Matan: Pengertian, Kaidah Kesahihan, dan Contohnya

Table of Contents

Pengertian Matan
Pengertian Matan

Matan adalah kalimat atau bunyi yang terdapat dalam hadis dan merupakan isi riwayat. Matan merupakan bagian terpenting dalam hadis dan terletak setelah sanad. Matan berisi ungkapan Nabi Muhammad SAW, seperti perbuatan, perkataan, dan hal ihwal beliau.

Secara etimologis, matan berarti tanah yang tinggi dan keras. Sedangkan menurut istilah, matan adalah sebuah kalimat yang terletak setelah berakhirnya sanad suatu hadis.

Dalam ilmu hadis, matan merupakan materi, lafadh, teks, atau redaksi hadis. Dengan kata lain, matan adalah isi hadis yang mengandung ungkapan Nabi Muhammad SAW.

Dalam mempelajari hadis, ada tiga unsur utama yang harus diperhatikan, yaitu sanad, matan, dan rawi. Ketiga unsur ini memiliki peran penting dalam menilai kualitas hadis. Hadits dikatakan sahih jika sanad dan matannya terbukti valid berdasarkan metodologi kritik sanad dan matan hadis. 

Baca Juga:

Sanad sebagai Kajian Ilmiah dalam Islam 

Rawi: Pengertian, Tingkatan, Syarat, dan Contohnya

Pengertian Matan dari Beberapa Ahli

1. Menurut Dr. Ahmad Fudhaili dalam buku Perempuan di Lembaran SuciKritik atas Hadis-Hadis Sahih", pengaplikasian matan dalam hadis adalah sebagai bentuk proses untuk membedakan mana hadis yang baik dan buruk. Selain itu juga digunakan untuk memperoleh kebenaran akan otensitas dan interpretasi sebuah matan hadis.
2. Umar ibn Hasan ‘Usman Fallatah menerangkan dalam kitabnya yang berjudul al-Wad’u fi al-Hadith, objek kajian matan hadis mempunyai dua kategori, yaitu: bentuk redaksi dan kandungan matan. Ini dilakukan untuk menyeleksi bahwa sabda-sabda Nabi Muhammad tersebut bukanlah berasal dari kedustaan.
3. Dalam buku yang berjudul Relasi Teks dan Konteks (2020) karya Muhammad Yusuf, menjelaskan bahwa kata matan berasal dari al-matn yang memiliki arti bagian tanah yang meninggi. Sedangkan menurut istilah, kata matan adalah rangkaian kalimat tempat berakhirnya sanad. Sanad adalah lafal-lafal hadis yang di dalamnya mengandung makna-makna tertentu.

Kaidah Kesahihan Matan Hadis

Ibn al-Qayim al-Jawziyyah merumuskan cara menentukan kesahihan matan hadis dalam kitabnya yang berjudul al-Manar al-Munif fi al-Sahih wa al-Da’if.
1. Mengetahui sejarah hidup Nabi Muhammad;
2. Mengetahui petunjuk-petunjuk Nabi Muhammad;
3. Mengetahui segala yang diperintah dan dilarang oleh Rasulullah;
4. Mengetahui segala yang disenangi dan dibenci oleh Nabi SAW;
5. Mengetahui segala yang disyariatkan Nabi SAW seolah-olah telah lama bercampur baur bersama para sahabatnya.

Sedangkan menurut Dr. Shalahuddin al-Adlabi dalam kitab Manhaj Naqd al-Matn ‘Ind ‘Ulama’ al-Hadith al-Nabawi, standarisasi dari kesahihan suatu matan adalah:
1. Tidak bertentangan dengan Alquran;
2. Tidak bertentangan dengan hadis sahih;
3. Tidak bertentangan dengan al-sirah al-nabawiyah;
4. Tidak bertentangan dengan akal;
5. Tidak bertentangan dengan indra (sistem fisiologi dalam tubuh manusia untuk mengenali, merasakan, dan merespon terhadap serangkaian stimulus secara fisik);
6. Tidak bertentangan dengan sejarah;
7. Hadits yang tidak menyerupai perkataan Nabi Muhammad SAW;
8. Hadits yang mengandung keserampangan;
9. Hadits yang mengandung makna yang rendah;
10. Hadits yang menyerupai pernyataan ulama khalaf.

