Boedi Oetomo sebagai Organisasi Pergerakan Pemuda Pertama Indonesia

Table of Contents

Boedi Oetomo
Apa itu Boedi Oetomo?

Boedi Oetomo (Budi Utomo) adalah organisasi pergerakan pemuda pertama di Indonesia yang didirikan pada 20 Mei 1908. Organisasi ini didirikan oleh para pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) di bawah pimpinan R. Soetomo.

Organisasi ini digagas oleh Wahidin Soedirohoesodo untuk bergerak di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Berdirinya Boedi Utomo dianggap sebagai awal gerakan untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Tanggal berdirinya Boedi Utomo diperingati sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas). 

Baca juga: Pergerakan Nasional: Pengertian, Sejarah, Contoh Organisasi Pergerakan Nasional

Boedi Oetomo berasal dari dua bahasa Sanskerta; yang pertama bodhi atau buddhi, yang berarti keterbukaan jiwa, kesadaran, akal, atau pengadilan; yang kedua adalah utomo yang berasal dari kata uttama yang berarti tingkat pertama atau sangat baik; kata ini juga berarti kebajikan dan kesempurnaan dalam bahasa Jawa.

Maka, Boedi Oetomo kerap diartikan sebagai "usaha bagus" atau "usaha mulia", bisa juga sebagai "usaha murni" atau "usaha tinggi".

Sejarah Boedi Oetomo

Boedi Oetomo adalah bentuk tindakan proaktif dalam merespons kebijakan pemerintah kolonial Belanda yang saat itu membatasi akses pendidikan bagi orang Indonesia. Organisasi ini memiliki misi mulia yaitu untuk meningkatkan pendidikan dan pengetahuan di kalangan masyarakat Indonesia, terutama para pemuda.

Di balik berdirinya Boedi Oetomo, ada tokoh penting yang memprakarsai organisasi ini, yaitu Dr. Wahidin Soedirohoesodo. Keresahan Wahidin akan kondisi bangsa Indonesia saat itu, membawanya pada sebuah gagasan untuk mendirikan Studiefonds (dana pendidikan) guna menolong para pemuda agar dapat menuntut pendidikan di Perguruan Tinggi.

Pada 1906-1907, ia melakukan perjalanan ke beberapa daerah di Pulau Jawa dengan tujuan membuka pikiran kaum priyayi untuk bersama-sama mencari jalan meningkatkan derajat bangsa melalui pendidikan.

Akan tetapi usaha tersebut tidak mendapat tanggapan dari kalangan priyayi golongan tua yang konservatif.

Di sisi lain, gagasan tersebut justru disambut hangat oleh kaum priyayi golongan muda, terutama dari para pelajar STOVIA, di antaranya adalah Soetomo, M. Soeradji, M. Muhammad Saleh, M. Soewarno, M. Goenawan, Soewarno, R.M. Goembrek, R. Angka, dan M. Soelaiman.

Wahidin kemudian mengajak mereka bertukar pikiran, hingga akhirnya mereka tertarik dan sepakat untuk mewujudkan dan mengembangkan cita-cita Wahidin dengan mendirikan organisasi bernama "Boedi Oetomo" (budi yang utama).

Baca Juga: Organisasi Pergerakan Nasional: Pengertian, Tujuan, Faktor Penyebab, dan Daftarnya

Tokoh Pendiri Organisasi Boedi Oetomo

Organisasi Boedi Oetomo ini menjadi sebuah wadah dalam perjuangan. Tujuannya untuk membebaskan rakyat dari kesengsaraan yang ada. Organisasi ini didirikan oleh 9 tokoh.

1. Soetomo

Soetomo memiliki nama asli Soebroto. Lahir di Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 30 Juli 1888. Dilansir dari buku karya Angkasa, yang berjudul Riwayat Hidup dan Perjuangan dr Soetomo (1960) Soetomo adalah seorang dokter. Di samping menjadi dokter, Soetomo aktif di dalam bidang politik.

Setelah itu, Soetomo mendirikan sebuah perkumpulan. Nama perkumpulan tersebut adalah Budi Utomo. Selain sebagai perkumpulan, Budi Utomo dijadikan sebagai organisasi pelajar.

Pasalnya, pada saat itu Belanda sangat melarang segala macam organisasi yang berbau politik. Itulah sebabnya Boedi Oetomo dijadikan sebagai organisasi pelajar.  Setelah lulus dari STOVIA tahun 1911, Soetomo lanjut bekerja sebagai dokter yang harus berpindah tempat ketika bertugas.

