Otoritarianisme: Pengertian dan Cirinya
Pengertian Otoritarianisme
Otoritarianisme dapat disebut juga paham politik otoriter. Otoriter dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berkuasa sendiri; sewenang-wenang. Dalam politik, suatu pemerintahan otoriter adalah satu di mana kekuasaan politik terkonsentrasi pada suatu pemimpin.
Otoritarianisme merupakan bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi tertentu, tanpa melihat derajat kebebasan individu. Sistem ini biasanya menentang demokrasi, sehingga pada umumnya kuasa pemerintahan diperoleh tanpa pemilihan umum secara demokratis.
Ciri Otoritarianisme
Menurut Theodore M. Vestal dalam buku Ethiopia: A Post-Cold War African State (1999), otoritarianisme mempunyai enam ciri di antaranya,
1. Struktur kekuasaan yang sangat terkonsentrasi dan terpusat
Contohnya, Uni Soviet yang kekuasaannya terpusat di Moskow tepatnya di Kremlin dan menjadi ibu kota negara.
2. Otoritarianisme mengikuti beberapa prinsip, di antaranya,
a. Aturan manusia, bukan supremasi hukum
b. Pemilihan yang dimanipulasi
c. Semua keputusan politik penting yang dibuat oleh pejabat yang tidak dipilih secara tertutup
d. Birokrasi beroperasi cukup independen dari aturan, pengawasan yang dipilih pejabat, atau perhatian konstituen yang konon mereka layani
e. Pelaksanaan kekuasaan politik yang informal dan tidak diatur
Contohnya semua aturan yang ada di Korea Utara disusun oleh pemimpin tertingginya, saat ini Kim Jong-Un. Pengawasan birokrasi pun sangat ketat oleh petinggi negara.
3. Kepemimpinan yang ditunjuk sendiri dan bahkan jika dipilih tidak dapat digantikan oleh pilihan bebas warga negara di antara para pesaing
Contohnya, Kim Jong-Un yang memimpin Korea Utara menunjuk sendiri sebagai pemimpin tertinggi di negaranya menggantikan ayahnya Kim Jong-Il yang meninggal.
4. Tidak ada jaminan kebebasan sipil atau toleransi untuk oposisi
Contohnya, di Korea Utara tidak terdapat ruang untuk oposisi bersuara. Bila terdapat oposisi atau pihak yang mengkritik pemerintahan Kim Jong-Un, nyawanya akan terancam.
5. Lemahnya masyarakat sipil
Otoritarianisme melemahkan masyarakat sipil dengan beberapa aturan, seperti:
a. Tidak ada kebebasan untuk membuat berbagai kelompok organisasi dan partai politik untuk bersaing demi kekuasaan atau mempertanyakan keputusan penguasa.
b. Memaksakan kontrol di hampir seluruh elemen masyarakat.
Contohnya, saat sebelum Perang Dunia 2 hingga Perang Dunia 2 berakhir, Jerman hanya memiliki satu Partai. Partai tersebut yaitu Partai Nazi.
6. Keterbatasan stabilitas politik
Stabilitas politik dipertahankan oleh:
a. Kontrol atas dan dukungan militer untuk memberikan keamanan pada sistem dan kontrol masyarakat
b. Birokrasi yang dikelola rezim
c. Kontrol oposisi internal dan perbedaan pendapat
d. Penciptaan kesetiaan melalui berbagai cara sosialisasi
Contohnya, Joseph Stalin pada masa kepemimpinannya memegang kendali penuh atas militer negaranya. Militer dijadikan kontrol sosial bahkan hingga ke tingkat paling rendah di tatanan administrasi di negaranya tersebut.
Sedangkan penciptaan kesetiaan melalui berbagai cara sosialisasi terjadi di Korea Utara. Di mana televisi dan radio dipenuhi propaganda untuk meningkatkan kesetiaan warganya kepada negara dan juga meningkatkan citra Kim Jong-Un sendiri.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
dan dari berbagai sumber yang relevan
Download
Post a Comment