Konflik Etnis: Pengertian, Faktor Pemicu, Contoh, dan Konflik Etnis di Indonesia
Pengertian Konflik Etnis
Konflik etnis adalah pertentangan yang terjadi antara kelompok-kelompok etnis yang berbeda, dan sering kali berkaitan dengan masalah politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teritorial.
Konflik etnis seringkali bernuansa kekerasan, tetapi bisa juga tidak. Konflik etnis dapat menjadi tantangan serius bagi stabilitas dan pembangunan nasional di banyak negara.
Baca Juga: Pengertian Kelompok Etnis atau Suku Bangsa, Identitas, Perubahan, Contoh dan Jenisnya
Para akademisi umumnya membagi konflik etnis dalam salah satu dari tiga aliran: primordialis, instrumentalis atau konstruktivis.
Perdebatan intelektual juga terfokus pada masalah konflik etnis yang lebih membengkak sejak akhir Perang Dingin.
Konflik Etnis Pasca Perang Dingin
Istilah "etnisitas" yang digunakan pada saat ini berkembang pada pertengahan abad ke-20, menggantikan terminologi "ras" atau "negara" yang digunakan untuk konsep tersebut pada abad ke-19.
Peperangan reguler awalnya terjadi sebagai konflik antar negara, dan hanya dengan kebangkitan masyarakat multi-etnis dan perubahan pada peperangan asimetris membuat konsep "konflik etnis" dipisahkan dari "perang" generik.
Peristiwa tersebut menjadi kasus khusus sejak keruntuhan Uni Soviet yang multi-etnis dan Yugoslavia yang relatif lebih homogenius pada 1990an, kedua peristiwa tersebut disusul dengan konflik etnis yang diwarnai dengan kekerasan dan perang saudara.
Baca Juga: Runtuhnya Uni Soviet: Sejarah, Penyebab, Proses, dan Dampaknya
Pada masa pasca-Perang Dingin, sejumlah gerakan sekesionis dikabarkan, utamanya di bekas negara-negara komunis.
Konflik-konflik yang melibatkan gerakan sekesionis terjadi di bekas Yugoslavia, Transnistria di Moldova, bangsa Armenia di Azerbaijan, Abkhaz dan Ossetia di Georgia.
Di luar bekas blok komunis, perpecahan antar-etnis terjadi pada masa yang sama di wilayah-wilayah seperti Sri Lanka, Papua Barat, Chiapas, Timor Timur, Negara Basque dan Sudan Selatan.
Faktor Pemicu Konflik Etnis
Konflik etnis dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti:
1. Persaingan untuk mendapatkan sumber daya
2. Aspirasi politik
3. Ketegangan historis
4. Perbedaan dalam agama, bahasa, atau latar belakang sejarah
5. Klaim terhadap wilayah
Baca Juga: Sejarah Konflik Etnis Rohingya di Myanmar
Contoh Konflik Etnis
Contoh perang etnis sejak 1990 an yang disebabkan oleh gerakan sekesionis yang mengakibatkan perpecahan negara multi-etnis berdasarkan pada garis etnis di antaranya,
1. Peperangan Yugoslavia
2. Perang Chechen Pertama
3. Perang Nagorno-Karabakh
4. Perang Saudara Rwanda
5. Perang di Darfur
6. Ketegangan pro-Rusia di Ukraina 2014, dan lain-lain.
Konflik Etnis di Indonesia
Indonesia menjadi salah satu negara yang sering terjadi konflik antar suku di berbagai daerah. Perseteruan ini biasanya terjadi akibat kesalahpahaman, kecemburuan, dan rasa ketidakadilan yang dirasakan oleh satu kelompok.
Berikut daftar daerah yang sempat terjadi konflik antar suku di Indonesia:
1. Konflik di Yahukimo Papua
Konflik antar suku di Indonesia sempat terjadi di Yahukimo Papua. Berdasarkan pernyataan Koordinator Jaringan Damai Papua, Adriana Elisabeth kepada BBC News, konflik tersebut dipicu oleh kabar bohong.
Menurut Adriana, masalah yang terjadi di Yahukimo adalah konflik klasik yang merupakan sifat primordialisme antarsuku yang bermutasi dari kekerasan fisik di masa lalu menjadi perebutan birokrasi, ekonomi, dan lainnya.
Baca Juga: Pengertian Primordialisme, Sebab, Ciri, Jenis, dan Dampaknya
Biasanya konflik ini terjadi jika di suatu daerah dipimpin oleh bupati dari Suku A, sedangkan suku yang dominan di daerah tersebut adalah suku B. Akhirnya, bupati tersebut mendapat tudingan tidak memperhatikan suku lain dan memprioritaskan sukunya sendiri.
Lokasi kerusuhan terjadi di Distrik Dekai ibu kota Kabupaten Yahukimo. Di kabupaten ini terdapat empat suku mayoritas, yaitu Yali, Hubla, Kimyal, dan Momuna (asal nama Yahukimo).
Dampak dari serangan tersebut menyebabkan enam orang meninggal dunia, 42 luka-luka, ribuan masyarakat mengungsi, tiga rumah dan satu hotel terbakar.
2. Tragedi Sampit
Tragedi Sampit adalah konflik antarsuku Dayak dengan Madura yang terjadi di Pulau Kalimantan pada tahun 2001. Penyebab perang Sampit ini berawal dari pertumbuhan populasi migran Madura di Kalimantan yang memicu adanya kecemburuan dan persaingan ekonomi.
Baca Juga: Konflik Sampit: Sejarah, Penyebab, Kronologi, Dampak, dan Upaya Penyelesaiannya
Namun permasalahan besar terjadi ketika salah satu rumah Dayak terbakar akibat serangan. Rumor yang beredar di Suku Dayak menyebut bahwa orang Madura yang melakukan aksi penyerangan.
Akhirnya, masyarakat Kalimantan mulai melakukan penyerangan balik kepada suku Madura dengan cara yang sama. Profesor Usop dari Asosiasi Masyarakat Dayak mengklaim bahwa serangan yang dilakukan Suku Dayak merupakan bentuk pertahanan diri setelah beberapa warganya diserang.
Dia juga menjelaskan bahwa salah satu warga Dayak disiksa dan dibunuh oleh sekelompok warga Madura setelah sengketa judi di Desa Kerengpangi pada 17 Desember 2000. Akhirnya perseteruan antara Suku Dayak dengan Madura terjadi.
Dampak dari konflik antar suku ini mengakibatkan sedikitnya 300 orang meninggal dunia dan 1.355 orang Madura mengungsi kembali.
3. Kerusuhan Mei 1998
Kerusuhan Mei 1998 menjadi sejarah kelam bagi Indonesia, pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) secara besar-besaran terjadi di kala itu.
Peristiwa ini berlangsung pada 13-15 Mei 1998 yang dipicu adanya kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa di sejumlah kota, seperti Jakarta, Medan, Palembang, Solo, Surabaya, dan kota lainnya.
Baca Juga: Kerusuhan Mei 1998: Sejarah, Penyebab, Kronologi, Dampak, dan Peristiwa Pentingnya
Koordinator Investigasi dan Pendataan Tim Relawan, Sri Palupi menyimpulkan bahwa Kerusuhan Mei 1998 disebabkan oleh sentimen anti-Tionghoa yang sudah lama terjadi. Hal ini dimanfaatkan untuk memicu kericuhan akibat krisis moneter.
Pada saat itu beredar tuduhan bahwa etnis Tionghoa menjadi penyebab terjadinya krisis moneter. Rumor yang beredar di masyarakat berisi informasi palsu bahwa etnis Tionghoa melarikan uang rakyat ke luar negeri dan sengaja menimbun sembako supaya rakyat Indonesia kelaparan dan sengsara.
Terlebih lagi, perekonomian etnis Tionghoa yang tinggal di Indonesia terlihat lebih stabil dan strategis. Hal itulah justru menimbulkan kecemburuan dan kebencian masyarakat pribumi kepada etnis Tionghoa.
Dampak dari Kerusuhan Mei 1998 meninggalkan kerugian materil, fisik, dan psikis yang sangat besar. Dilansir dari elshinta.com, sebanyak 1.217 orang meninggal dunia, 91 orang luka, dan 31 orang hilang dalam peristiwa ini.
4. Konflik Antarsuku Aceh dan Jawa
Konflik antara Aceh dan Jawa sudah ada sejak Kerajaan Samudera Pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit di tahun 750-796 H. Perseteruan kembali terjadi setelah Aceh bergabung menjadi bagian Republik Indonesia.
Baca Juga: Gerakan Aceh Merdeka (GAM): Sejarah, Penyebab, Perkembangan, dan Negosiasi Damai
Perseteruan pertama terjadi saat Dewan Menteri Republik Indonesia tidak memasukkan Aceh ke dalam 10 provinsi yang ditetapkan. Kedua, Aceh dijanjikan akan mendapat status “Daerah Istimewa” namun janji tersebut tidak pernah ditepati saat Soeharto berkuasa.
Kebencian rakyat Aceh semakin dalam saat ditemukan sumber cadangan minyak dan gas alam di Lhokseumawe. SDA tersebut dieksploitasi oleh perusahaan besar asal Amerika Serikat.
Namun sebagai pemilik kawasan, mereka tidak pernah mendapatkan keuntungan dan hanya orang-orang Jawa saja-lah yang menikmati keuntungan tersebut.
Akhirnya, Hasan Tiro membentuk Aceh Sumatera Liberation Front (ASLNF) atau disebut dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) pada 4 Desember 1976 untuk melawan pemerintah Indonesia, yang didominasi oleh suku Jawa.
Perseteruan terjadi selama kurang lebih 30 tahun yang mengorbankan ribuan nyawa di kedua belah pihak. Namun konflik antara dua suku ini akhirnya berakhir pada Agustus 2005 saat GAM dan pemerintah Indonesia menandatangani perjanjian damai di Helsinki, Finlandia.
5. Kerusuhan Lampung Selatan
Bentrokan antaretnis sempat terjadi di Lampung Selatan setelah pemerintah mengadakan program transmigrasi. Program tersebut dimanfaatkan masyarakat Indonesia, salah satunya warga Bali yang masuk dan tinggal di Lampung Selatan.
Warga Bali membangun perkampungan bernama Balinuraga, Baliagung, dan Balinapal di Lampung Selatan. Kehidupan mereka awalnya baik-baik saja sampai terjadinya peristiwa saat rombongan pemuda dari Desa Balinuraga tidak sengaja menyerempet motor yang dinaiki dua gadis dari Warga Desa Agom.
Baca Juga: Kerusuhan Etnis di Lampung Selatan 2012: Latar Belakang, Kronologi, Dampak, dan Pasca Kerusuhan
Konflik terjadi saat salah satu warga yang menyaksikan peristiwa tersebut menyebarkan berita bahwa para pemuda Balinuraga telah melecehkan para gadis dari Desa Agom. Akhirnya, sebanyak 50 warga Desa Agom menyerang Desa Balinuraga pada Sabtu malam, 27 Oktober 2012.
Kerusuhan Lampung Selatan berlangsung selama dua hari setelah kedua desa bersepakat untuk damai dan tidak saling menuntut secara hukum.
6. Perang Suku di Wamena, Papua
Peristiwa konflik antar suku di Papua sempat terjadi pada tahun 2022 lalu. Konflik ini melibatkan Suku Nduga dan Suku Lani Jaya di Kampung Wouma. Perseteruan antara dua kelompok ini disebabkan oleh kasus pembunuhan warga Suku Nduga.
Kasus tersebut menjadi alasan utama terjadinya konflik antara dua suku tersebut. Dampak dari konflik ini menimbulkan banyak kerugian materil, fisik, dan psikis, sebanyak 10 warga meninggal dunia, 21 orang luka-luka, dan 40 rumah adat Honai terbakar.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.inilah.com
dan sumber lain yang relevan
Download
Post a Comment