Fabel: Pengertian, Struktur, Karakteristik, Jenis, dan Contohnya

Table of Contents

Pengertian Fabel
Pengertian Fabel

Fabel adalah cerita fiksi yang menceritakan kehidupan binatang yang berperilaku seperti manusia. Fabel sering disebut cerita moral karena mengandung pesan-pesan yang berkaitan dengan moralitas. Fabel dapat ditemukan di berbagai literatur di hampir setiap negara di dunia.

Baca Juga: Pengertian Moral, Karakteristik, Komponen, Tujuan, Macam, Nilai, dan Jenisnya

Fabel dapat disusun dalam bentuk teks, animasi, atau kartun. Fabel merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang paling bertahan lama yang tersebar secara lisan maupun melalui tulisan.

Tokoh-tokoh cerita di dalam fabel semuanya binatang. Binatang tersebut diceritakan mempunyai akal, tingkah laku, dan dapat berbicara seperti manusia. Watak dan budi manusia juga digambarkan sedemikian rupa melalui tokoh binatang tersebut.

Tujuan fabel adalah memberikan ajaran moral dengan menunjukkan sifat-sifat jelek manusia melalui simbol binatang-binatang. Melalui tokoh binatang, pengarang ingin memengaruhi pembaca agar mencontoh yang baik dan tidak mencontoh yang tidak baik.

Fabel dari Beberapa Referensi

1. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI): fabel adalah cerita yang menggambarkan watak dan budi manusia yang pelakunya diperankan oleh binatang (berisi pendidikan moral dan budi pekerti): kancil merupakan tokoh utama dalam -- Indonesia yang berperan sebagai manusia yang cerdik
2. Situs Kemdikbud: fabel adalah cerita pendek berupa dongeng yang menggambarkan watak dan budi pekerti manusia yang diibaratkan pada binatang. Karakter-karakter pada binatang tersebut dianggap mewakili manusia yang diceritakan mampu berbicara dan bertindak seperti halnya manusia.

Struktur Fabel

Fabel memiliki struktur yang terdiri dari orientasi, komplikasi, resolusi, dan koda:
1. Orientasi: Paragraf pertama yang memperkenalkan tokoh-tokoh dalam cerita, latar, tempat, dan waktu
2. Komplikasi: Klimaks dari cerita yang menceritakan tentang protagonis yang menghadapi masalah
3. Resolusi: Alegori resolusi yang menceritakan bagaimana menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh protagonis
4. Koda: Bagian cerita yang menjelaskan perubahan setiap tokoh dan menyampaikan pesan moral kepada pembaca

Adapun struktur utama penulisan fabel adalah tokoh binatang, penokohan, dan latar cerita tersebut. Berikut penjelasan dari masing-masing struktur fabel.
1. Tokoh Binatang
Tokoh binatang dalam fabel terbagi menjadi tiga jenis, yaitu protagonis, antagonis, dan tritagonis. Berikut makna dari masing-masing karakter tokoh.
a. Protagonis
Tokoh ini biasanya merupakan tokoh yang paling disenangi oleh pembaca. Alasannya, tokoh ini identik dengan sifat-sifat baik yang ada di dalam diri manusia, seperti: pemaaf, baik hati, penolong, dan lain sebagainya.

b. Antagonis
Tokoh antagonis digambarkan sebagai tokoh yang selalu mengganggu dan menghambat tujuan dari si tokoh utama. Peran antagonis tidak disukai pembaca karena menggambarkan sosok jahat dan memiliki sejumlah watak negatif lainnya, seperti: curang, kejam, sombong, dan lain sebagainya.

c. Tritagonis
Tokoh ini merupakan tokoh penengah yang menengahi konflik antara si protagonis dan si antagonis. Sebagai penengah, tokoh ini biasanya tidak memihak sama sekali kepada salah satu dari dua tokoh tersebut.

2. Penokohan
Dalam cerita fabel pasti terdapat tokoh yang memiliki penokohan masing-masing. Penokohan adalah watak atau sifat yang ada pada karakter tokoh sebuah cerita.

Untuk menentukan sifat atau watak pada tokoh, kita dapat melihat tingkah laku atau dialog tokoh tersebut. Biasanya dalam fabel terdapat tokoh yang baik hati, sombong, dermawan, jahil, dan lain-lain.

3. Latar Cerita
Di samping itu, fabel juga mempunyai latar cerita yang terdiri dari latar suasana, latar tempat, dan latar waktu. Berikut penjelasan dari setiap latar.
a. Latar suasana: Menjelaskan keadaan atau suasana yang dialami oleh tokoh. Misalnya, ketakutan, cemas, ketegangan, dan sebagainya.
b. Latar tempat: Menjelaskan lokasi atau tempat terjadinya kejadian dalam cerita. Misalnya, di sungai, hutan, padang rumput, dan lain sebagainya.
c. Latar waktu: Digunakan untuk mendeskripsikan waktu terjadinya kejadian pada cerita misalnya pagi hari, sore hari, malam hari, dsb.

Karakteristik Fabel

Selain beberapa struktur di atas, karakteristik fabel lain adalah penggunaan hewan sebagai tokoh utama. Berikut ciri-ciri fabel atau alegori binatang:
1. Tokohnya adalah hewan dengan kepribadian dan perilaku  manusia.
2. Tema cerita adalah hubungan sosial.
3. Konflik dalam cerita diambil dari kehidupan manusia.
4. Memiliki kerangka tempat, kerangka waktu, dan plot.
5. Sering menggunakan sudut pandang orang ketiga.
6. Di akhir cerita terdapat pesan atau amanat.

Penjelasan karakteristik  fabel secara rinci adalah sebagai berikut:
a. Tema: tema adalah ide pokok atau gagasan  cerita dalam  fabel.
b. Karakter: karakter adalah pelaku dalam  fabel yang disajikan dalam bentuk binatang sebagai gambaran kehidupan  manusia atau perwujudannya.
c. Alur cerita: alur atau jalannya cerita fabel adalah alur yang mengikuti satu sama lain dan biasanya semua peristiwa dihubungkan oleh suatu peristiwa sebab akibat.
d. Latar: latar adalah waktu dan tempat terjadinya peristiwa serta menggambarkan suasana dalam cerita. Setting itu sendiri  biasanya memiliki 3 bagian yaitu setting waktu, setting tempat dan setting suasana.
e. Point of view: point of view pada hakikatnya adalah teknik yang digunakan pengarang untuk bercerita. Misalnya, sudut pandang orang pertama atau sudut pandang orang ketiga.
f. Pesan: Fabel yang sesungguhnya ialah mempunyai pesan atau moral  juga dapat dituliskan dalam cerita. Oleh karena itu, perumpamaan dapat dipahami sebagai  amanat baik yang disampaikan pengarang kepada pembaca.

Pesan dalam  fabel sering disajikan secara jelas atau diungkapkan secara langsung dalam bentuk tulisan. Namun, ada beberapa pengarang yang juga menyampaikan amanat baik tersebut secara tersirat atau tidak tersurat.

Jenis Fabel

1. Fabel Klasik
Fabel klasik merupakan karya fiksi fantasi yang sudah ada sejak zaman dahulu, namun tidak diketahui secara pasti kapan  awal mulanya. Fabel klasik sering diturunkan secara lisan dari generasi ke generasi. Misalnya cerita kancil dan buaya, gagak dan elang, kerbau dan burung, semut dan belalang, dll.

Ciri Fabel Klasik:
a. Fabel Klasik sangat ringkas dan jelas.
b. Tema yang dimunculkan sangat sederhana.
c. Fabel klasik yang berisi pesan moral atau nasehat kepada pembacanya.
d. Sifat binatang dari fabel klasik tetap ada.

2. Fabel Modern
Ciri fabel modern:
a. Alur fabel modern bisa pendek atau panjang.
b. Pokok cerita cenderung lebih kompleks.
c. Fabel modern terkadang berupa epos atau narasi, dengan prosa yang menceritakan kisah sang pahlawan.
d. Karakter setiap  fabel modern yang diciptakan adalah unik seperti bentuk hewannya memiliki kepala besar namun badannya juga besar tetapi kakinya yang kecil.