Selain organisasi Boedi Oetomo, Soetomo juga mendirikan organisasi lain. Organisasi tersebut adalah ISC atau Indonesische Studie Club. Di dalam organisasi tersebut melahirkan sekolah tenun, koperasi, bank kredit dan lain sebagainya.

Soetomo wafat pada tanggal 30 Mei 1938.

2. Mochammad Saleh

Mochammad Saleh lahir pada tanggal 15 Maret 1888 di Kecamatan Simo, Boyolali Jawa Tengah. Ia merupakan dokter pertama yang diberikan sebuah wewenang oleh Pemerintahan Indonesia.

Mochammad Saleh ditugaskan untuk menjadi pemimpin sebuah rumah sakit umum yang ada di kota Probolinggo. Dalam menjalankan tugasnya, ia dibantu oleh Dr. Peter dari Swiss dan Dr. Sardadi.

“Setia dan pendiam”, itu adalah kesan dari Soetomo, mengenai Mochammad Saleh. Mochammad Saleh adalah orang yang selalu bekerja menurut apa yang diputuskan oleh rapat. Ia mengatur urusan rumah tangga secara tertib.

Hal itu membuat hasil pekerjaan organisasi Boedi Oetomo selalu beres dan maju. “Orang tidak mengetahui kesukaran yang ada di dalam perjalanan kita.” Kalimat itu diucapkan oleh Soetomo.

Mochammad Saleh adalah seseorang yang selalu bekerja kelas. Akan tetapi, tetap senantiasa lemah lembut. Baik di dalam tingkah lakunya maupun di dalam tutur katanya yang manis.

Mochammad Saleh mengabdikan dirinya untuk bekerja sebagai seorang dokter swasta di daerah Probolinggo. Perangai yang sudah melekat pada dirinya yang membuatnya memiliki pengaruh besar.

Hal itu juga menjadi alasan ia dicintai oleh para masyarakat sekitarnya.  Mochammad Saleh meninggal pada tanggal 2 Maret 1952, ketika berusia 63 tahun.

3. Mohammad Soelaiman

Mochammad Soelaiman lahir pada tahun 1886 di Grabag, Kemutihan, Purworejo, Jawa Tengah. Semasa kecil, ia dipanggil Sleman. Ayahnya adalah Sonto Wirok atau Sonto Suwondo, seorang ketib. Dapat juga dikatakan bahwa ayahnya adalah seorang pemuka agama.

Ayahnya sering berdakwah dari satu desa ke desa lainnya, sampai wilayah Banyumas. Ayahnya wafat ketika Soelaiman masih kecil. Hal itu membuatnya hidup bersama kedua adiknya di bawah asuhan sang ibu.

Wawasan hidup yang sederhana sudah terpatri erat di dalam sanubari Soelaiman. Soelaiman adalah orang yang menghormati orang lain dan hormat kepada orang yang lebih tua dan sesamanya. Itulah yang membuat ia dekat dengan berbagai kalangan.

Soelaiman lulus dari ELS atau Europeesche Lagere School pada usia 16 tahun. Ia menyadari bahwa kungkungan masyarakat kolonial hanya bisa ditembus dengan peningkatan kualitas dari manusia Jawa. Peningkatan kualitas tersebut didapatkan dari pendidikan.

Berdasarkan hal itu, ia mantap untuk masuk ke STOVIA atau School Tot Opleiding van Indlansche Artsen pada tanggal 1 Maret 1903. Ia meninggalkan Purworejo dan masuk ke Weltevreden, Batavia. Ia dikenal sebagai seseorang yang sangat cerdas, bahkan dijuluki en lopende woordenboek atau sebuah kamus berjalan.

Soelaiman juga sering terlibat diskusi mengenai kebangsaan dan gejolak sebuah pergerakan. Itulah yang membuatnya tercatat sebagai salah satu pendiri organisasi Boedi Oetomo sebagai wakil ketua. Ketika kongres pertama organisasi Boedi Oetomo tanggal 3 sampai 5 Oktober 1908 di Yogyakarta, Soelaiman pun ikut hadir dan berpartisipasi.

4. Goenawan Mangoenkoesoemo

Goenawan Mangoenkoesoemo adalah salah satu sahabat dekat dari Soetomo. Bahkan, keduanya tak bisa dipisahkan, terlebih dalam hal kaitannya dengan pendirian dari organisasi Budi Utomo. Goenawan menjabat sebagai sekretaris di dalam organisasi Budi Utomo.

Ia dinilai sangat konsisten pada pendiriannya. Bahkan, ia menjadi penggerak sekaligus motivator dari organisasi Budi Utomo tersebut. di dalam kegiatan berorganisasi, Goenawan memiliki jiwa pekerti serta rasa dalam berbahasa.

Goenawan dikenal sebagai sosok yang menggemari kemerdekaan dan keadilan. Persamaan dari semangat, visi, pandangan politik serta penjelasannya selalu selaras dan cocok dengan pandangan sahabatnya, yaitu Soetomo.

Semua orang telah mengakui bahwa Goenawan memiliki kemampuan dalam meyakinkan orang atas gagasan dan pendapat yang diberikan olehnya. Semua ide-ide, pendapat dan gagasan yang ia kerjakan demi kemajuan organisasi Boedi Oetomo.

5. Gondo Soewarno

Gondo Soewarno sering dipanggil Soewarno. Ia lahir di Boyolali, pada 1887. Soewarno masuk ke dalam pendidikan STOVIA pada tanggal 25 Januari 1902. Kemudian ia lulus pada tanggal 20 September 1910.

Pada awal pendirian organisasi Boedi Oetomo, Soewarno mendapat jabatan sebagai sekretaris sementara di organisasi Budi Utomo. Ia mengeluarkan dua pernyataan tentang organisasi Budi Utomo. Akan tetapi, tidak ada satupun dibubuhi tanggal, kapan dikeluarkannya pernyataan tersebut.

Pernyataan pertama, yaitu yang bertajuk “Kemajuan Bagi Hindia”. Hal itu muncul di dalam koran Belanda, Bataviaasch Nieuwsblad. Pernyataan tersebut dirilis di dalam koran pada tanggal 17 Juli 1908.

Kemudian disusul di dalam koran De Locomotief, pada tanggal 24 Juli 1908. Pernyataan kedua dari Soewarno ini bertajuk “Surat Edaran”, ini diterbitkan di dalam mingguan Belanda Java Bode, pada tanggal 7 September 1908. Pernyataan tersebut keluar pada tangga; 5 September 1908.

Soewarno adalah sosok yang dikenal pendiam. Bahkan lebih pendiam dibandingkan Soerdji dan Mochammad Saleh. Akan tetapi, dibalik sifat pendiamnya tersimpan kekuatan besarnya sebagai pemikir.

Soewarno adalah orang yang mahir dalam menulis dan berbicara dalam bahasa Belanda. Kemahiran utamanya adalah dalam bidang seni. Berbagai kemahiran yang dimilikinya tentu saja bermanfaat untuk organisasi Budi Utomo.

6. R. Angka Prodjosoedirdjo

Angka Prodjosoedirdjo atau Dokter Angka lahir pada Selasa Kliwon, tanggal 13 Desember 1987. Ayahnya merupakan asisten wedana atau camat di Madukara, Banyumas yang bernama Prodjodiwirjo. Ketika masa kanak-kanak, ia dititipkan kepada orang tua ibunya, yaitu eyang R. Santadiredja.

Kemudian Dokter Angka bersekolah di HIS atau Holland Indische School selama tujuh tahun. Selama masa sekolah, ia mendapatkan prestasi yang bagus. Hal itu membuatnya melanjutkan sekolah ke Hoogere Burger School atau HBS, selama kurang lebih 5 tahun.

Setelah itu ia melanjutkan sekolah pendidikan dokter bumiputera di School Tot Opleiding van Indlansche Artsen atau STOVIA. Dokter Angka selalu mengabdikan diri sebagai pendidik dan dokter rakyat.

Pada tahun 1967 Dokter Angka kemudian menyempatkan untuk menulis silat mengenai pendirian organisasi Boedi Oetomo. Ia menulis surat untuk menjawab surat dari Prof. Sardjito yang mengatakan bahwa organisasi Boedi Oetomo didirikan oleh pelajar dari STOVIA, sesuai dengan kejadian yang ia saksikan pada tanggal 20 Mei 1908.

Dokter Angka meninggal di Purwokerto, pada tahun 1975. Saat itu ia meninggal pada usia 88 tahun. Kemudian ia dimakamkan di Pesarean keluarga.

7. Mas Goembrek

Goembrek lahir pada tanggal 28 Juni 1885, hal itu sesuai dengan perhitungan tarikh Jawa. Ibunya bernama Raden Ajeng Marsidah dan Ayahnya bernama R. M. Padmokoesoemo. Nama Goembrek berasal dari salah satu wuku di dalam kalender Jawa.

Wuku ke enam yang biasa disebut dengan Gumbreg. Goembrek menghabiskan masa kecilnya sampai menjelang sekolah di daerah Kebumen. Ia juga mengikuti ayahnya yang diangkat menjadi Wedana Kebumen pada tahun 1886 – 1897.

Ia bersekolah di Europeesche Lagere School yang terdapat di ibukota Karesidenan Purworejo, saat itu ia mondok di tempat pakdenya, yang merupakan Bupati Purworejo R. M. T. Tjokronegoro III.

Kemudian pada tahun 1901 Goembrek menyelesaikan pendidikannya di ELS. Pada saat itu, ayahnya ingin Goembrek menjadi seorang pangreh praja. Hal itu karena pada masa itu, pendidikan dokter bukanlah hal istimewa bagi orang tua kalangan pangreh praja.

Ada hal-hal lain pula yang menjadikan pendidikan dokter tidak banyak diminati. Seperti letak geografis yang cukup jauh, biaya sekolah dan pemondokan yang tinggi, serta ketidakpastian akan kesuksesan pada masa depan seorang dokter. Hal-hal seperti itu menjadi pertimbangan ayah Gombrek.

Lain halnya dengan menjadi pangreh praja. Hanya dengan mengikuti ujian klein ambtenaar atau pegawai rendah. Pada masa itu, anak dan cucu keturunan bupati serta status sosialnya akan terjamin.

Akan tetapi, Gombrek tetap masuk STOVIA pada tahun 1900. Saat di STOVIA Goembrek merasakan adanya sistem kekolotan suksesi bupati berdasarkan faktor keturunan. Melalui hal itu, kemudian ia bergabung dengan kelompok Soetomo yang masuk ke STOVIA pada tahun berikutnya.

Mereka saling berdiskusi masalah negara dan kebangsaan. Gombrek memiliki peran yang penting dalam melakukan pendekatan dengan para bupati. Hal itu dilakukan untuk perjuangan mendukung organisasi Boedi Oetomo.

8. M. Soewarno

Tidak banyak hal-hal yang terekam mengenai M. Soewarno. Menurut catatan, M. Soewarno lahir pada tahun 1886 di Kemirie. Ia masuk ke dalam STOVIA pada tanggal 6 Februari 1901. Kemudian lulus pada tanggal 10 September 1910.

Semasa menempuh pendidikan di STOVIA, M. Soewarno aktif di dalam sebuah pergerakan. Ia melakukannya bersama dengan teman sesama pelajar di sekolah kedokteran pribumi pada masa itu. Kemudian ia termasuk salah satu pendiri organisasi Budi Utomo.

Di antara teman-teman lainnya, M. Soewarno adalah angkatan pelajar yang masuk lebih awal. Di dalam kepengurusan organisasi Budi Utomo, nama M. Soewarno tercatat sebagai seorang komisaris atau pembantu umum. Ia bertugas bersama komisaris lainnya, seperti Soeradji, Mochammad Saleh dan Goembrek.

9. Soeradji Tirtonegoro

Tokoh pendiri kesembilan organisasi Budi Utomo adalah Soeradji Tirtonegoro. Dilansir dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Soeradji adalah salah satu pelajari di STOVIA yang mahir dalam berbahasa Jawa. Selain itu, ia juga sebagai perantara antara pelajar yang aktif di organisasi Budi Utomo dengan masyarakat.

Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat bumiputera yang hanya dapat menggunakan bahasa Jawa untuk kesehariannya. Soeradji adalah orang yang mengusulkan dua nama untuk perkumpulannya. Nama pertama yang diusulkan adalah Eko Projo.

Nama kedua yang diusulkan adalah Budi Utomo. Setelah itu, Soetomo memilih nama Budi Utomo untuk nama organisasinya. Salah satu tokoh di organisasi Budi Utomo ini lahir pada tahun 1887, di desa Uteran, Kabupaten Ponorogo.

Ayah Soeradji adalah Tirtodarmo, ia merupakan seorang pensiunan guru kepala Sekolah Rakyat. Sama seperti Soetomo, Soeradji berhasil menjadi seorang dokter. Setelah itu ia ikut dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Selain itu, ia adalah orang yang peduli pada hal-hal yang berbau kemanusiaan. Pada tanggal 17 September 1946, ia mendirikan sebuah organisasi. Organisasi tersebut bernama Palang Merah Indonesia atau PMI.

Palang Merah Indonesia ini didirikan di daerah Klaten, Jawa Tengah. Berkat jasa-jasanya dan pengabdiannya pada rakyat, Soeradji mendapatkan sebuah gelar. Gelar tersebut adalah Raden Tumenggung Tirtonegoro. Kemudian ia meninggal pada tanggal 13 Desember 1959, dan dimakamkan di Mlati, Yogyakarta.

Diketuai oleh Soetomo, berikut adalah susunan kepengurusan organisasi Boedi Oetomo:
Ketua: R. Soetomo
Wakil Ketua: M. Soelaiman
Sekretaris I: Soewarno
Sekretaris II: M. Goenawan
Bendahara: R. Angka
Komisaris: M. Soewarno, M. Muhammad Saleh, M. Soeradji, M. Goembrek.

Tujuan Boedi Oetomo

Dikutip dari buku Sejarah Pergerakan Nasional: Melacak Akar Historis Perjuangan Bangsa Indonesia dan Kiprah Kaum Santri dalam Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (2022), didirikannya organisasi Boedi Oetomo memiliki beberapa tujuan.

Tujuan utama Boedi Oetomo yaitu untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura tentang pentingnya merenungkan posisi mereka dalam masyarakat.

Selain itu, Boedi Oetomo juga bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mata pencaharian serta kualitas hidup seluruh bangsa Indonesia dengan fokus pada pendidikan, pengajaran, dan pengembangan kebudayaan.

Tujuan Boedi Oetomo, antara lain sebagai berikut:
1. Menyadarkan kedudukan masyarakat
Salah satu fokus utama Boedi Oetomo adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat Jawa, Sunda, dan Madura tentang tempat mereka dalam masyarakat.

Tujuannya adalah agar setiap individu dapat lebih sadar akan identitas, peran, dan kedudukan mereka dalam kerangka yang lebih luas.

2. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat
Boedi Oetomo juga menekankan peningkatan mata pencaharian dan kualitas hidup masyarakat. Mereka berusaha untuk meningkatkan kemajuan ekonomi dan penghidupan seluruh bangsa Indonesia, dengan harapan menciptakan standar hidup yang lebih baik bagi semua orang.

3. Mengembangkan kesenian dan kebudayaan
Boedi Oetomo sangat memahami pentingnya seni dan budaya dalam memperkuat identitas bangsa. Mereka mendorong pengembangan seni dan budaya sebagai cara untuk memperkaya warisan budaya Indonesia dan mendukung perjuangan nasional.

4. Mewujudkan kehidupan sebagai menjadi bangsa yang terhormat
Organisasi ini juga bertujuan untuk memastikan bahwa bangsa Indonesia bisa hidup dengan bangga dan dihormati. Mereka menitikberatkan pada pendidikan, pengajaran, dan pengembangan kebudayaan untuk mencapai tujuan ini.

5. Mengatasi perbedaan sosial
Boedi Oetomo mengusung semangat kesatuan. Organisasi ini ingin mencapai kemajuan bagi seluruh penduduk Hindia, tanpa memandang perbedaan seperti keturunan, jenis kelamin, atau agama. Mereka berfokus pada kesetaraan dan persatuan seluruh rakyat Hindia.

Melalui visi ini, Boedi Oetomo menjadi salah satu organisasi yang sangat berperan dalam pembentukan dasar pergerakan nasional Indonesia dan memberikan kontribusi penting terhadap perjalanan menuju kemerdekaan.

Oleh karena itu, hari lahirnya organisasi Boedi Oetomo yang jatuh pada 20 Mei diperingati sebagai hari Kebangkitan Nasional bangsa Indonesia.

Bentuk Perjuangan Boedi Oetomo

Nyoman Dekker dalam Sejarah Pergerakan Nasional Indonesia (1993: 19), menyebutkan bahwa Dokter Wahidin Soedirohoesodo adalah orang yang mula-mula dengan giat menyebarkan cita-cita pendirian organisasi.

Wahidin Soedirohoesodo ingin agar di Jawa (Indonesia) dapat dibentuk suatu perkumpulan yang memiliki tujuan untuk memajukan pendidikan dan membiayai anak-anak yang tidak dapat bersekolah namun memiliki kemauan serta potensi kecerdasan.

Gagasan tersebut mendapat sambutan dari para siswa STOVIA di Batavia, terutama Soetomo, Goenawan, dan Soeraji. Setelah melalui serangkaian diskusi, seperti disebutkan sebelumnya, maka pada 20 Mei 1908 didirikan sebuah perhimpunan yang diberi nama Boedi Oetomo.

Boedi Oetomo punya peran penting dalam mengawali era pergerakan nasional sebelum kemunculan beberapa organisasi lainnya seperti Indische Partij (IP), Sarekat Islam (SI), dan lain-lain. Riwayat Boedi Oetomo berakhir pada 1935 setelah perhimpunan ini melebur ke dalam Partai Indonesia Raya (Parindra) di bawah pimpinan Soetomo.  

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.cnnindonesia.com
https://www.gramedia.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment