Roasting: Seni Mengolok-olok dengan Teknik Tersendiri
Apakah yang Dimaksud Roasting?
Roasting adalah mengolok-olok orang lain. Istilah roasting juga dikenal dengan istilah lainnya, yaitu gojlokan. Lebih lengkapnya roasting adalah humor yang ditujukan untuk mengolok-olok seseorang di tempat nongkrong, sekolah, atau di mana pun yang bertujuan untuk mencari hiburan.
Dalam pertunjukan stand up comedy, roasting dimaksudkan untuk mengolok orang lain dengan caranya sendiri. Roasting secara harfiah diartikan sebagai memanggang adalah bentuk humor di mana seseorang mengeluarkan lelucon yang dimaksudkan untuk menghibur khalayak yang lebih luas.
Baca Juga: Pengertian Sense of Humor, Aspek, Faktor, Teori, Jenis, Fungsi, dan Manfaatnya
Pertunjukan semacam itu dapat mencakup pujian dan penghormatan yang tulus bersama dengan lelucon dan komedi yang menghina. Sebenarnya, roasting tidak boleh dilakukan sembarangan. Pihak yang di-roasting harus sudah sepakat sehingga tidak ada yang sakit hati.
Terdapat dua konteks roasting yang biasa dilakukan. Pertama, roasting dilakukan tidak bertujuan untuk menyakiti orang lain, namun hanya candaan atau sebatas humor saja. Kedua, roasting bisa saja dilakukan karena ingin mengkritik pihak-pihak tertentu seperti artis atau pejabat publik dalam bentuk komedi.
Kamus Cambridge mengatakan bahwa roasting diartikan sebagai tindakan mengkritik seseorang. Roasting digunakan sebagai wadah para komedian, namun sekaligus untuk menyampaikan kritik politik yang dilakukannya kepada penonton.
Sejarah Roasting
Roasting bukanlah teknik baru dalam dunia stand up comedy. Menurut sebuah laporan oleh Liveabout, komedi ini pertama kali muncul pada 1920-an di sebuah klub bernama New York Friars Club.
Kemudian, pada tahun 1949, Maurice Chevalier mendemonstrasikan teknik ini untuk pertama kalinya. Sejak itu, teknik ini semakin populer di New York.
Baru pada tahun 1970-an meroasting selebritas ini menjadi arus utama lagi, ketika Dean Martin mulai menjadi pembawa acara komedi versi televisi. Pertunjukan perdana pada tahun 1974 untuk melengkapi episode terakhir dari variety show Martin, The Dean Martin Show, dan dilanjutkan pada tahun yang sama di NBC’s The Dean Martin Celebrity Roasts, yang ditayangkan setiap beberapa bulan hingga 1979.
Bette Davis, Muhammed Ali, Lucille Ball , Ronald Reagan, Frank Sinatra dan bahkan Martin sendiri di roasting selama pertunjukan.
Pada tahun 2000-an, Comedy Central menghidupkan kembali format Roast dengan Roast yang disiarkan televisi tahunan yang dibintangi oleh Bob Saget, William Shatner, Pamela Anderson, dan Larry the Cable Guy. Comedy Central sekarang menampilkan satu hingga tiga selebriti yang di roasting seperti itu setiap tahun, dengan fokus pada lelucon terbesar Hollywood – atau setidaknya komedi yang bisa ditelan oleh hit.
Kontroversi dalam Meroasting
Menertawakan teman atau rekan kerja atau bahkan atasan Anda akan selalu terasa menyenangkan dan menghibur, tetapi penting untuk tidak melewati batas. Bentuk humor roasting terkadang kontroversial. Orang yang di roasting mungkin tidak terima dan merasa tersinggung dengan humor yang diterima.
Beberapa negara memiliki tradisi serupa di mana tuan rumah acara formal seperti upacara penghargaan dan makan malam tahunan diharapkan mengejek mereka yang menghadiri acara tersebut dengan jokes yang aman. Dalam beberapa kasus, hal ini menimbulkan kontroversi ketika tuan rumah dianggap terlalu ofensif.
Media sosial juga memiliki konsep roasting, di mana seseorang mendorong orang lain untuk mengolok-oloknya, biasanya dengan memposting foto dirinya. Meski meroasting dirancang, tindakan tersebut juga memicu kontroversi, dengan beberapa melihatnya sebagai bentuk cyberbullying.
Baca juga: Pengertian Intimidasi Dunia Maya (Cyberbullying), Elemen, Ciri, Jenis, Dampak, Hukum, dan Contohnya
Yang lebih kontroversial adalah praktik menghina orang lain tanpa persetujuan untuk efek komedi, yang oleh sebagian orang disebut pemanggangan. Namun, para komedian menekankan bahwa penggorengan yang sebenarnya membutuhkan persetujuan dari subjek.
Etika dalam Roasting
Tentu saja, meski terkesan komedi, ada etika tertentu yang harus diikuti saat meroasting seseorang. Salah satunya adalah memastikan karakter target sudah setuju untuk di-roasting di event tersebut.
Sehingga tidak semua orang bisa seenaknya dan bebas mencibir orang tersebut dengan mengumbar segala kejelekan. Biasanya para produser acara menyepakati di balik layar hal-hal apa saja yang akan dijadikan bahan lelucon.
Kemudian tokoh tersebut juga berhak membatasi komedian sejauh mana kehidupan pribadinya dapat diungkap atau didiskusikan di depan umum. Misalnya nama anggota keluarga, ciri fisik seperti pendek, gendut dan masih banyak lainnya.
Namun, karena banyak dari mereka yang tidak tahu apa-apa, masyarakat juga memanggang karakter ini. Mereka juga cenderung meniru lelucon yang mungkin mirip dan kemudian mengunggahnya ke media sosial.
Meskipun komedi ini mengandung beberapa sarkasme. Namun tidak menghilangkan rasa hormat terhadap orang tersebut dan tentunya hal tersebut dilakukan dengan cara yang berbeda dan unik menurut etika.
Negosiasi adalah teknik yang bertujuan untuk menemukan kesepakatan antara kedua belah pihak, yaitu produser dan tokoh. Tentu saja, ini tidak semua tentang menggoda.
Terkadang, pada acara-acara tertentu, roasting juga disertai dengan kesopanan yang tulus dan rasa hormat terhadap karakter tertentu. Itu juga membuat orang yang menerima lelucon sebagai humor yang baik, bukan penghinaan atau kritik, menjadi sangat serius.
Sumber:
https://www.gramedia.com
https://www.liputan6.com
dan sumber lain yang relevan
Post a Comment