Contoh Cerita Fabel

Ini adalah contoh cerita fabel yang berkisah tentang mengakui keberagaman.
Goro, seekor seekor babi liar, berdiri di tengah hutan. Hari itu  sangat gelap dan lembab di mana hari-hari seperti itu yang disukai Goro. Segera, air mulai turun serentak perlahan melintasi langit.
“Hujan telah datang!” teriak Goro dengan antusias. Goro mulai bernyanyi kecil di tengah hutan sambil menari di sekitar pepohonan. Dia melihat anak beruk kecil bersembunyi di balik pepohonan yang lebat.
“Hai beruk, hujan telah datang, jangan bersembunyi!” Goro berteriak pada beruk yang  takut kebasahan dan sedang menghindari tetesan air hujan.
Beruk menghela nafas dan menatap Goro dalam-dalam: “Goro, aku tidak suka  hujan. Apakah kamu melihat betapa kecilnya saya dibanding kamu? Aliran air hujan akan membuatku basah dan membuatku kedinginan karena bulu-buluku kuyup diguyur hujan! Aku bukanlah babi gemuk liar sepertimu yang bulunya lebat dan dilindungi oleh lemak yang menghangatkan tubuhmu, aku hanyalah anak beruk malang yang berbadan kecil itulah alasan aku bersembunyi ,” kata Beruk.
Itu sebabnya beruk, kamu harus melawan ketakutan terbesarmu terhadap air dan tidak boleh tidak percaya diri dengan ukuran  tubuhmu! Saya sudah sering basah kuyup ketika hujan datang dan berbasah-basahan  di bawah langit, rasanya sungguh nikmat dan menyenangkan, cukup berdiam diri dan rasakan setiap tetes hujan mengalir di atas tubuhmu, “Beruk ayo bermain hujan bersamaku” dan rasakan sensasinya ! Jangan takut sakit, hujan itu berkah bukan musibah.
Sambil tertawa, Goro melompat-lompat kegirangan menikmati hujan dan meninggalkan beruk.
Beruk hanya bisa memandang Goro dengan kesal dan cemas, Beruk tidak bisa terkena hujan karena badannya kecil dan mudah sakit. Kemudian Goro berteriak lagi, “Hujan sudah datang! Hujan telah datang! Oh, hei semua binatang keluarlah! Aku  suka  hujan, bagaimana dengan kalian? Goro berhenti di bawah pohon rindang dan berbicara dengan rusa yang  juga sedang menikmati hujan bersama kawanannya. Rusa itu menyeringai dan berkata kepada Goro.
“Aku tidak  takut hujan, Goro. Dengar, aku hidup dengan kawananku di hutan hujan. Bagaimana aku bisa menikmati hujan sepertimu, Goro? Aku bosan. Rusa itu pergi bersama kawanannya lagi.
“Huh! Betapa menyedihkan hidupmu Rusa! Jika kamu bisa, seperti aku,  hidup di hutan ini dengan sukacita , menikmati hujan yang mengguyur hutan ini dari kekeringan, mungkin kamu akan  lebih bersyukur dibanding merasa kekeringan. Nikmatilah hujan seolah ini adalah hujan terakhir dalam hidupmu.
Apa yang dikatakan Goro benar-benar menyadarkan hati Rusa. Rusa menatap ke seluruh kawanannya, tubuhnya, lalu mendongak ke langit seperti Goro. Rusa itu dengan sedih berlarian dari sisi hutan ke sisi hutan lain. Goro menari dengan riang di bawah hujan di tengah hutan dan bersenandung lagi.
Ketika Goro pergi ke bawah pohon, dia melihat seekor burung bertengger di dahan  dan menegurnya. Goro berpendapat bahwa burung seperti beruk dan rusa yang  tidak bisa mensyukuri hujan.
“Hei Burung, kenapa kamu tidak ingin keluar dan menikmati hujan? Takut bulumu basah? Atau apakah kamu takut kedinginan seperti beruk? Atau tidak bisakah kamu mensyukuri keindahan hujan seperti rusa? “Setelah mengatakan itu, Goro tertawa jelek dan terbahak-bahak.
Burung itu menatap  Goro yang masih tersenyum, “Hei Goro, bisakah kamu datang ke sini? ”
“Maksudmu Burung?”
“Bisakah kamu naik ke sini, Goro?”
“Maksudmu Burung? Aku tidak bisa!” Goro cemberut dan menunduk menatap badan dan kakinya yang gempal. Goro menyayangkan kakinya yang pendek dan badannya yang gemuk sehingga tidak bisa memanjat ke atas pohon.
“Goro, tahukah kamu  bahwa Sang Pencipta menjadikan kita unik? Saya tidak bisa menikmati hujan seperti kamu dan Rusa, tapi saya bisa terbang tinggi di langit.
Burung itu dengan bijak berkata: “Maksudku Goro, kita masing-masing memiliki kelebihan. Beruk tidak bisa kehujanan seperti kamu karena badannya lemah dan mudah sakit, tetapi mereka bisa memanjat pohon dan bergelayutan dari satu dahan ke dahan lainnya yang tidak bisa kamu lakukan. Rusa tidak bisa bersyukur seperti kamu karena mereka bosan dan perlu sesuatu yang baru, tetapi mereka memiliki kawanan yang setia kawan. Kamu tidak boleh menyinggung mereka! ”
Goro mulai menyadari bahwa apa yang dia lakukan itu salah. Diam-diam Goro mulai berpikir bahwa tindakannya  tidak baik. Dia tidak boleh membual tentang keuntungannya dan menyinggung teman-temannya.
” Maafkan aku, Burung” kata Goro sambil menatap sedih ke arahnya. beruk dan rusa dari kejauhan juga ikut menonton percakapan mereka.
“Maafkan aku beruk, rusa,  aku telah menyinggungmu selama ini.”
Sejak  itu, Goro mulai menyukai teman-temannya dan mereka  berkawan dengan baik bersama-sama.


Pesan Moral: Semua makhluk hidup diciptakan  dengan cara yang unik oleh Tuhan. Sebagai makhluk yang baik,  kita harus menjaga perasaan satu sama lain dengan menggunakan kata-kata yang baik dan menjunjung tinggi keberagaman.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://news.detik.com
https://www.gramedia.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment