Antropomorfisme: Pengertian, Fungsi, Bentuk, dan Dampaknya

Table of Contents

Antropomorfisme
Pengertian Antropomorfisme

Antropomorfisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pengenaan ciri-ciri manusia pada binatang, tumbuh-tumbuhan, atau benda mati. Antropomorfisme merupakan kecenderungan untuk mengaitkan ciri-ciri manusia kepada objek non-manusia, seperti hewan, tumbuhan, benda mati, atau fenomena alam.

Kecenderungan ini dianggap sebagai bawaan psikologi yang dimiliki oleh manusia. Antropomorfisme berbeda dengan personifikasi; antropomorfisme memberikan sifat-sifat manusia kepada hewan, tumbuhan, benda-benda alam (seperti batu, air) dan sebagainya, sementara personifikasi adalah penggambaran wujud manusia dari sesuatu yang abstrak.

Konsep antropomorfisme dapat ditelusuri hingga zaman kuno yang digunakan sebagai sarana untuk bercerita dan ekspresi artistik. Sebagian besar budaya-budaya di dunia memiliki fabel tradisional dengan hewan sebagai karakter yang diantropomorfisasi. Orang-orang juga secara rutin mengaitkan emosi dan sifat perilaku manusia dengan hewan liar maupun hewan peliharaan.

Pengertian Antropomorfisme dari Beberapa Referensi

Secara etimologi Antropomorfisme dan antropomorfisasi berasal dari istilah bahasa Yunani anthropos yang secara literal berarti manusia dan morphe yang artinya membentuk. Ini pertama kali ditegaskan pada tahun 1753, yang awalnya mengacu pada bid'ah menerapkan bentuk manusia kepada Tuhan Kristen. 

Baca Juga: Bid'ah: Pengertian, Hukum, Dalil, Jenis, dan Contohnya

Nils Klowait membagi antropomorfisme ke dalam tiga jenis: (1) antropomorfisme sebagai penampakan mirip manusia; (2) antropomorfisme sebagai pengganti manusia; (3) antropomorfisme yang menjadikan manusia interaktif.

Sementara itu, penelitian dari Agrawal, Khandelwal, dan Bajpai (2020) mendefinisikan antropomorfisme sebagai proses pengantribusian karakteristik yang khas manusia, baik intensi hingga perilaku ke dalam suatu objek tertentu, baik itu melalui binatang maupun benda-benda mati.

Lebih lanjut, antropomorfisme dapat menguji bagaimana entitas non-manusia diimajinasikan atau “dimanusiakan”.

Fungsi Antropomorfisme

Antropomorfisme memiliki berbagai fungsi, di antaranya:
1. Dalam sastra, antropomorfisme digunakan untuk membuat karakter yang dapat diterima, seperti droid dalam Star Wars. Antropomorfisme juga dapat digunakan untuk menceritakan kisah alegoris, seperti Animal Farm karya George Orwell.
2. Dalam sains, antropomorfisme digunakan untuk menggambarkan mesin dan robot berdasarkan perilaku manusia. Antropomorfisme juga diterapkan pada asisten AI seperti Alexa dan chatbot daring agar lebih mudah digunakan.
3. Dalam pemasaran, antropomorfisme dapat memengaruhi perilaku pembelian produk. Calon pembeli akan menilai produk yang menyerupai skema manusia lebih positif daripada produk yang tidak.
4. Dalam teologi, antropomorfisme dan antropopatisme digunakan sebagai kiasan untuk menyampaikan kebenaran teologis tentang Tuhan kepada umat manusia.

Baca Juga: Teologi: Pengertian, Perkembangan Istilah, dan Teologi dalam Islam

Bentuk Antropomorfisme

Antropomorfisme dapat ditemukan dalam berbagai bidang, di antaranya:
1. Agama dan mitologi
Antropomorfisme dapat diartikan sebagai persepsi tentang dewa atau makhluk-makhluk yang memiliki bentuk dan kualitas manusia.

2. Konservasi
Antropomorfisme dapat menjadi alat untuk mendukung konservasi satwa liar. Dengan mengkomunikasikan cara satwa berpikir dan berperilaku seperti manusia, diharapkan manusia dapat memahami dan menghargai satwa.

3. Media massa
Antropomorfisme dapat digunakan untuk menciptakan efek kesadaran tertentu pada manusia. Contohnya, karakter Bobo dari majalah Bobo yang digambarkan sebagai kelinci biru yang bisa berpikir, merasa, dan bertindak seperti manusia.

4. Sastra
Antropomorfisme dapat ditemukan dalam cerita fabel, di mana tokohnya berupa hewan. 

Baca Juga: Mitologi: Pengertian, Asal-Usul, Jenis, Contoh, Manfaat, dan Perbedaannya dengan Mitos

Dampak Antropomorfisme

Dampak Positif

Dalam psikologi, fenomena ini telah menjadi objek studi yang menarik, karena memberikan wawasan tentang cara manusia memahami dan berinteraksi dengan lingkungannya.

Merujuk laman web Universitas Sains dan Teknologi Komputer, fenomena ini dapat dilihat dalam berbagai konteks, mulai dari hubungan manusia dengan hewan peliharaan mereka hingga penafsiran manusia terhadap objek-objek alam atau teknologi.

Misalnya, seseorang yang menyebut mobilnya sebagai "setia" atau "pengertian" adalah contoh dari anthropomorphism. Dalam kasus ini, mobil, sebagai objek mati, diberikan atribut manusia seperti kesetiaan dan empati.

Dalam penelitian psikologi, para ahli tertarik untuk memahami mengapa manusia cenderung melakukan anthropomorphism. Salah satu teori yang diajukan adalah bahwa anthropomorphism muncul dari kebutuhan manusia untuk memahami dunia di sekitarnya dengan cara yang lebih akrab dan mudah dipahami.

Dengan menempatkan sifat manusia pada objek atau makhluk lain, manusia dapat merasa lebih dekat dan terhubung dengan mereka.

Selain itu, anthropomorphism juga dapat memberikan rasa pengendalian dan pemahaman yang lebih baik terhadap situasi atau fenomena yang kompleks. Dengan menyematkan sifat manusia pada entitas non-manusia, manusia dapat lebih mudah memprediksi perilaku atau merasakan empati terhadap mereka.

Dalam konteks psikologi, anthropomorphism juga memiliki implikasi yang penting dalam memahami perkembangan manusia dan interaksi sosial. Misalnya, anthropomorphism sering kali muncul dalam tahap perkembangan awal anak, di mana mereka cenderung memberikan atribut manusia pada mainan atau hewan peliharaan mereka.

Hal tersebut menunjukkan bahwa anthropomorphism mungkin merupakan bagian alami dari proses perkembangan manusia.

Dampak Negatif

Namun, anthropomorphism juga dapat memiliki dampak negatif. Misalnya, ketika seseorang terlalu jauh dalam memberikan atribut manusia pada hewan peliharaan mereka, hal ini dapat mengarah pada perlakuan yang tidak sehat atau tidak pantas terhadap hewan tersebut.

Selain itu, dalam konteks teknologi, anthropomorphism yang berlebihan dapat mengaburkan batas antara dunia nyata dan dunia maya, yang pada gilirannya dapat mengganggu persepsi dan pemahaman manusia terhadap teknologi tersebut.

Secara keseluruhan, anthropomorphism adalah fenomena yang menarik dalam psikologi yang mencerminkan kompleksitas cara manusia memahami dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Meskipun dapat memberikan pemahaman yang lebih baik atau rasa kenyamanan, penting untuk diingat bahwa anthropomorphism harus dipahami dengan bijaksana dan kritis untuk mencegah konsekuensi negatif yang mungkin timbul.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.remotivi.or.id
https://www.tempo.co
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment