Oksidentalisme: Pengertian dan Sejarahnya
Table of Contents
Pengertian Oksidentalisme
Oksidentalisme adalah sebuah disiplin ilmu yang membahas tentang dunia Barat. Dalam konteks ini Barat menjadi objek, sedangkan Timur adalah subyeknya. Barat dalam konteks oksidentalisme bukan mengarah pada Barat dalam arti secara geografis, melainkan kebudayaan atau kultur, terutama meliputi bidang pemikiran, filsafat, sosiologi, antrolpologi, sejarah, agama, dan geografinya.Istilah oksidentalisme dipopulerkan oleh Hasan Hanafi, seorang pemikir Mesir, dalam karya mega proyeknya at-Turats Wa al-Tajdid (Tradisi dan Pembaharuan). Oksidentalisme lahir sebagai tandingan terhadap Orientalisme, yang lebih menghadirkan pandangan dunia, alam pikiran, dan kepentingan Barat yang terselubung.
Baca juga: Orientalisme: Pengertian, Sejarah Istilah, dan Sudut Pandangnya
Namun, tidak seperti kajian tentang Timur (orientalisme) yang marak dilakukan, kajian tentang Barat (oksidentalisme) masih tidak populer di lingkungan masyarakat umum atau pun kalangan akademisi sekalipun.
Demikian, berikut beberapa karakteristik oksidentalisme di antaranya,
1. Barat menjadi objek, sedangkan Timur menjadi subyeknya.
2. Oksidentalisme dibangun di atas ego yang netral dan tidak berambisi merebut kekuasaan.
3. Oksidentalisme ingin menuntut pembebasan diri dari cengkeraman kolonialisme orientalis.
4. Oksidentalisme bertujuan untuk memutar balikkan Barat yang sebelumnya menjadi subyek (Orientalisme) menjadi objek yang dikaji
Sejarah Oksidentalisme
Oksidentalisme berasal dari bahasa Inggris, occident, yang berarti negeri Barat. Sehingga oksidentalisme dapat dimaknai sebagai studi tentang Barat dengan segala aspeknya dari aspek penglihatan orang Timur.
Oksidentalisme adalah kajian kebaratan atau suatu kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan masyarakat Barat, dalam oksdientalisme posisi subyek obyek menjadi terbalik. Timur sebagai subjek pengkaji dan Barat sebagai obyek kajian.
Asal usul pembahasan oksidentalisme di saat lahirnya peradaban Timur yang oleh tradisi Islam selama empat belas abad lebih, dapat dilacak sumber-sumber oksidentalisme didapatkan melalui hubungan antara Islam dan Yunani-Romawi di masa lalu, selain wilayah ini Kristen-Yahudi, merupakan kesadaran Eropa yang terekspos dan menjadi bagian dari Barat baik ditinjau dari segi geografis, sejarah, maupun peradabannya.
Sementara peradaban Timur yang terwakilkan oleh Islam memiliki akar yang lebih jauh kembali, yaitu peradaban Timur kuno, Mesir, Kan’an, Asyuria, Babilonia, India, dan Cina. Menurut Hasan Hanafi, sejarah oksidentalisme ini muncul bukan pada masa modern saja melainkan dari abad 12, ia telah muncul dan berkembang dengan adanya pengkajian ilmu-ilmu Barat.
Oksidentalisme dalam Pandangan Hasan Hanafi
Gagasan Hassan Hanafi mengenai oksidentalisme ini sebagai dasar pembaruan. Terdapat tiga dasar pembaruan oksidentalis yang termaktub dalam buku karya Hassan Hanafi, al-Turats wa al-Tajdid, yakni; sikap kritis terhadap tradisi lama, terhadap bangsa Barat, dan terhadap realitas.
Pertama, sikap kritis terhadap tradisi lama pandangan Hassan Hanafi dalam hal ini dapat membantu menghentikan westernisasi sebagai upaya rekonstruksi kepada ego ketimuran.
Dengan demikian, dapat menghindari penetrasi pemikiran-pemikiran bangsa Barat ke dalam tradisi umat yang menyebabkan perselisihan di antara kelompok pembela ortodoks dengan kelompok pembela modern. Ia juga dapat menghapuskan keterpecahan atas kepribadian bangsa.
Kedua, sikap kritis terhadap bangsa Barat pandangan Hassan Hanafi dalam hal ini ia tekankan pada perlunya reorientasi kepada dunia Barat. Karena, oksidentalisme ada untuk menghadapi westernisasi melalui orientalisme.
Hal tersebut pengaruhnya sangat luas. Sehingga, tidak hanya berpengaruh pada budaya dan konsepsi tentang alam saja, melainkan mengancam kemerdekaan peradaban kita sendiri dan gaya hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sikap kritis terhadap realitas pandangan Hassan Hanafi dalam hal ini sebagai bentuk upaya rehabilitasi psikologis yang masih bangsa Timur derita. Akibatnya ialah gelombang imperialisme dan modernitas Barat. Sejatinya, historis-dogmatis bangsa Timur mempunyai ciri khas dan keunikan yang tidak kalah dari bangsa Barat.
Dari tiga dasar pembaharuan di atas yakni, dasar pembaharuan pertama dengan meletakkan ego kepada sejarah yang ada pada masa lalu dan warisan-warisan kebudayaan yang ia miliki. Dasar pembaharuan kedua dengan meletakkan ego kepada kedudukan yang berhadapan dengan masalah kontemporer dalam hal kebudayaan Barat yang akan mendatang.
Sumber:
https://majalahnabawi.com
https://id.wikipedia.org
dan dari berbagai sumber yang relevan
Download
Namun, tidak seperti kajian tentang Timur (orientalisme) yang marak dilakukan, kajian tentang Barat (oksidentalisme) masih tidak populer di lingkungan masyarakat umum atau pun kalangan akademisi sekalipun.
Demikian, berikut beberapa karakteristik oksidentalisme di antaranya,
1. Barat menjadi objek, sedangkan Timur menjadi subyeknya.
2. Oksidentalisme dibangun di atas ego yang netral dan tidak berambisi merebut kekuasaan.
3. Oksidentalisme ingin menuntut pembebasan diri dari cengkeraman kolonialisme orientalis.
4. Oksidentalisme bertujuan untuk memutar balikkan Barat yang sebelumnya menjadi subyek (Orientalisme) menjadi objek yang dikaji
Sejarah Oksidentalisme
Oksidentalisme berasal dari bahasa Inggris, occident, yang berarti negeri Barat. Sehingga oksidentalisme dapat dimaknai sebagai studi tentang Barat dengan segala aspeknya dari aspek penglihatan orang Timur.Oksidentalisme adalah kajian kebaratan atau suatu kajian komprehensif dengan meneliti dan merangkum semua aspek kehidupan masyarakat Barat, dalam oksdientalisme posisi subyek obyek menjadi terbalik. Timur sebagai subjek pengkaji dan Barat sebagai obyek kajian.
Asal usul pembahasan oksidentalisme di saat lahirnya peradaban Timur yang oleh tradisi Islam selama empat belas abad lebih, dapat dilacak sumber-sumber oksidentalisme didapatkan melalui hubungan antara Islam dan Yunani-Romawi di masa lalu, selain wilayah ini Kristen-Yahudi, merupakan kesadaran Eropa yang terekspos dan menjadi bagian dari Barat baik ditinjau dari segi geografis, sejarah, maupun peradabannya.
Sementara peradaban Timur yang terwakilkan oleh Islam memiliki akar yang lebih jauh kembali, yaitu peradaban Timur kuno, Mesir, Kan’an, Asyuria, Babilonia, India, dan Cina. Menurut Hasan Hanafi, sejarah oksidentalisme ini muncul bukan pada masa modern saja melainkan dari abad 12, ia telah muncul dan berkembang dengan adanya pengkajian ilmu-ilmu Barat.
Oksidentalisme dalam Pandangan Hasan Hanafi
Gagasan Hassan Hanafi mengenai oksidentalisme ini sebagai dasar pembaruan. Terdapat tiga dasar pembaruan oksidentalis yang termaktub dalam buku karya Hassan Hanafi, al-Turats wa al-Tajdid, yakni; sikap kritis terhadap tradisi lama, terhadap bangsa Barat, dan terhadap realitas.Pertama, sikap kritis terhadap tradisi lama pandangan Hassan Hanafi dalam hal ini dapat membantu menghentikan westernisasi sebagai upaya rekonstruksi kepada ego ketimuran.
Dengan demikian, dapat menghindari penetrasi pemikiran-pemikiran bangsa Barat ke dalam tradisi umat yang menyebabkan perselisihan di antara kelompok pembela ortodoks dengan kelompok pembela modern. Ia juga dapat menghapuskan keterpecahan atas kepribadian bangsa.
Kedua, sikap kritis terhadap bangsa Barat pandangan Hassan Hanafi dalam hal ini ia tekankan pada perlunya reorientasi kepada dunia Barat. Karena, oksidentalisme ada untuk menghadapi westernisasi melalui orientalisme.
Hal tersebut pengaruhnya sangat luas. Sehingga, tidak hanya berpengaruh pada budaya dan konsepsi tentang alam saja, melainkan mengancam kemerdekaan peradaban kita sendiri dan gaya hidup dalam kehidupan sehari-hari.
Ketiga, sikap kritis terhadap realitas pandangan Hassan Hanafi dalam hal ini sebagai bentuk upaya rehabilitasi psikologis yang masih bangsa Timur derita. Akibatnya ialah gelombang imperialisme dan modernitas Barat. Sejatinya, historis-dogmatis bangsa Timur mempunyai ciri khas dan keunikan yang tidak kalah dari bangsa Barat.
Dari tiga dasar pembaharuan di atas yakni, dasar pembaharuan pertama dengan meletakkan ego kepada sejarah yang ada pada masa lalu dan warisan-warisan kebudayaan yang ia miliki. Dasar pembaharuan kedua dengan meletakkan ego kepada kedudukan yang berhadapan dengan masalah kontemporer dalam hal kebudayaan Barat yang akan mendatang.
Sumber:
https://majalahnabawi.com
https://id.wikipedia.org
dan dari berbagai sumber yang relevan
Download
Post a Comment