Contoh Matan Hadis

Berikut adalah beberapa contoh matan hadis yang dikutip dari buku Pemikiran Usul Fikih Al-Gazzali terbitan Suara Muhammadiyah.
حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ أَبُو الرَّبِيعِ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ جَعْفَرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا نَافِعُ بْنُ مَالِكِ بْنِ أَبِي عَامِرٍ أَبُو سُهَيْلٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: آيَةُ المُنَافِقِ ثَلاَثٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar Rabi’ berkata, telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far berkata, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Malik bin Abu ‘Amir Abu Suhail dari bapaknya dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Tanda tanda munafik ada tiga; jika berbicara dusta, jika berjanji mengingkari dan jika diberi amanat dia khianat.” (HR. Bukhari).

حدثنا حامد بن يحي أخبرنا سفيان وحدثنا مسدد حدثنا يحي عن ابن عجلان سمع عياضا قال سمعت أبا سعيد الخدري يقول لا أخرج أبدا إلاضاعا إنا كنا نخرج على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم صاع تمر أو شعير أو أقط أو زبيب [ رواه أبو داود في سننه ، كتاب الزكاة ] .
Artinya: “Telah mewartakan kepada kami Hamid Ibn Yahya (ia mengatakan): Telah mewartakan kepada kami Sufyan -ganti sanad- dan telah mewartakan kepada kami Musaddad (yang mengatakan): telah mewartakan kepada kami Yahya, dari Ibn 'Ajlan, ia mendengar 'lyad berkata: saya mendengar Abu Sa'id al-Khuduri mengatakan, "Saya tidak akan pernah mengeluarkan zakat fitrah kecuali sebanyak satu sak. Sesungguhnya kami pada masa Rasulullah SAW mengeluarkan zakat fitrah satu sa' tamar, atau kurma mentah.” (HR. Abu Dawad).

Perbedaan Matan dengan Sanad dan Rawi

1. Sanad
Secara bahasa, sanad berarti sandaran atau sesuatu yang dijadikan sandaran, sesuatu yang dapat dipercayai, atau kaki bukit. Maksudnya adalah riwayat yang diklaim sebagai hadis bersandar kepadanya. Sedangkan menurut Istilah, sanad adalah berita-berita tentang matan.

Definisi lain, sanad adalah sisilah atau rangkaian orang yang meriwayatkan hadis, yang menyampaikan kepada matan. Dapat disimpulkan bahwa sanad adalah serangkaian jalan yang dapat menghubungkan matan hadis kepada Nabi Muhammad SAW. Sehingga banyak yang menggunakan sanad dalam mengutip hadis-hadis Nabawi, yaitu segala hal yang disandarkan (idlafah) kepada Nabi SAW.

2. Matan
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa matan adalah salah satu bagian terpenting dari hadis. Tanpa matan, maka tidaklah dapat dikatakan sebagai hadis. Secara sederhana dapat dipahami bahwa matan adalah ujung dari rangkaian sanad.

3. Rawi
Selain sanad dan matan, unsur pokok yang lain pada sebuah hadis adalah rawi. Secara bahasa, rawi yang berasal dari kata al-rawi memiliki arti yakni orang yang meriwayatkan atau memberitakan hadis, menyampaikan, serta memindahkan suatu hadis kepada orang lain yang menjadi rangkaian berikutnya.

Seorang rawi juga mencatatnya dalam suatu kumpulan hadis dan menyebutkan sanadnya. Istilah sanad dan rawi merupakan dua istilah yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan lainnya. Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap tabaqahnya juga disebut rawi.

Rawi mempunyai jasa yang sangat besar dalam menghimpun khazanah keilmuan Islam mengenai kehidupan Nabi untuk menjadikannya sebagai teladan dalam setiap dimensi ruang, situasi, zaman, dan konteks.

Sumber:
https://www.liputan6.com
https://kumparan.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment