Sejarah Baldwin IV dari Yerusalem yang Menderita Kusta

Table of Contents

Baldwin IV
Siapa itu Baldwin IV?

Baldwin IV lahir pada tahun 1161, putra Amalric, Pangeran Jaffa dan Ascalon. Baldwin IV adalah raja yang dijuluki si Lepra, atau Raja Kusta yang bertakhta sebagai Raja Yerusalem dari tahun 1174 hingga hingga 1185.

Baldwin IV mendapat julukan tersebut, karena memang menderita kusta sejak usia belia. Ia adalah salah satu tokoh paling menarik dan tragis pada abad ke-12 dalam sejarah dunia.

Di samping itu, Raja Baldwin IV terkenal karena mampu menghadapi perlawanan Salahuddin Al Ayubi yang lebih berpengalaman darinya dan dalam kondisi kesehatan yang tidak prima.

Sayangnya, kehebatan Raja Baldwin IV dalam memerintah harus takluk pada penyakitnya. Ia meninggal dalam usia sangat muda, yakni 24 tahun.

Baldwin IV sering dianggap sebagai pahlawan Yerusalem. Kisah tragisnya mengingatkan kita akan keberanian dan keteguhan jiwa manusia.

Baca Juga: Godfrey dari Bouillon: Penguasa Yerusalem

Kehidupan Awal

Almaric menjadi Raja Yerusalem pada tahun 1163. Saat Baldwin IV lahir, Yerusalem berada di bawah kekuasaan kaum Frank yang dikenal dengan tentara salib, yang berasal dari Eropa Barat.

Baldwin IV dilatih dan disekolahkan seperti anak bangsawan lainnya pada masa itu. Silsilahnya datang dengan harapan untuk menjadi pejuang dan pemimpin hebat seperti nenek moyang sebelumnya.

Sekitar sembilan tahun, Amalric mengirim Baldwin ke William dari Tirus. Di bawah bimbingan William, Baldwin belajar tentang Tuhan, sejarah dan peperangan.

Selama waktu ini, William mencatat bahwa Baldwin tampaknya tidak merasakan apa-apa di lengan dan tangan kanannya. Ayah Baldwin merahasiakan penyakitnya dari publik, karena takut akan apa yang akan terjadi padanya.

Naik Takhta

Ayah Baldwin, Amalric, meninggal karena disentri saat melakukan kampanye di Mesir pada tahun 1174. Pada saat kematian ayahnya, Baldwin baru berusia tiga belas tahun dan seharusnya tidak naik takhta.

Penobatan Raja Baldwin IV sebagai raja Yerusalem di era Perang Salib, menggantikan, Amalric yang wafat.

Biasanya, para kesatria dengan penderitaannya seharusnya bergabung dengan Ksatria St. Lazarus. Dia tidak bergabung dengan mereka karena keputusan dari Pengadilan Tinggi Yerusalem dan ditempatkan di bawah asuhan Raymond dari Tripoli.

Raymond adalah seorang baron perkasa di negara-negara tentara salib. Pada saat itu, Baldwin tidak terlalu terpengaruh oleh penderitaannya. Pada musim panas tahun 1176, Baldwin telah dewasa dan siap menggantikan ayahnya sebagai raja yang sah.

Pemerintahan Baldwin IV

Baldwin, seorang pemimpin yang cakap, mengambil kendali pemerintahan dari bupatinya dan mengangkat pamannya Joscelyn dari Edessa ke dalam posisi berkuasa.

Meskipun Baldwin mendapat dukungan dari kerajaannya, dia menyadari tidak akan mempunyai ahli waris dan penyakitnya perlahan-lahan berkembang.

Untuk menjamin stabilitas domain, Baldwin IV mengatur pernikahan dinasti antara saudara perempuannya Sibylla dan William dari Montferrat, pewaris keluarga Italia yang berkuasa.

Sayangnya, William tidak berumur panjang. Dia meninggal mendadak pada tahun 1177, meninggalkan Sibylla menjadi janda dan hamil.

Sementara raja penderita kusta menangani masalah kenegaraan ini, Saladin, sultan Mesir dan Suriah, sibuk menyatukan kekuatan Muslim untuk mengusir tentara salib keluar dari Tanah Suci demi kebaikan dan menyatakan jihad.

Namun, awal pemerintahan Baldwin ditandai dengan keberhasilan militer melawan kaum Muslim. Pada tahun 1177, ia merebut kembali kota Ascalon dari Saladin, sebuah kemenangan yang mengembalikan Palestina selatan ke kendali Kristen.

Selama invasi ini, Baldwin diyakini terjebak di Ascalon, datang dari belakang pasukan Saladin dan mengalahkannya sepenuhnya di Montgisard .

Pada usia 16 tahun, Baldwin IV menjadi kekuatan pendorong utama dalam kampanye melawan Saladin, memimpin pasukannya dari depan. Dia adalah pemimpin yang efektif dan menginspirasi orang-orang di sekitarnya dengan keberanian dalam menghadapi kesulitan.

Dia memimpin setiap pertempuran, sebagaimana seharusnya seorang raja, dan mampu menggalang dukungan dari banyak tokoh terkemuka di kerajaannya.

Sepanjang masa remajanya hingga awal dua puluhan, Baldwin IV berhasil menghalau berbagai serangan Saladin, bahkan ketika raja penderita kusta itu hanya menggunakan satu tangan untuk menunggang kuda dan memegang pedang, sebuah fakta yang sudah biasa ia lakukan selama pelatihannya.

Pada tahun 1179, Salahuddin kembali melakukan penyerangan, tetapi Raja Baldwin IV tidak bisa bergabung dalam pertempuran karena kondisinya semakin buruk.

Gencatan senjata selama dua tahun disepakati pada tahun 1180. Segera setelah gencatan senjata berakhir, Salahuddin merebut Aleppo pada Juni 1183.

Saat itu, Raja Baldwin IV sudah tidak mampu lagi menunggang kuda. Meski kondisinya semakin lemah dan harus ditandu, ia tetap menunjukkan keberanian dan keteguhan dalam melindungi kerajaannya.

Masalah Suksesi dan Kematiannya

Selain menghadapi Salahuddin, Raja Baldwin IV juga menghadapi masalah internal, terutama terkait suksesinya. Karena faktor kesehatannya, Raja Baldwin IV kerap menyerahkan tugas besar kepada para pejabat kerajaan secara berkala.

Namun, hal itu pada akhirnya berkontribusi terhadap perebutan kekuasaan di kalangan bangsawan. Penyakit kusta menghalangi Raja Baldwin IV untuk menikah.

Pada 1180, untuk mencegah kudeta Pangeran Raymond III dari Tripoli dan Pangeran Bohemond III dari Antiokhia, ia menyuruh kakaknya, Sibylla menikah dengan Guy dari Lusignan. Setelah itu, Raja Baldwin IV berniat untuk turun takhta.

Namun, Guy tidak disukai sebagian besar kaum bangsawan karena dianggap tidak kompeten menjadi pemimpin. Ketika Salahuddin terus mendesak, penyakit kusta telah membuat Raja Baldwin IV buta dan tidak dapat berjalan, atau bahkan menggunakan tangannya.

Untuk menenangkan kaum bangsawan, Raja Baldwin IV tidak jadi turun takhta dan mencabut hak waris Guy. Sebagai gantinya, Raja Baldwin IV menobatkan putra Sibylla, Baldwin V, sebagai wakil raja, pada November 1183.

Raja Baldwin IV memerintah hingga kematiannya pada 16 Mei 1185.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://nationalgeographic.grid.id/
https://www.kompas.com
dan sumber lain yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment