Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV): Sejarah dan Perkembangannya

Table of Contents

Indische Sociaal Democratische Vereeniging atau ISDV
Apa itu Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)?

Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) atau Perhimpunan Demokrat Sosial Hindia adalah organisasi politik berhaluan Marxisme-Leninisme pertama yang berdiri di Hindia Belanda. Organisasi ini didirikan di Surabaya pada 9 Mei 1914 oleh Henk Sneevliet dan tokoh sosialis lainnya. 

Baca Juga: Henk Sneevliet: Tokoh yang Membawa Ideologi Komunis ke Indonesia

ISDV menjadi cikal bakal berdirinya Partai Komunis Indonesia (PKI) pada tahun 1920. Di awal abad ke-20, ISDV dan Sarekat Islam sama-sama berjuang untuk melawan kaum buru dan terkenal di kalangan Kromo.

Baca Juga: Partai Komunis Indonesia (PKI): Sejarah, Tujuan, dan Peristiwa Terkait

Pemimpin buruh muda bernama Semaoen aktif di kedua partai dan sejak usia muda, dirinya menjadi anggota serikat kereta api Vereniging van Spoor-en Tramwegpersoneel (VSTP) sebelum bergabung dengan SI dan ISDV.

Sejarah Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV)

Pendirian

Henk Sneevliet adalah salah satu tokoh sosialis Belanda yang datang ke Hindia Belanda pada tahun 1913. Di Hindia, ia bergabung dengan organisasi buruh kereta api VSTP.

Pada awal tahun 1914, Sneevliet mengunjungi Surabaya, yang saat itu sudah menjadi tempat perkumpulan tokoh-tokoh sosialis, seperti L.D.J Reeser, yang 11 tahun sebelumnya telah mendirikan organisasi sosialis bernama Kontributie Vereeniging. Tokoh sosialis lain seperti Bernard Cooster dan Coos Hartogh juga telah aktif di Surabaya.

Dimasa itu, terjadi perbedaan pendapat di antara kalangan sosialis, mengenai perlunya mendirikan organisasi sosialis tersendiri di Hindia Belanda, atau belum saatnya. Akhirnya golongan yang dipimpin Sneevliet memutuskan untuk mendirikan organisasi sosialis-Marxis pertama di Hindia Belanda.

Pada 9 Mei 1914, bersama 60 tokoh Sosial-Demokrat lainnya Sneevliet mendirikan Indische Sociaal-Democratische Vereeniging yang dideklarasikan di Matrozenbond Club (serikat buruh pelaut) di Marinegebouw, Surabaya.
 
Organisasi ini adalah organisasi pertama yang berpengaruh besar dan secara terang menyatakan diri sebagai organisasi Marxis. Sneevliet dan tokoh ISDV pun segera membangun hubungan dengan organisasi-organisasi yang ada di Hindia saat itu. 

Baca Juga: Marxisme: Pengertian dan Pemikirannya

Perkembangan

ISDV awalnya beranggotakan sekitar 85 orang yang terdiri dari dua partai sosialis Belanda, yaitu SDAP (Sociaal-Democratische Arbeiderspartij) dan SDP (Sociaal-Democratische Partij). Anggota ISDV juga berasal dari berbagai latar belakang etnis dan profesi.

ISDV memiliki orientasi revolusioner yang militan dalam menyikapi isu-isu lokal maupun global. ISDV mengadakan rapat-rapat umum untuk menyampaikan gagasan-gagasannya kepada rakyat. ISDV juga menerbitkan surat kabar Het Vrije Woord (Kata Bebas) sebagai media propaganda dan edukasi politik.

ISDV menentang persiapan perang yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. ISDV mendukung perjuangan kemerdekaan Irlandia, India, Mesir, dan Turki. ISDV juga bersolidaritas dengan para jurnalis dan aktivis yang diadili karena melanggar hukum pengendalian pers.

Selain itu, ISDV juga berusaha menjalin kerjasama dengan organisasi-organisasi lain yang ada saat itu, seperti Insulinde (organisasi Indo-Belanda yang berhaluan nasionalis), Sarekat Islam (organisasi massa Islam yang berhaluan sosial), Budi Utomo (organisasi pelajar dan cendekiawan Jawa yang berhaluan nasionalis), dll.

ISDV berharap dapat memperluas basis massa dan pengaruhnya di kalangan rakyat. Namun, kerjasama ini tidak berlangsung lama karena adanya perbedaan pandangan dan kepentingan antara ISDV dan organisasi-organisasi tersebut.

ISDV juga mengalami perpecahan internal akibat adanya perbedaan pendapat mengenai strategi dan taktik perjuangan. Sebagian anggota ISDV menginginkan agar organisasi ini lebih fokus pada isu-isu buruh dan petani, serta lebih bersikap radikal dan konfrontatif terhadap pemerintah kolonial.

Sebagian lainnya menginginkan agar organisasi ini lebih luwes dan moderat dalam berhubungan dengan organisasi-organisasi lain, serta lebih memperhatikan isu-isu nasional dan kultural. Perpecahan ini semakin nyata setelah terjadi Revolusi Rusia pada tahun 1917 yang menimbulkan gelombang revolusi sosialis di seluruh dunia.

Baca Juga: Revolusi Rusia: Pengertian, Latar Belakang, Fase, Proses, dan Dampaknya

Pada tahun 1918, Sneevliet dan sejumlah anggota ISDV yang pro-revolusi Rusia mendirikan Porojitno (Persatuan Buruh Jawa Timur) sebagai sayap buruh ISDV. Porojitno kemudian menjadi organisasi buruh terbesar di Hindia Belanda dengan anggota mencapai 20.000 orang.

Porojitno juga menjadi anggota Komintern sebagai wakil dari Hindia Belanda. Pada tahun 1919, Sneevliet dan kawan-kawannya mendirikan Sama Rata (Persatuan Rakyat) sebagai sayap pribumi ISDV.

Sama Rata bertujuan untuk merekrut anggota pribumi yang berminat dengan ide-ide sosialis-marxis. Sama Rata juga menerbitkan surat kabar Hindia Bergerak (Hindia Bergerak) sebagai media komunikasi dengan rakyat pribumi.

Perkembangan ISDV Menjadi PKI

Pada tahun 1920, ISDV mengubah namanya menjadi Perserikatan Komunis di Hindia (PKH) untuk menyesuaikan diri dengan arus revolusi sosialis global. PKH juga mengadopsi program aksi Komintern yang menuntut pembentukan republik rakyat soviet di Hindia Belanda.

Namun, perubahan tersebut menimbulkan reaksi keras dari pemerintah kolonial Belanda yang melarang kegiatan PKH dan menangkap para pemimpinnya. Sneevliet sendiri dipulangkan ke Belanda pada tahun 1918 karena dianggap sebagai penghasut.

Pada tahun 1921, PKH berganti nama lagi menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk menunjukkan identitas nasionalnya. PKI kemudian melanjutkan perjuangan ISDV dengan menghadapi berbagai tantangan dan rintangan dari pemerintah kolonial maupun dari organisasi-organisasi lain yang bersaing dengannya.

PKI juga mengalami pasang surut dalam sejarahnya, mulai dari keterlibatan dalam pemberontakan-pemberontakan rakyat, hingga pembantaian massal oleh rezim Orde Baru pada tahun 1965-1966.

Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh Peristiwa G30S/PKI

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://an-nur.ac.id
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment