Empat Serangkai dan Perannya Bagi Kemerdekaan Indonesia

Table of Contents

Empat Serangkai
Apakah Empat Serangkai?

Empat Serangkai adalah julukan untuk empat tokoh pergerakan nasional Indonesia, yaitu Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan KH Mas Mansyur. Keempat tokoh ini turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sejak masa penjajahan Belanda hingga Indonesia merdeka. 

Baca Juga: Ir. Soekarno sang Proklamator Kemerdekaan Indonesia

Empat Serangkai juga dikenal sebagai pemimpin dari organisasi Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA) yang didirikan oleh pemerintah Jepang pada 16 April 1943. Jepang menunjuk Empat Serangkai sebagai pemimpin PUTERA karena menganggap mereka sebagai lambang aliran-aliran dalam pergerakan nasional Indonesia.

Dalam PUTERA, Empat Serangkai bersikap kooperatif terhadap pemerintah Jepang demi kebaikan bangsa. Mereka berharap dengan bekerja sama, mereka akan mendapatkan kesempatan yang baik untuk mempercepat proses kemerdekaan Indonesia. 

Baca Juga: Pendudukan Jepang di Indonesia: Sejarah, Perlawanan, dan Dampaknya

PUTERA berkembang pesat ke berbagai daerah, terutama di Jawa. Namun, Jepang akhirnya membubarkan PUTERA dan menggantikannya dengan Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai).

Tokoh Empat Serangkai

Empat Serangkai adalah sebutan bagi sekumpulan tokoh yang mempunyai pengaruh besar di masa perjuangan, hingga kemerdekaan. Adapun empat tokoh nasionalis yang dikenal dengan sebutan Empat Serangkai adalah Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, KH Mas Mansyur, serta Ki Hajar Dewantara.

Baca Juga: Mohammad Hatta: Sang Proklamator Kebanggaan Bangsa Indonesia

Para tokoh tersebut turut berjuang dalam menjunjung kemerdekaan Indonesia dan melawan penjajah sejak masa penjajahan Belanda, hingga kependudukan Jepang. Kala itu, Ir. Soekarno serta Moh. Hatta telah dikenal sebagai tokoh politik yang berasal dari kaum nasionalis.

Di sisi lain, KH Mas Mansyur termasuk tokoh Islam atau ulama Muhammadiyah yang pernah menjadi anggota Sarekat Islam. Ada pula Ki Hajar Dewantara yang termasuk sebagai tokoh pendidikan dan pendiri Taman Siswa sebagai sekolah pribumi tertua.

Sejarah terbentuknya Empat Serangkai

Dikutip dari Masa Pendudukan Jepang (2018), Empat Serangkai berpendapat sikap kooperatif dan kerja sama adalah langkah terbaik ketika perang.

Saat itu, Jepang tengah menghadapi Perang Pasifik atau Perang Asia Timur Raya melawan negara-negara Barat. Untuk memenangkan perang itu, Jepang merebut sejumlah negara Asia Tenggara yang sebelumnya dikuasai Belanda. 

Baca Juga: Perang Pasifik: Sejarah, Latar Belakang, dan Dampaknya

Indonesia yang tadinya dijajah Belanda, direbut Jepang pada 1942. Jepang ingin memanfaatkan Indonesia yang kaya sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk membantu Jepang menghadapi perang. Agar rakyat mau membantu Jepang, Jepang mendekati golongan nasionalis yang kala itu memperjuangkan kemerdekaan.

Dikutip dari otobiografi Moh Hatta Untuk Negeriku (2011), suatu pagi di tahun 1943, Hatta dan Soekarno dipanggil Jepang. Keduanya dipandang sebagai pemimpin politik yang dapat memberi masukan bagi Jepang.

Selain itu, diundang juga Ki Hajar Dewantara dan KH Mas Mansyur. "Kami berempat itu diberi nama julukan oleh Soekardjo Wirjopranto 'Empat Serangkai'. Supaya kami berempat jangan diadudombakan, kami berempat selalu mengadakan hubungan dan pergaulan yang erat," tulis Hatta.

Terbentuknya PUTERA

Dari hasil pertimbangan Jepang bersama para tokoh pergerakan, tercetuslah ide untuk membentuk organisasi sosial. Saat itu sebenarnya sudah ada Gerakan Tiga A. Namun organisasi propaganda itu kurang efektif meraih simpati rakyat. Gerakan Tiga A hendak dibubarkan.

Jepang mempelajari bahwa untuk merebut hati rakyat, perlu tokoh nasional yang saat itu sudah dipercaya rakyat. Jepang pun akhirnya membentuk Pusat Tenaga Rakyat atau PUTERA pada 16 April 1943. Empat Serangkai memimpin PUTERA.

Gerakan ini tidak dibiayai pemerintah Jepang. Walaupun demikian, para pemimpin bangsa diperbolehkan untuk menggunakan fasilitas Jepang seperti koran dan radio. Tujuan PUTERA adalah membangun dan menghidupkan kembali hal-hal yang dihancurkan Belanda.

Pembubaran PUTERA

Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi rakyat guna membantu Jepang dalam perang. Selain tugas propaganda, PUTERA juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi.

Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat untuk menyambut kemerdekaan dua tahun kemudian. Jepang menyadari PUTERA lebih banyak menguntungkan bagi pergerakan nasional dibanding kepentingan Jepang sendiri.

Maka pada 1944, Jepang membubarkan PUTERA dan digantikan dengan Himpunan Kebaktian Jawa (Jawa Hokokai).

Sumber:
https://www.kompas.com
https://kumparan.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment