Perhimpunan Indonesia (PI): Organisasi Pergerakan Pertama yang Memakai Istilah Indonesia

Table of Contents

Perhimpunan Indonesia atau PI
Apa itu Perhimpunan Indonesia (PI)?

Perhimpunan Hindia (Indische Vereeniging), dikenal juga sebagai Perhimpunan Indonesia (PI) atau Indonesische Vereeniging adalah organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda yang berdiri pada tahun 1908. PI merupakan organisasi pergerakan nasional pertama yang menggunakan istilah Indonesia.

Perhimpunan Indonesia berdiri atas prakarsa Soetan Kasajangan Soripada Harahap dan R.M. Noto Soeroto. 

Baca Juga: Organisasi Pergerakan Nasional: Pengertian, Tujuan, Faktor Penyebab, dan Daftarnya

Sejak Cipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat masuk, pada 1913, mulailah mereka memikirkan mengenai masa depan Indonesia. Mereka mulai menyadari betapa pentingnya organisasi tersebut bagi bangsa Indonesia. Semenjak itulah Perhimpunan Indonesia memasuki kancah politik.

Organisasi ini menjadi pelopor kemerdekaan Indonesia di kancah internasional dan pemicu terbentuknya organisasi pergerakan nasional lainnya.

Pendiri Perhimpunan Indonesia (PI)

Dikutip dari Jurnal Pendidikan Sejarah & Sejarah FKIP UNJA, menurut Sudiyo, para pendiri Perhimpunan Indonesia (Indische Vereeniging) adalah para pelajar Indonesia, yang terdiri dari Sutan Casayangan, Sosro Kartono, Hussein Djajadiningrat, Noto Soeroto, Notodiningrat, Sumitro Kolopaking, dan dr. Apituley.

Sutan Casayangan, seorang mahasiswa di Sekolah Perguruan Tinggi Haarlem, terpilih sebagai ketua Indische Vereeniging dan memimpin organisasi ini dari 15 November 1908 hingga tahun 1914.

Pada tahun 1923 terpilihlah Iwa Kusuma Sumantri sebagai ketua baru Perhimpunan Indonesia. Sejak terpilihnya, terjadi pergeseran dalam sifat perjuangan Perhimpunan Indonesia. Orientasi politik organisasi semakin kuat, ditandai dengan fokus pada penolakan terhadap kolonialisme Belanda dan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Salah satu puncak perjuangan politik Perhimpunan Indonesia adalah Manifesto Politik yang dikeluarkan pada tahun 1925. Manifesto ini merupakan pernyataan tegas yang menuntut kemerdekaan Indonesia dan menolak segala bentuk penjajahan. Manifesto ini dibacakan di Kongres Pemuda ke-2 di Den Haag dan mendapat respons positif dari para pemuda Indonesia di Belanda.

Sejarah Perhimpunan Indonesia (PI)

Pada mulanya, kedatangan para pelajar Indonesia di Belanda tidak dilandasi oleh tujuan politik. Mereka meninggalkan tanah air semata-mata untuk menimba ilmu dan melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi di Belanda.

Hal tersebut disebabkan oleh ketiadaan universitas atau perguruan tinggi di Indonesia pada awal abad ke-20. Para pelajar yang telah menyelesaikan pendidikan menengah atas seperti AMS, HBS, dan sekolah setingkat lainnya pada saat itu tidak memiliki pilihan lain selain melanjutkan studi mereka di Belanda.

Para pelajar Indonesia yang mengenyam pendidikan di Belanda memiliki hubungan persaudaraan yang erat tanpa memandang suku dan ras. Sifat inilah yang mendorong mereka untuk sering mengadakan perkumpulan dan membahas cita-cita nasional negara merdeka.

Meskipun berasal dari fakultas yang berbeda dengan pengetahuan yang beragam, para mahasiswa Indonesia di Belanda memiliki semangat untuk mempelajari pengetahuan yang lebih luas tentang negara kebangsaan mereka. Mereka mendapatkan pengetahuan ini dari buku-buku di perpustakaan tempat mereka belajar, yang kemudian menumbuhkan rasa nasionalisme di dalam diri mereka.

Seiring dengan bertambahnya jumlah pelajar Indonesia dan dibutuhkannya sebuah wadah kebersamaan dan saling membantu antar sesama, pada 1908 terbentuklah organisasi di Belanda bernama Indische Vereeniging yang diprakarsai oleh Soetan Casajangan. Pada tahun yang sama, organisasi pergerakan nasional yang diinisiasi pelajar Indonesia juga terbentuk yaitu Budi Utomo.

Indische Vereeniging pada awalnya bergerak di bidang sosial karena dilarang oleh pemerintahan Belanda untuk para mahasiswa mendirikan organisasi yang bersifat politik. Pengawasan terhadap pergerakan politik yang ada di Belanda maupun di Indonesia saat itu juga masih ketat. Hal ini membuat para mahasiswa masih belum berani untuk bergerak di bidang politik.

Perubahan Arah Gerakan

Sejak tahun 1919, jurang pemisah antara kepentingan penjajah dan Nasionalis semakin lebar. Sentimen anti-kolonialisme dan imperialisme meningkat pesat, memperkuat perjuangan untuk kemerdekaan. Salah satu bentuk penolakan terhadap kolonialisme adalah upaya menghilangkan nama-nama yang berbau kolonial.

Akhirnya di tahun 1922, organisasi ini kemudian berubah nama dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging. Perubahan nama ini dilakukan sebagai upaya menghilangkan nama-nama yang berbau kolonial. Namun karena para mahasiswa menganggap nama tersebut masih mengandung makna kolonial, maka di tahun 1925 nama organisasi tersebut kembali diubah dengan bahasa Nasional menjadi Perhimpunan Indonesia (PI).

Perubahan nama ini dianggap sebagai batas arah perjuangan yang pada mulanya menempuh jalan sosial yang berubah arah menjadi jalan pergerakan politik. Meskipun perubahan nama tersebut baru dilakukan pada tahun 1922, sifat perjuangan para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda sebenarnya sejak dulu telah menggunakan taktik politik.

Organisasi Pertama yang Memakai Istilah Indonesia

Perubahan nama Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging, kemudian berubah lagi menjadi Perhimpunan Indonesia menjadikan organisasi ini sebagai organisasi pergerakan nasional pertama yang mengandung istilah 'Indonesia' di dalam namanya.

Perubahan nama ini juga mencerminkan perkembangan pemikiran dan tujuan organisasi. Dari organisasi yang fokus pada persaudaraan dan kemajuan pelajar Indonesia, menjadi organisasi yang memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Perhimpunan Indonesia menjadi salah satu organisasi pergerakan nasional yang paling berpengaruh di luar negeri.

Perkembangan Perhimpunan Indonesia (PI)

Aktivitas Perhimpunan Indonesia semakin meningkat ketika Mohammad Hatta dan Ahmad Subarjo ikut bergabung dalam kepengurusan Perhimpunan Indonesia. Keduanya menegaskan, bahwa tujuan Perhimpunan Indonesia adalah Indonesia merdeka yang akan dicapai dengan aksi bersama.

Mereka juga mendapatkan dukungan internasional dari negara lain, seperti Organisasi internasional seperti Liga Penentang Imperialisme, Liga Demokrasi Internasional dan penindasan kolonial, sehingga Perhimpunan Indonesia dapat aktif dalam kegiatan organisasi internasional yang menentang aktivitas para penjajah.

Tidak hanya di Belanda dan di luar Belanda saja, organisasi Perhimpunan Indonesia juga memiliki pengaruh yang cukup besar di Indonesia. Banyak organisasi pergerakan nasional berdiri sebab mereka terinspirasi dari Perhimpunan Indonesia.

Organisasi yang terinspirasi tersebut adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) dan Jong Indonesia (Pemuda Indonesia). Meskipun perjuangan yang dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia sifatnya adalah internasional, akan tetapi dampak yang dirasakan dalam lingkup nasional di tanah air.

Sejak bergabungnya Mohammad Hatta dalam Perhimpunan Indonesia (PI), ia juga berhasil merangsang para rekan intelektual yang lain serta menumbuhkan semangat nasionalisme untuk ikut menentang penjajahan pada Belanda. Sikap politik dari PI yang cukup radikal kemudian dapat dilihat melalui usaha-usahanya seperti berikut.
1. Perhimpunan Indonesia harus membuka mata rakyat Belanda, bahwa pemerintahan kolonial bersikap sangat ofensif. Perhimpunan Indonesia juga harus meyakinkan rakyat Indonesia mengenai kebenaran dari perjuangan kaum nasionalis.
2. Mengembangkan ideologi yang bebas serta kuat yang berada di luar pembatasan Islam dan komunis.
3. Menyadarkan para mahasiswa, agar mereka memiliki komitmen yang cukup bulat akan persatuan dan kemerdekaan Indonesia, menyadarkan para mahasiswa untuk ikut bertanggung jawab untuk memimpin rakyat dalam melawan para penjajah.

Kegiatan utama PI dalam bidang politik adalah menyebarluaskan semangat persatuan nasional yang bertujuan untuk menentang penjajahan Belanda. Penyebarluasan rasa semangat tersebut dapat dilakukan oleh PI melalui majalahnya yaitu Hindia Putra atau Indonesia Merdeka.

Tentu saja, perjuangan politik yang dilakukan oleh Perhimpunan Indonesia tidak terbatas hanya di Belanda saja akan tetapi juga di internasional. Contohnya seperti Kongres Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial yang diadakan di Paris diikuti oleh para tokoh PI pada Agustus tahun 1926.

Pada kongres yang dihadiri oleh tokoh PI, kongres ikut menyokong perjuangan dari PI untuk mencapai Indonesia merdeka. Karena agenda-agenda politik tersebut, beberapa tokoh PI kemudian ditangkap karena menentang penjajahan Belanda dengan cukup keras.

Beberapa tokoh yang ditangkap adalah Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Ali Sastroamidjojo dan Abdul Madjid Djojodiningrat. Keempat tokoh tersebut dituntut di muka pengadilan di Den Haag pada tahun 1928 dan dibebaskan karena tidak ada bukti yang cukup.

PI memiliki peranan penting dalam pergerakan di Indonesia. Pertama, Perhimpunan Indonesia berperan sebagai pendobrak psikologis serta kekuasaan dengan sistem kolonial. Kemudian kedua, PI juga memiliki peran sebagai ideologi sekuler yang mendorong rasa semangat dalam kebangsaan.

Peran PI yang ketiga adalah sebagai penyatu unsur golongan dalam organisasi. Keempat, Perhimpunan Indonesia adalah organisasi pertama yang menggunakan kata Indonesia sebagai nama organisasi penamaan tersebut adalah wujud pengembangan jati diri nasional bangsa Indonesia.

Terakhir, Perhimpunan Indonesia adalah organisasi kebangsaan yang orisinal ketika membuat ideologi Indonesia untuk segera merdeka dan mandiri.

Tujuan Perhimpunan Indonesia (PI)

Menurut laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) bahwa kegiatan politik yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Indonesia rupanya sangat menarik perhatian dunia internasional.

Salah satu aksi yang paling dikenal dari agenda Perhimpunan Indonesia adalah manifesto politik yang dikeluarkan di tahun 1925. Kegiatan manifesto politik tersebut memiliki dampak yang cukup besar, hingga membuat pemerintah Belanda merasa terancam akan keberadaan organisasi Perhimpunan Indonesia.

Sebab, tidak ada yang menyangka sebelumnya bahwa organisasi yang mulanya didirikan dengan mengusung sifat sosial justru berubah menjadi organisasi pergerakan nasional. Bahkan Perhimpunan Indonesia juga turut aktif memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di dunia internasional.

Dari perubahan nama organisasi ini saja yang menggunakan istilah Indonesia di dalamnya telah menunjukkan sifat radikal yang menuntut agar Tanah Air Indonesia segera merdeka.

Perubahan nama tidak hanya terjadi pada nama organisasi saja, akan tetapi juga pada majalah terbitan Perhimpunan Indonesia yang mulanya bernama Hindia Putra kemudian berubah nama menjadi Indonesia Merdeka dengan semboyan ‘Indonesia merdeka, sekarang!’

Sifat organisasi Perhimpunan Indonesia pun turut mengalami perubahan yang cukup drastis, dari yang mulanya organisasi sosial berubah menjadi organisasi politik dan mengambil keputusan memegang prinsip non-kooperasi.

Pada tahun 1923,Perhimpunan Indonesia mengeluarkan Deklarasi Perhimpunan Indonesia yang diterbitkan pada majalah Hindia Putra. Pada deklarasi tersebut, Perhimpunan Indonesia menggunakan kata Bangsa Indonesia yang menunjukkan cita-cita dari Perhimpunan Indonesia untuk negara Indonesia sebagai negara baru yang merdeka.

Kemudian pada tahun 1925, deklarasi tersebut berkembang dan menjadi manifesto politik. Sebab Perhimpunan Indonesia meyakini bahwa hanya kemerdekaanlah yang dapat mengembalikan harga diri bangsa Indonesia.

Manifesto politik tersebut sempat membuat pihak Belanda merasa terancam, sebab tidak ada pihak yang menyangka bahwa organisasi Perhimpunan Indonesia yang mulanya adalah organisasi sosial berubah menjadi organisasi pergerakan nasional.

Perkembangan teknologi media cetak serta jurnalisme memiliki peran penting dalam menyebarkan manifesto politik. Ide tersebut tentang persatuan, nasionalisme yang digagas oleh Perhimpunan Indonesia tidak hanya beredar di Belanda saja, akan tetapi juga beredar di Indonesia.

Sebagai dampaknya, ide tersebut mempengaruhi organisasi pergerakan nasional di Indonesia. Pejuang kemerdekaan di Indonesia pun menjadi sadar, bahwa mereka adalah bangsa yang satu meskipun berbeda suku bangsa serta agama. Kesadaran inilah yang akhirnya memunculkan Sumpah Pemuda pada tahun 1928.

Baca Juga: Sumpah Pemuda: Pengertian, Tujuan, Tokoh, Sejarah, Isi, dan Maknanya

Dari gerakan dan agenda yang dilaksanakan oleh Perhimpunan Indonesia, dapat diketahui bahwa tujuan Perhimpunan Indonesia adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dalam rangka memperoleh pemerintahan Indonesia yang memiliki tanggung jawab terhadap para rakyat Indonesia dan tidak termasuk Belanda.

Berdasarkan tujuan tersebut, Iwa Kusuma Sumantri menyampaikan, bahwa ada tiga hal pokok yang merangkum tujuan Perhimpunan Indonesia, di antaranya,
1) Indonesia ingin menentukan nasibnya sendiri,
2) bangsa Indonesia harus bersatu melawan Belanda,
3) bangsa Indonesia harus mengandalkan kekuatan serta kemampuan yang mereka miliki sendiri.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka para mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Indonesia melakukan beberapa kegiatan serta perlawanan. Selain perlawanan dengan manifesto politik yang cukup terkenal, Perhimpunan Indonesia juga ikut melawan Nazi.

Sejak Hitler memiliki kekuasaan di Jerman pada tahun 1933, lalu Hitler menguasai Eropa dan menduduki Belanda di tahun 1940, Perhimpunan Indonesia turut menunjukkan sifat radikalnya dengan mengajak para mahasiswa Indonesia untuk melawan fasisme.

Pada masa tahun 1940-an, Perhimpunan Indonesia bersekutu dengan beberapa media asal Belanda seperti Vrij Nederland, Het Parool, De Waarheid, dan De Vrije Katheder untuk mencetak koran secara ilegal yang tujuannya adalah untuk melawan fasisme.

Selain itu, Perhimpunan Indonesia juga aktif dalam kegiatan politik anti Nazi dengan merekrut, berkoordinasi dan mengarahkan para mahasiswa dengan ikut membagikan pamflet serta berupaya untuk melindungi orang-orang yang menjadi target serangan Nazi.

Perhimpunan Indonesia menilai, bahwa kerjasama yang dilakukan dengan pihak Belanda adalah sebuah upaya untuk menyelamatkan kemanusiaan dari segala tindakan sadis Nazi. Selain itu, Perhimpunan Indonesia juga menilai bahwa kemerdekaan Indonesia dapat diraih apabila fasisme dapat diperangi. Akan tetapi ternyata usaha tersebut dienyahkan oleh pihak pemerintah Belanda begitu saja.

Selain dengan mengupayakan kerjasama dengan Belanda, masalah krusial yang dihadapi oleh Perhimpunan Indonesia adalah bagaimana caranya untuk menyadarkan sesama bangsa Indonesia yang berada di Belanda untuk ikut serta dalam memerangi fasisme.

Seruan ini sampai ke telinga para pelaut Indonesia yang saat itu bekerja di kapal perusahaan Belanda. Karena kekuasaan Jerman, banyak dari para pelaut yang menganggur, sehingga mereka menjadi target dari penyuluhan para mahasiswa Perhimpunan Indonesia.

Sayangnya, ada beberapa anggota Perhimpunan Indonesia yang menjadi korban dari kekejaman Nazi, di antaranya adalah Djajeng Pratomo dan sang adik, Gondho yang menjadi pekerja paksa di kamp Dachau, akan tetapi pada akhirnya selamat. Selain itu ada tiga orang yang tewas di kamp dan satu orang tewas karena ditembak oleh polisi Nazi ketika sedang menyebarkan pamflet di Leiden yaitu Irawan Surjono.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.detik.com
https://www.gramedia.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment