu dengan orientasi reseptif cenderung pasif dan bergantung pada orang lain. Mereka percaya bahwa sumber kebahagiaan dan pemenuhan kebutuhan berasal dari luar diri. Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
a. Pasif dan menunggu
b. Mudah terpengaruh dan dimanipulasi
c. Loyal tapi juga submisif
d. Kurang percaya diri
e. Optimis dan penyayang ketika merasa aman

2. Orientasi Eksploitatif
Individu dengan orientasi eksploitatif cenderung agresif dan mengambil apa yang diinginkan dari orang lain. Mereka percaya bahwa sumber kebahagiaan harus "direbut" atau "dicuri". Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
a. Agresif dan oportunistik
b. Egois dan manipulatif
c. Sombong dan congkak
d. Impulsif dan mudah terprovokasi
e. Energik dan menarik ketika dalam kondisi terbaik

3. Orientasi Menimbun
Individu dengan orientasi menimbun cenderung mengumpulkan dan mempertahankan apa yang mereka miliki. Mereka mencari rasa aman melalui penghematan dan kepemilikan. Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
a. Teratur dan metodis
b. Hemat hingga pelit
c. Posesif dalam hubungan
d. Keras kepala dan kaku
e. Loyal dan dapat diandalkan ketika dalam kondisi terbaik

4. Orientasi Pemasaran
Individu dengan orientasi pemasaran cenderung melihat diri mereka sebagai komoditas yang harus "dijual" di pasar sosial. Mereka sangat peduli dengan citra diri dan penerimaan sosial. Karakteristik utama orientasi ini meliputi:
a. Fleksibel dan mudah beradaptasi
b. Berorientasi pada penampilan dan citra
c. Kurang memiliki prinsip yang kuat
d. Cenderung superfisial dalam hubungan
e. Kreatif dan inovatif ketika dalam kondisi terbaik

5. Orientasi Produktif
Orientasi produktif dianggap Fromm sebagai orientasi karakter yang paling ideal dan sehat. Individu dengan orientasi ini mampu menggunakan potensi mereka secara penuh dan kreatif. Karakteristik utama orientasi produktif meliputi:
a. Mandiri dan percaya diri
b. Kreatif dan inovatif
c. Mencintai dan menghargai diri sendiri serta orang lain
d. Rasional dan objektif
e. Fleksibel namun tetap berprinsip
f. Mampu membangun hubungan yang mendalam dan bermakna

Fromm menekankan bahwa orientasi-orientasi ini bukanlah kategori yang mutually exclusive. Setiap individu memiliki campuran dari berbagai orientasi, dengan satu atau dua orientasi yang lebih dominan. Orientasi karakter juga dapat berubah seiring waktu dan pengalaman hidup.

Konsep Kebebasan

Salah satu tema sentral dalam pemikiran Fromm adalah konsep kebebasan dan dampaknya terhadap perkembangan kepribadian manusia. Fromm mengeksplorasi tema ini secara mendalam dalam bukunya "Escape from Freedom" (1941). Berikut beberapa poin penting terkait konsep kebebasan menurut Fromm:
1. Kebebasan Positif vs Kebebasan Negatif
Fromm membedakan antara dua jenis kebebasan:
a. Kebebasan negatif ("freedom from"): Bebas dari batasan dan tekanan eksternal.
b. Kebebasan positif ("freedom to"): Kebebasan untuk merealisasikan potensi diri dan hidup secara otentik.

Menurut Fromm, kebebasan negatif saja tidak cukup. Manusia perlu mengembangkan kebebasan positif untuk mencapai kepenuhan hidup.

2. Dilema Kebebasan
Fromm berpendapat bahwa kebebasan dapat menjadi beban bagi manusia modern. Ketika individu terbebas dari ikatan tradisional dan otoritas, mereka menghadapi tanggung jawab baru untuk menentukan arah hidup mereka sendiri. Hal ini dapat menimbulkan kecemasan dan ketidakpastian.

3. Mekanisme Pelarian dari Kebebasan
Untuk mengatasi kecemasan akibat kebebasan, Fromm mengidentifikasi tiga mekanisme pelarian yang sering digunakan:
a. Otoritarianisme: Menyerahkan kebebasan pada figur otoritas atau ideologi.
b. Destruktivitas: Menghancurkan objek atau orang yang dianggap mengancam.
c. Konformitas: Melebur dengan massa dan mengikuti norma sosial tanpa berpikir kritis.

4. Kebebasan dan Aktualisasi Diri
Fromm menekankan bahwa kebebasan sejati harus digunakan untuk mengaktualisasikan potensi diri. Ini melibatkan pengembangan cinta produktif, kreativitas, dan pemikiran kritis. Hanya dengan demikian manusia dapat mencapai kepenuhan dan mengatasi keterasingan.

5. Peran Masyarakat dalam Kebebasan
Fromm berpendapat bahwa struktur sosial dan ekonomi masyarakat mempengaruhi kemampuan individu untuk mengembangkan kebebasan positif. Ia mengkritik masyarakat kapitalis modern yang menurutnya cenderung mendorong konformitas dan menghambat aktualisasi diri yang sejati.

Konsep Cinta

Cinta merupakan salah satu konsep kunci dalam pemikiran Fromm. Ia membahas tema ini secara mendalam dalam bukunya "The Art of Loving" (1956). Berikut beberapa poin penting terkait konsep cinta menurut Fromm:
1. Cinta sebagai Jawaban atas Eksistensi Manusia
Fromm memandang cinta sebagai solusi terhadap problem eksistensial manusia, yaitu keterasingan. Melalui cinta, manusia dapat mengatasi isolasi dan membangun koneksi yang bermakna dengan orang lain tanpa kehilangan individualitasnya.

2. Cinta sebagai Seni
Fromm menekankan bahwa cinta bukanlah sekadar perasaan, melainkan suatu seni yang harus dipelajari dan dipraktikkan. Seperti halnya seni lain, cinta membutuhkan pengetahuan, disiplin, dan latihan untuk dikuasai.

3. Elemen-elemen Cinta
Menurut Fromm, cinta yang matang memiliki beberapa elemen penting:
a. Perhatian (care)
b. Tanggung jawab (responsibility)
c. Rasa hormat (respect)
d. Pengetahuan (knowledge)

4. Jenis-jenis Cinta
Fromm mengidentifikasi beberapa jenis cinta:
a. Cinta persaudaraan (brotherly love)
b. Cinta keibuan (motherly love)
c. Cinta erotis (erotic love)
d. Cinta diri (self-love)
e. Cinta kepada Tuhan (love of God)

5. Cinta dan Masyarakat Modern
Fromm mengkritik pandangan masyarakat modern tentang cinta yang menurutnya terlalu menekankan pada aspek romantis dan seksual. Ia berpendapat bahwa cinta sejati membutuhkan kedewasaan, kemandirian, dan kemampuan untuk memberi dan menerima secara tulus.

6. Cinta dan Kebebasan
Fromm menekankan bahwa cinta sejati tidak bertentangan dengan kebebasan individu. Sebaliknya, cinta yang matang justru memungkinkan dua individu untuk tumbuh bersama sambil tetap mempertahankan integritas masing-masing.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www-britannica-com
https://www.liputan6.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment