Sanad sebagai Kajian Ilmiah dalam Islam

Table of Contents

Sanad
Pengertian Sanad

Sanad adalah keseluruhan rawi dalam suatu hadis, dan juga dapat diartikan sebagai jalan yang menyampaikan hadis. Secara bahasa, sandaran, pegangan, referensi, pengaman dan benteng, sanad adalah pengayom matan hadis.

Secara terminologi, sanad adalah rangkaian para perawi yang memindahkan matan dari sumber primernya. Dalam hal ini, artinya sanad adalah orang-orang yang meriwayatkan hadis dari tingkatan sahabat hingga hadis itu sampai kepada kita.

Matan sendiri menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi atau tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat berakhirnya sanad". Sanad merupakan pegangan dalam teks hadis atau matan.

Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadis-hadis Nabawi, yaitu segala hal yang disandarkan (idlafah) kepada Nabi SAW.

Pentingnya posisi sanad dalam ilmu hadis menurut para ulama untuk mengetahui otensitas suatu sumber. Bagaimana asal riwayat sumber tersebut yang menyandarkan konteksnya kepada Nabi Muhammad SAW, haruslah dapat dipertanggungjawabkan.

Berbeda lagi dengan pengertian rawi. Rawi adalah unsur pokok ketiga dari sebuah hadits. Kata "Rawi" atau "ar-Rawi" berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits (naqil al-Hadits).

Antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi. Sehigga yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan, menerima dan memindahkan hadis.

Baca Juga: Rawi: Pengertian, Tingkatan, Syarat, dan Contohnya

Kajian Sanad dalam Hadis

Sanad adalah silsilah atau kumpulan rawi dari sahabat hingga orang terakhir yang meriwayatkannya. Pengertian sanad sebenarnya telah ada sebelum Islam datang, sebagai referensi kala itu.

Selanjutnya unsur sanad dari hadis di atas, kumpulan silsilah atau rangkaian nama-nama rawi dari Musaddad hingga kepada Anas bin Malik. Sanad inilah yang akan menentukan kualitas dari hadis apakah sahih, hasan, atau dhaif.

Sedangkan hadis sendiri berarti berbicara, perkataan, percakapan. Hadis disebut juga 'Sunnah', yang secara istilah berarti segala perkataan (sabda), perbuatan, ketetapan dan persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan landasan syariat Islam.

Melansir dari NU online, hadis adalah setiap informasi yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga saat dikatakan, "Rasulullah SAW pernah berkata" atau "Rasulullah SAW pernah melakukan..", secara tidak langsung pernyataan tersebut bisa dikatakan hadis.

Kendati demikian, setiap informasi yang mengatasnamakan Rasulullah harus benar-benar valid. Sebab terdapat banyak berita yang memalsukan hadis demi kepentingan tertentu.

Fungsi Sanad

Fungsi sanad adalah untuk mengetahui derajat kesahihan suatu hadis. Apabila ada cacat dalam sanadnya baik itu karena kefasikannya, lemahnya hafalan, tertuduh dusta atau selainnya maka hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat sahih.

Manfaat Sanad

Selain Alquran, sanad inilah yang menjadi ukuran sebuah hadis benar dan valid, shahih, hasan, dhaif atau palsu. Inilah keunggulan ajaran Islam. Demi menjaga keutuhan umat dari kesesatan, setiap yang diajarkan harus selalu ada rujukannya sampai kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dalam dunia akademis disebut ilmiah. Tak boleh satupun pernyataan dalam tesis atau disertasi tanpa referensi.

Macam Sanad

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, sanad adalah alan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Dengan kata lain, sanad adalah hal yang terkait dengan penyampaian informasi terutama hadits.

Sekarang makna sanad menjadi lebih meluas. Selain terkait dengan penyampaian hadits dan menguji kebenarannya, sanad juga dipahami sebagai silsilah keilmuan dari murid ke guru, hingga ke Nabi Muhammad SAW.

Dengan perluasan makna tersebut, sanad kini dapat dibedakan menjadi tiga, yakni Sanad Riwayah atau Ijazah; Sanad Fikrah; dan Sanad Tarbiyah dan SulÈ—k (rohani dan akhlak).
1. Sanad Riwayah
Sanad Riwayah adalah sanad berupa ijazah yang diberikan guru kepada muridnya, baik berupa kitab atau ilmu, sebagaimana yang diperolah sang guru dari guru sebelumnya. Peran sanad riwayah sangat penting untuk menghindari tadlȋs (keterputusan sanad secara tersembunyi).

2. Sanad Fikrah
Sanad fikrah adalah sanad yang disebut juga sanad pemikiran. Sanad ini tersambung dengan cara talaqqi atau belajar langsung, baik secara formal seperti di sekolah, kampus, pondok pesantren, maupun secara informal seperti di pengajian, majelis taklim, dan kursus.

3. Sanad Tarbiyah
Sanad tarbiyah adalah sanad yang terjadi akibat interaksi langsung antara guru dan murid, sehingga murid dapat mewarisi kualitas spiritual.

Sanad dalam kategori ini lebih baik dari kategori sebelumnya, sebab dengan sanad inilah seseorang dapat mengubah akhlaknya sebagaimana akhlak Nabi, para sahabat, dan ulama salaf al-shalih.

Kategori Hadis Berdasarkan Kualitas

Terdapat tiga kategori hadis yang didasarkan pada pertimbangan unsur dan semua syarat telah terpenuhi.
1. Hadis Shahih
Kategori yang pertama ialah hadis shahih, yang sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang berkualitas dan tidak lemah hafalannya. Kemudian dalam sanad dan matannya tidak ada syadz (kejanggalan) dan 'ilat (cacat).

Mahmud Thahan dalam Taisir Musthalahil hadis menjelaskan hadis shahih adalah:
"Setiap hadis yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari awal sampai akhir sanad, tidak terdapat di dalamnya syadz dan 'illah."

Beberapa contoh periwayat hadis yang dianggap shahih, seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, At-Turmudzi, Abu Dawud dan masih banyak lagi. Serta muttafaqun alaih untuk sebutan untuk hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim secara bersamaan.

Rangkuman syair yang digubah oleh Imam Al-Bayquni dalam Nadham Bayquni mengenai hadis shahih, memiliki 5 syarat penting yaitu:
"Pembagian hadis yang pertama adalah shahih, yaitu sanadnya bersambung serta tidak terdapat syadz atau illat, diriwayatkan oleh perawi yang adil serta dhabit serta kuat dhabit dan periwayatannya."

2. Hadis Hasan
Berurutan, hadis yang terbilang lebih lemah dari shahih. Secara bahasa, hasan artinya baik. Sehingga terkadang hadis kategori kedua ini masih kerap dianggap boleh menjadi dasar hukum.

Masih dari lansiran yang sama, hadis hasan adalah hadis yang rangkaian sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit, tidak terdapat syadz (kejanggalan) dan 'illah (cacat). Kualitas hafalan perawi hadis hasan tidak sekuat hadis shahih.

3. Hadis Dhaif
Kategori hadis yang terakhir ialah hadis dhaif atau lemah. Hadis yang tidak memenuhi persyaratan hadis shahih dan hadis hasan. Disebutkan dalam Mandzumah Bayquni, hadis dhaif ialah:
"Setiap hadis yang kualitasnya lebih rendah dari hadis hasan adalah dhaif dan hadis dhaif memiliki banyak ragam."

Sehingga hadis dhaif tidak bisa dijadikan sebagai sumber hukum. Sebaiknya, saat menyelesaikan masalah baru, berurutan dasar hukum dari Al-Quran, lalu hadis, baru ke ijma' atau kesepakatan para ulama, dan baru qiyas. Selanjutnya bila masih belum ada titik terang dengan mempertimbangkan melalui Istihsan, Ijtihad, lalu Urf.

Perbedaan Sanad, Matan, dan Rawi

Dalam konteks penyampaian informasi berupa hadits, sanad adalah keterkaitan orang-orang yang meriwayatkan hadis dari tingkatan sahabat hingga hadis itu sampai kepada kita. Matan sendiri menurut bahasa adalah mairtafa'a min al-ardi atau tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah adalah "kalimat tempat berakhirnya sanad".

Baca Juga: Matan: Pengertian, Kaidah Kesahihan, dan Contohnya

Berbeda lagi dengan pengertian rawi. Rawi adalah unsur pokok ketiga dari sebuah hadits. Kata "Rawi" atau "ar-Rawi" berarti orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadits (naqil al-Hadits). Antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan.

Sanad-sanad hadits pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi. Sehingga yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan, menerima dan memindahkan hadis.

Sumber:
https://www.liputan6.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment