Epikureanisme: Ajaran Kebahagiaan dan Relevansinya untuk Kehidupan Saat ini

Table of Contents

Epikureanisme
Apakah yang Dimaksud dengan Epikureanisme?

Epikureanisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan cara mencapai kebahagiaan dengan menghindari rasa sakit dan hidup sederhana. Epikureanisme merupakan sistem filsafat yang didasarkan pada ajaran Epikuros dan didirikan sekitar 370 SM.

Epikuros adalah seorang materialis atomis, mengikuti jejak Demokritos. Materialismenya membuatnya menentang takhayul dan campur tangan para dewa.

Halnya Aristippos, Epikuros percaya bahwa kesenangan itu baik. Namun cara untuk mencapainya adalah dengan hidup sederhana dan memperoleh pengetahuan mengenai cara kerja dunia dan batas-batas hasrat seseorang.

Hal tersebut membuat seseorang merasakan kedamaian (ataraxia) dan kebebasan dari rasa takut, serta hilangnya rasa sakit jasmani (aponia). Perasaan tersebut dibutuhkan untuk meraih kebahagiaan dalam bentuk yang lebih tinggi.

Epikureanisme mirip namun berbeda dari "Hedonisme".

Biografi dan Pemikiran Filosofisnya

Epikuros merupakan sosok filsuf kelahiran kota Samos, Yunani, pada 341 SM dan meninggal di Athena pada tahun 270 SM. Beliau dipuji karena kesederhanaannya, sifatnya yang lemah lembut, dan paham persahabatannya yang mendalam.

Setiap ucapannya terpatri dalam benak murid-muridnya. Sayang, lebih dari 300 tulisannya hanya terdiri dari beberapa potongan.

Berbeda dengan Plato, Aristoteles, dan Stoa, Epikuros dan para muridnya tidak berminat memikirkan, apalagi memasuki bidang politik. Ciri khas filsafat Epikuros adalah ‘penarikan diri dari hidup ramai’, dengan semboyannya yang berbunyi “Hidup dalam Kesembunyian.”

Baca Juga: Mazhab Stoik (Stoikisme): Sejarah dan Ajaran tentang Kebahagiaan

Semasa hidupnya, pada tahun 300 SM, Epikuros pernah mendirikan sebuah sekolah filsafat di Athena yang bernama “Epikureanisme”. Aliran filsafat ini kemudian berkembang menjadi salah satu aliran besar filsafat Yunani pasca Aristoteles dalam periode Hellenisme.

Aliran Epikureanisme sendiri lebih merupakan sekolah yang mengajarkan tentang kebijaksanaan hidup. Aliran Epikureanisme juga terkenal karena etikanya. Epikureanisme mengajarkan bahwa manusia harus mencari kesenangan sedapat mungkin. 

Baca Juga: Helenisme: Pengertian, Asal-Usul, dan Cirinya

Kesenangan itu baik, asal selalu sekadarnya, “Kita harus memiliki kesenangan, tetapi kesenangan tidak boleh memiliki kita.” Manusia harus bijaksana. Ia harus puas dengan menikmati hal-hal yang kecil dan sederhana. Dengan cara ini, ia akan mencapai kebebasan batin.

Agar dapat hidup bahagia, manusia memang mesti menggunakan kehendak bebasnya untuk mencari kesenangan sedapat mungkin. Tetapi terlalu banyak kesenangan justru akan menggelisahkan batin manusia.

Orang bijaksana tahu membatasi diri dan – terutama – mencari kesenangan rohani agar keadaan batin tetap tenang.

Kebahagiaan yang menjadi inti ajaran moral Epikuros terdiri dalam nikmat. Baginya, yang baik adalah yang menghasilkan nikmat, sedang yang buruk adalah yang menghasilkan perasaan tidak enak.

Akan tetapi, nikmat itu harus dimengerti betul. Kaum Epikurean bukanlah golongan hedonis. Bagi mereka, kenikmatan lebih bersifat rohani dan luhur daripada jasmani. Tidak sembarang keinginan harus dipenuhi.

Epikuros membedakan antara keinginan alami yang perlu (seperti makanan), keinginan alami yang tidak perlu (makanan yang enak), dan keinginan yang sia-sia (seperti kekayaan).

Hakikat nikmat terdiri dalam ketenteraman jiwa yang tenang serta kebebasan dari perasaan risau atau terkejut. Manusia hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga tubuh dan jiwanya tetap sehat dan tenang.

Karena itulah, Epikuros sangat menegaskan kebijaksanaan (phronesis). Menurutnya, orang bijaksana adalah “seniman hidup”. Ia pandai mempertimbangkan apakah ia memilih nikmat atau rasa sakit.

Bukan perasaan nikmat sementara yang menentukan kebahagiaan kita, melainkan nikmat yang bertahan selamanya dalam seluruh kehidupan.

Epikuros sangat menganjurkan agar manusia selalu menguasai diri. Orang bijaksana tidak akan memperbanyak kebutuhan, melainkan sebaliknya, membatasi kebutuhan-kebutuhannya, agar, dengan membatasi diri, kita dapat menikmati kepuasan.

Dengan cara seperti itu seseorang akan menghindari tindakan yang berlebihan demi mencari kehidupan yang tenang dan tenteram.

Meski ajaran Epikuros menasihatkan seseorang untuk menarik diri dari kehidupan secara umum, namun ajarannya tidak bersifat egois. Menurut Epikuros, berbuat baik lebih menyenangkan daripada menerima kebaikan, sebab kebahagiaan terbesar bagi manusia adalah persahabatan.

Prinsip Dasar Epikureanisme

Adapun prinsip-prinsip dasar Epikureanisme di antaranya,
1. Tetrapharmakos: Empat obat untuk jiwa
a. Tidak takut pada para dewa
Dalam konteks pemikiran Helenistik, saat itu Epicurus menentang pandangan kaum Stoa tentang intervensi Ilahi dalam alam semesta dan pengaruhnya terhadap nasib manusia. Dengan menekankan sifat mekanis alam semesta dan kebebasan individu untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Ia mengemukakan bahwa dewa-dewa merupakan sekumpulan atom yang tidak tertarik dan tak akan mencampuri apapun urusan manusia yang di mana manusia dapat memutuskan nasib mereka sendiri.

b. Tidak khawatir pada kematian
Pada dasarnya, kita semua tidak tahu dan tidak akan pernah siap jika kematian itu datang. Menurut Epicurus, takut akan kematian merupakan suatu hal yang keliru walaupun itu merupakan hal yang pasti dipikirkan oleh manusia.

Kehidupan dan kematian saling bertolak belakang. Keberadaan kita meniadakan kematian, dan saat kematian datang, keberadaan kita pun berakhir. Jiwa manusia sama seperti benda-benda lainnya di alam semesta, tersusun dari atom-atom material.

Ketika seseorang meninggal, jiwanya pun ikut musnah, meskipun atom-atom penyusunnya tetap ada. Namun, atom-atom tersebut tidak lagi mampu merasakan sensasi karena tidak lagi terhubung dengan tubuh.

c. Kebaikan mudah didapat dan,
d. Keburukan mudah dihindari
Epicurus menafsirkan “kebaikan” sebagai kenikmatan yang mendorong manusia untuk hidup sedangkan “keburukan” merupakan sesuatu yang menghalangi manusia untuk mencapai kebahagiaan.

Sebuah kesenangan merupakan hal baik yang hendaknya diusahakan, begitu juga sebaliknya. Di mana kesedihan dan kecemasan merupakan hal buruk yang harus dihindari.

2. Hedonisme
Mencari kesenangan, tetapi bukan kesenangan sembarangan. Di mana kita bisa membedakan antara kesenangan sejati dan kesenangan yang semu.

Kesenangan sejati menurut Epicurus merupakan kesenangan berkelanjutan yang tidak menimbulkan efek samping negatif. Seperti memenuhi kebutuhan dasar layaknya lapar, haus, belajar, dan membantu orang lain.

Sedangkan kesenangan semu merupakan kesenangan sesaat yang berasal dari keinginan yang berlebih dan seringkali menimbulkan efek negatif. Seperti kekayaan, kekuasaan, dan status sosial. Epicurus menekankan kesenangan dalam jumlah yang wajar dan menghindari kesenangan berlebihan.

3. Ataraxia
Ataraxia adalah konsep inti dalam filsafat Yunani Kuno, terutama dalam aliran Skeptisisme dan Epikureanisme. Ataraxia merupakan ketenangan jiwa yang bebas dari rasa khawatir dan takut.

Dalam Epikureanisme, ataraxia dicapai dengan mengejar kesenangan sederhana dan menghindari rasa sakit serta keinginan berlebihan, yang dianggap sebagai jalan menuju kehidupan yang bahagia dan seimbang.

Inti dari ataraxia adalah mencapai kondisi ketenangan mental yang stabil dan tidak tergoyahkan oleh peristiwa eksternal atau internal. Hal ini dapat dilakukan dengan fokus pada apa yang dapat dikendalikan, hidup sesuai dengan alam, dan melepaskan diri dari prasangka dan keyakinan yang salah.

Menerapkan Epikureanisme dalam Kehidupan Sehari-hari

Tentu saja, ada beberapa contoh kecil untuk menerapkan konsep Epikureanisme dalam kehidupan sehari-hari kita.
1. Mensyukuri Hal-Hal Kecil
Jangan terpaku pada pencapaian besar, luangkan waktu untuk menghargai hal-hal kecil dalam hidup daripada mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang besar dan kompleks.

Temukan kebahagiaan dalam momen-momen sederhana yang sering kali diabaikan, seperti percakapan yang menyenangkan dengan teman dan keluarga, atau menikmati keindahan alam.

2. Mengelola Keinginan
Belajar mengelola keinginan-keinginan yang berlebihan dengan menyadari bahwa kebahagiaan sejati tidak berasal dari pemenuhan semua keinginan, tetapi dari kemampuan untuk menikmati apa yang sudah dimiliki.

Hindari membeli barang-barang secara impulsif hanya untuk mengikuti tren atau mencari kebahagiaan sesaat. Fokuslah pada membangun pengalaman dan hubungan yang bermakna daripada mengumpulkan harta benda.

3. Memilih Makanan Sehat dan Mengolahnya dengan Baik
Nikmati makanan segar dan bergizi daripada makanan olahan yang tinggi kalori dan gula. Luangkan waktu untuk memasak dan menikmati makanan dengan penuh kesadaran.

4. Menjalin Hubungan yang Positif
Habiskan waktu bersama orang-orang yang positif dan suportif. Bangun hubungan yang didasari rasa saling menghormati, pengertian, dan kasih sayang.

5. Melakukan Aktivitas Fisik dan Menjaga Kesehatan Mental
Luangkan waktu untuk berolahraga secara teratur, baik itu berjalan kaki, berenang, atau yoga. Praktikkan teknik relaksasi seperti meditasi atau yoga untuk menenangkan pikiran dan tubuh. Dapatkan bantuan profesional jika mengalami stres, kecemasan, atau depresi.

Epikureanisme, aliran filsafat yang berfokus pada pencapaian kebahagiaan melalui kenikmatan sederhana dan penghindaran rasa sakit, menawarkan pandangan hidup yang relevan dan menenangkan dalam dunia yang sering kali dipenuhi dengan stres dan tekanan.

Dengan menekankan pentingnya kebahagiaan batin dan ketenangan pikiran, aliran ini mengajarkan kita untuk menghargai momen-momen kecil, mengelola keinginan, dan mencari kebahagiaan dalam hal-hal yang mudah dijangkau dan tidak tergantung pada faktor eksternal yang berubah-ubah.

Meskipun kadang disalahpahami sebagai ajaran yang mendorong hedonisme berlebihan, Epikureanisme sebenarnya menganjurkan keseimbangan, kesederhanaan, dan refleksi mendalam atas apa yang benar-benar penting dalam hidup.

Meskipun penerapan Epikureanisme bersifat individual, prinsip-prinsipnya dapat diadaptasi dengan kebutuhan dan nilai-nilai setiap orang. Memilih untuk menjalani hidup sesuai dengan ajaran Epikureanisme adalah sebuah perjalanan yang berkelanjutan.

Diperlukan dedikasi dan usaha untuk menerapkan prinsip-prinsipnya dalam kehidupan sehari-hari. Namun, dengan komitmen dan kegigihan, kita dapat mencapai kebahagiaan sejati dan menjalani hidup yang lebih damai dan bermakna.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://lsfdiscourse.org
https://kumparan.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment