Timur Lenk (Tamerlane) Sang Penakluk yang Kejam

Table of Contents

Siapa itu Timur Lenk (Tamerlane)?

Timur atau Tamerlane atau Timur i Leng (Lenk) atau Amir Timur Lahir 8 April 1336 di Kesh (kini bernama Shahr-i-Sabz, 'kota hijau'), yang terletak sekitar 50 mil di sebelah selatan kota Samarkand di Uzbekistan.

Timur Lenk yang artinya Timur si Pincang, adalah penakluk serta penguasa Turki-Mongol. Dia merupakan pendiri kekaisaran sekaligus dinasti Timurid di Persia serta Asia Tengah, dan keturunan terakhir kelompok penakluk nomaden.

Dikenal ganas dan menakutkan, ia menguasai sebagian besar Eropa dan Asia. Sepanjang sejarah dunia, tidak banyak tokoh yang mampu menebarkan teror seperti Tamerlane. Ia menghancurkan kota-kota kuno hingga rata dengan tanah dan membunuh seluruh penduduknya.

Di sisi lain, ia juga dikenal sebagai pelindung besar seni, sastra, dan arsitektur. Salah satu prestasinya yang terkenal adalah ibu kotanya di kota Samarkand, yang terletak di Uzbekistan modern.

Wilayah kekuasaannya meliputi Asia Tengah, Irak, Iran, Afganistan, Pakistan, India, dan sebagian wilayah Mediterrania. Selain dikenal sebagai sang penakluk, Timur Lenk juga memiliki keterkaitan dengan dunia Islam. 

Baca Juga: Laut Mediterania: Pengertian, Letak, Sejarah, Karakteristik, Pulau, Negara, Keanekaragaman Hayatinya

Salah satu garis keturunannya kelak menjadi pendiri kekaisaran muslim terbesar di daratan India. Babur, salah satu keturunan Timur Lenk, mendirikan kekaisaran Mughal yang kelak menguasai dataran India selama lebih dari tiga abad.

Kehidupan Awal

Timur Lenk lahir dengan nama asli Timur yang dalam bahasa Turki berarti besi. Timur Lenk adalah julukan yang berasal dari orang-orang Persia. Dikutip dari Britannica, Timur Lenk, atau orang Eropa menyebutnya Tamerlane, bermakna Timur Si Pincang.

Timur Lenk berasal dari suku muslim Barlas yang merupakan percampuran antara bangsa Mongol dan Turki. Tidak seperti bangsa Mongol yang hidup nomaden, suku Barlas hidup menetap di wilayah Transoxiana (sekarang Uzbekistan).

Timur Lenk dibesarkan ketika situasi politik antara suku Barlas dan bangsa Mongol tengah memanas. Pada saat itu bangsa Mongol berada di bawah pimpinan Tughluk Timur dan suku Barlas dipimpin oleh Hajji Beg yang merupakan paman dari Timur Lenk.

Berada di bawah tekanan untuk menyerahkan sukunya, Hajji Beg meninggalkan Transoxiana dan memaksa Timur Lenk untuk menjadi pemimpin suku Barlas.

Timur Lenk yang berambisi mengalahkan bangsa Mongol, menjalankan taktiknya dengan bergabung bersama musuh Tughluk Timur. Ia membentuk aliansi dengan cucu Kazgan, Amir Hussein. Timur juga menikahi saudara perempuan Hussein, Aljai Turkanaga.

Ternyata Mongol mengetahui hal itu. Alhasil, Timur dan Hussein pun dicopot dari jabatannya, untuk menyambung hidup di pengasingan Timur Lenk menghabiskan waktunya sebagai bandit, mencuri hewan ternak, serta tentara bayaran atau mercenary di Persia.

Dari sinilah Timur Lenk mendapat pengikut dan di kemudian hari berhasil mengambil seluruh kawasan Transoxiana.

Memulai Penaklukan

Keberanian dan keterampilan taktis Timur membuatnya menjadi tentara bayaran yang sukses di Persia. Ia pun segera mengumpulkan banyak pengikut.

Pada tahun 1364, Timur dan Hussein kembali bersatu dan mengalahkan Ilyas Khoja, putra Tughluk Timur. Pada tahun 1366, kedua panglima perang tersebut menguasai Transoxiana.

Istri pertama Timur meninggal pada tahun 1370. Setelah itu, Timur pun bisa menyerang mantan sekutunya, Hussein. Hussein dikepung dan dibunuh di Balkh. Timur menyatakan dirinya sebagai penguasa seluruh wilayah.

Timur bukanlah keturunan langsung Genghis Khan dari pihak ayahnya, jadi ia memerintah sebagai Amir (dari kata Arab untuk pangeran), bukan sebagai khan. Selama dekade berikutnya, Timur juga menguasai seluruh Asia Tengah.

Kerajaan Timur Berkembang

Dengan Asia Tengah di dalam genggaman, Timur menginvasi Rusia pada tahun 1380. Dia membantu Mongol Khan Toktamysh merebut kembali kendali dan juga mengalahkan Lituania dalam pertempuran.

Timur merebut Herat (sekarang di Afghanistan) pada tahun 1383, yang menjadi serangan pembuka melawan Persia. Pada tahun 1385, seluruh Persia berada dalam kekuasaannya.

Dengan invasi pada tahun 1391 dan 1395, Timur berperang melawan mantan anak didiknya di Rusia, Toktamysh. Tentara Timur merebut Moskow pada tahun 1395.

Saat Timur sibuk di utara, Persia memberontak. Dia membalasnya dengan meratakan seluruh kota dan menggunakan tengkorak warganya untuk membangun menara dan piramida yang mengerikan.

Pada tahun 1396, Timur juga telah menaklukkan Irak, Azerbaijan, Armenia, Mesopotamia, dan Georgia.

Penaklukan India, Suriah, dan Turki

Pasukan Timur yang berjumlah 90.000 orang menyeberangi Sungai Indus pada bulan September 1398 dan menyerang India.

Saat itu, India berada di jurang kehancuran setelah kematian Sultan Firuz Shah Tughluq dari Kesultanan Delhi. Bengal, Kashmir, dan Dekkan masing-masing memiliki penguasa yang berbeda.

Timur pun meninggalkan jejak-jejak pembantaian di sepanjang jalan. Tentara Delhi dihancurkan pada bulan Desember dan kota itu hancur. Timur menyita berton-ton harta karun dan 90 ekor gajah perang dan membawanya kembali ke Samarkand.

Timur memusatkan perhatian ke barat pada tahun 1399, merebut kembali Azerbaijan dan menaklukkan Suriah. Bagdad dihancurkan pada tahun 1401 dan 20.000 penduduknya dibantai.

Pada bulan Juli 1402, Timur merebut Turki Ottoman awal dan menerima penyerahan Mesir.

Serangan Militer Terakhir Sebelum Kematiannya

Para penguasa Eropa gembira karena sultan Turki Utsmaniyah, Bayazid, telah dikalahkan. Namun mereka gemetar saat mengetahui bahwa Tamerlane ada di depan gerbang mereka.

Segera penguasa Spanyol, Prancis, dan negara-negara lain mengirimkan kedutaan ucapan selamat ke Timur, dengan harapan dapat mencegah serangan.

Namun Timur punya tujuan yang lebih besar. Pada tahun 1404, dia memutuskan untuk menaklukkan Dinasti Ming di Kekaisaran Tiongkok. Dinasti Han Ming yang beretnis Han telah menggulingkan sepupunya, Yuan, pada tahun 1368.

Sayangnya baginya, tentara Timur berangkat pada bulan Desember saat musim dingin yang sangat buruk. Manusia dan kuda mati dan Timur yang berusia 68 tahun jatuh sakit.

Dia meninggal pada 17 Februari 1405 di Otrar, Kazakhstan.

Peninggalan Timur Lenk

Timur memulai hidup sebagai putra seorang kepala suku kecil, seperti nenek moyangnya Genghis Khan. Melalui kecerdasan, keterampilan militer, dan kekuatan kepribadian, Timur mampu menaklukkan banyak wilayah.

Wilayah taklukannya membentang dari Rusia hingga India dan dari Laut Mediterania hingga Mongolia.

Berbeda dengan Genghis Khan, Timur melakukan penaklukan bukan untuk membuka jalur perdagangan dan melindungi wilayah kekuasaannya. Ia melakukan penyerangan hanya untuk menjarah.

Pada akhirnya, kerajaannya tidak bertahan lama. Pasalnya, Timur tidak berusaha untuk membangun struktur pemerintahan apa pun setelah ia menghancurkan tatanan yang ada.

Meskipun Timur mengaku sebagai seorang Muslim yang baik, ia tidak segan untuk menghancurkan kota-kota Islam dan membantai penduduknya.

Damaskus, Khiva, Bagdad, semua itu tidak pernah lepas dari perhatian Timur. Tampaknya niatnya adalah menjadikan ibu kotanya di Samarkand sebagai kota pertama di dunia Islam.

Sumber-sumber kontemporer menyebutkan bahwa pasukan Timur membunuh sekitar 19 juta orang selama penaklukan mereka.

Keturunan Timur Lenk

Setelah timur meninggal, lusinan putra dan cucunya segera mulai berebut takhta. Penguasa kerajaan peninggalan Timur yang paling sukses, cucu Timur, Ulegh Beg (1393–1449, memerintah 1447–1449), memperoleh ketenaran sebagai astronom dan sarjana.

Namun Ulegh bukanlah seorang administrator yang baik. Ia dibunuh oleh putranya sendiri pada tahun 1449.

Garis keturunan Timur lebih beruntung di India, tempat cicitnya Babur mendirikan Dinasti Mughal pada tahun 1526. Mughal memerintah hingga tahun 1857 ketika Inggris mengusir mereka.

Shah Jahan, pembangun Taj Mahal, juga merupakan keturunan Timur.    

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://nationalgeographic.grid.id
https://www.idntimes.com

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment