Komunikasi Politik: Pengertian, Unsur, Fungsi, Proses, Distorsi, dan Modelnya

Table of Contents

Pengertian Komunikasi Politik
Pengertian Komunikasi Politik

Komunikasi politik adalah proses komunikasi yang melibatkan pesan-pesan politik dan aktor-aktor politik, serta berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan aktivitas politik. Komunikasi politik merupakan cabang ilmu komunikasi yang mempelajari bagaimana komunikasi mempengaruhi proses politik, opini publik, dan pengambilan keputusan politik. 
 
Baca Juga: Pengertian Politik, Perilaku, Konsep, Tujuan, dan Macamnya

Komunikasi politik juga merupakan fungsi politik yang hadir dalam suatu sistem politik. Dalam praktiknya, komunikasi politik sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, dalam aktivitas sehari-hari, tidak satu pun manusia tidak berkomunikasi, dan kadang-kadang sudah terjebak dalam analisis dan kajian komunikasi politik. 
 
Baca Juga: Pengertian Komunikasi Menurut Ahli, Fungsi, Tujuan, Syarat, Unsur, Efek, dan Model

Komunikasi Politik Menurut Para Ahli

1. Mueller (1973): komunikasi politik ialah hasil yang memiliki sifat politik, apabila ditekankan kepada hasil. Sedangkan apabila komunikasi politik didefinisikan dengan menekankan pada fungsi dalam sistem politik ialah komunikasi yang terjadi dalam suatu sistem politik serta terjadi di antara sistem tersebut dengan lingkungannya.
2. Almond dan Powell: komunikasi politik adalah fungsi politik yang bersama-sama memiliki fungsi lain yaitu agregasi, artikulasi, rekrutmen dan sosialisasi yang hadir dalam suatu sistem politik. Komunikasi politik hadir sebagai prasyarat atau prerequisite untuk memenuhi fungsi-fungsi politik yang lainnya.
3. Dr. Rusadi Kartaprawira: komunikasi politik dapat diartikan sebagai penghubung dari pikiran politik yang hidup dalam masyarakat baik golongan, intra, asosiasi, institusi maupun sektor kehidupan dalam politik pemerintahan.
4. Fagen (1966): komunikasi politik ialah suatu aktivitas komunikasi yang dianggap politis berdasarkan konsekuensinya, keaktualannya, serta potensi yang dimiliki untuk dapat berfungsi dalam sistem politik.
5. Meadow (1980): komunikasi politik adalah aktivitas dari setiap pertukaran simbol maupun pesan dan sebagian besar telah dibentuk oleh para aktor yang memiliki peran dalam komunikasi tersebut, komunikasi politik juga memiliki konsekuensi untuk sistem politik.
6. Roelofs: komunikasi politik ialah pembicaraan mengenai politik atau kegiatan politik yang dilakukan dengan berbicara.
7. Miriam Budiardjo: komunikasi politik ialah salah satu fungsi dari partai politik, yaitu untuk menyalurkan beraneka ragam pendapat maupun aspirasi dari masyarakat, serta mengatur aspirasi tersebut dengan sedemikian rupa. Komunikasi politik juga menjadi wujud dari penggabungan kepentingan serta perumusan kepentingan yang berguna untuk memperjuangkan publik policy atau kebijakan publik.
8. Rauf: komunikasi politik ialah suatu kegiatan politik guna menyampaikan pesan yang memiliki ciri politik oleh aktor politik kepada pihak lain. Kegiatan dari komunikasi politik memiliki sifat empiris karena dilakukan secara nyata dalam kehidupan sosial. Namun, komunikasi politik juga dapat menjadi kegiatan ilmiah serta sebagai kegiatan politik dalam sistem politik.
9. Astrid S Soesanto: komunikasi politik ialah komunikasi yang diarahkan pada suatu pencapaian yang memiliki pengaruh sedemikian rupa, sehingga masalah-masalah yang dibahas oleh beragam jenis kegiatan komunikasi politik dapat mengikat seluruh warganya melalui sanksi yang telah ditentukan bersama oleh lembaga politik.
10. Dan Nimmo: komunikasi politik memiliki fungsi untuk mengatur perbuatan manusia dalam kondisi konflik serta dalam konsekuensinya. Kegiatan dari komunikasi politik mencakup komunikator politik seperti aktivis, konsultan, politisi, marketing, profesional dan juru bicara, mencakup pula persuasi, pesan politik, media politik, khalayak ramai serta akibat apa yang ditimbulkan dalam proses dari komunikasi politik yang terjadi.

Unsur Komunikasi Politik

Komunikasi politik terdiri dari berbagai unsur di antaranya,
1. Komunikator Politik
Komunikator politik adalah mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna mengenai politik. misalnya presiden, menteri, anggota DPR, politisi, dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa memengaruhi jalannya pemerintahan.

Namun, yang menjadi komunikator utama adalah para pemimpin politik atau pejabat pemerintah karena merekalah yang aktif menciptakan pesan politik untuk kepentingan politis mereka. Mereka adalah pols, yakni politisi yang hidupnya dari manipulasi komunikasi, dan vols, yakni warganegara yang aktif dalam politik secara part timer ataupun sukarela.

Komunikator politik utama memainkan peran sosial yang utama, teristimewa dalam proses opini publik. Karl Popper mengemukakan “teori pelopor mengenai opini publik”, yakni opini publik seluruhnya dibangun di sekitar komunikator politik.

Komunikator Politik terdiri dari tiga kategori di antaranya,
a. Politisi adalah orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah, seperti aktivis parpol, anggota parlemen, menteri, dsb.;
b. Profesional adalah orang yang menjadikan komunikasi sebagai nafkah pencahariannya, baik di dalam maupun di luar politik, yang muncul akibat revolusi komunikasi: munculnya media massa lintas batas dan perkembangan sporadis media khusus (majalah internal, radio siaran, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Terdiri dari jurnalis (wartawan, penulis) dan promotor (humas, jurubicara, jurukampanye, dsb.).
c. Aktivis – (a) Jurubicara (spokesman) bagi kepentingan terorganisasi, tidak memegang atau mencita-citakan jabatan pemerintahan, juga bukan profesional dalam komunikasi. Perannya mirip jurnalis. (b) Pemuka pendapat (opinion leader) –orang yang sering dimintai petunjuk dan informasi oleh masyarakat; meneruskan informasi politik dari media massa kepada masyarakat. Misalnya tokoh informal masyarakat kharismatis, atau siapa pun yang dipercaya publik.

2. Pesan Politik
Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung politik. Misalnya pidato politik, pernyataan politik, buku, brosur dan berita surat kabar mengenai politik, dll.

3. Saluran atau Media Politik
Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, media elektronik, media online, sosialisasi, komunikasi kelompok yang dilakukan partai, organisasi masyarakat, dsb.

4. Sasaran atau Target Politik
Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam Pemilihan Umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh, pemuda, perempuan, mahasiswa, dan semacamnya.

5. Pengaruh atau efek Komunikasi Politik
Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, keaktifan masyarakat dalam partisipasi politik, di mana nantinya akan berdampak pada pemberian suara dalam Pemilihan Umum.

Fungsi Komunikasi Politik

Komunikasi politik memiliki fungsi-fungsi dalam sistem politik di antaranya,
1. Menyampaikan informasi politik, fungsi ini adalah dasar dari fungsi komunikasi. Dalam komunikasi politik informasi yang disampaikan terbatas  tetapi juga sangat luas.
2. Mempertahankan nilai, komunikasi politik memiliki fungsi untuk menjaga dan mempertahankan nilai yang telah menjadi tradisi.
3. Sosialisasi politik, fungsi ketiga ini dianggap menjadi ruh dari sosialisasi dalam masyarakat.
4. Mendorong terjadinya iklim perubahan, karena bersifat persuasif maka komunikasi politik dalam mendorong adanya iklim perubahan.
5. Kontrol sosial, contohnya adalah hadirnya hak jawab maupun hak berpendapat yang didapatkan oleh setiap anggota masyarakat.
6. Memberikan motivasi, komunikasi politik memiliki fungsi untuk memberikan motivasi untuk beberapa golongan maupun pihak-pihak yang membutuhkan.
7. Hiburan, seperti halnya komunikasi jenis lain, komunikasi politik juga memiliki fungsi hiburan seperti debat politik, seni orasi dan lainnya.
8. Meningkatkan partisipasi politik, dengan terjadinya komunikasi politik maka partisipasi politik dalam masyarakat pun ikut meningkat.

Proses Komunikasi Politik

Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya (komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) dengan alur dan komponen di antaranya:
1. Komunikator/Sender – Pengirim pesan
2. Encoding – Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan
3. Message – Pesan
4. Media – Saluran
5. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol
6. Komunikan/Receiver – Penerima pesan
7. Feed Back – Umpan balik, respons.

Distorsi Komunikasi Politik

Distorsi komunikasi politik merupakan kondisi ketika terjadi suatu perubahan dari makna informasi, ide serta maksud pesan antara komunikator dan komunikan. Dalam komunikasi politik, terdapat empat distorsi yang terkait dalam prosesnya.
1. Distorsi sebagai ideologi
Dalam komunikasi politik, ada dua distorsi dalam ideologi. Distorsi pertama ialah perspektif yang identik dengan kegiatan politik sebagai hak istimewa dari sekelompok orang maupun praktik monopoli. Sedangkan distorsi ideologi yang kedua ialah perspektif yang lebih memandang pada suatu kegiatan dan hanya melibat sistem tinggi tanpa peduli dengan kehendak rakyatnya.

2. Distorsi sebagai sebuah topeng
Ben Anderson dalam bahasa topeng menjelaskan bahwa komunikasi politik dapat diidentifikasikan untuk menampilkan suatu hal yang lain antara apa yang dimaksudkan dengan fakta atau realita yang sebenarnya.

3. Distorsi sebagai bentuk representasi
Distorsi dalam komunikasi politik juga dapat terjadi sebagai bentuk dari representasi yaitu untuk memberikan gambaran terhadap suatu hal yang tidak sama dengan kenyataan atau aslinya.

4. Distorsi sebagai proyek lupa
Komunikasi politik dapat mengalami distorsi lupa, artinya sebagai sesuatu hal yang mampu dimanipulasi, lupa tersebut diciptakan tidak hanya untuk beberapa orang saja, akan tetapi juga untuk khalayak umum dan masyarakat luas.

Model Komunikasi Politik

Terdapat beberapa model dalam komunikasi politik di antaranya,
1. Model Aristoteles
Komunikasi politik dengan model Aristoteles merupakan model komunikasi yang paling klasik dalam ilmu komunikasi. Model klasik ini lebih berorientasi kepada pidato terutama pidato yang dapat memberikan pengaruh kepada orang lain.

Sehingga model ini pun disebut pula sebagai model retorikal atau retosi yang saat ini, dikenal sebagai komunikasi politik. Dalam model komunikasi politik aristoteles terdapat tiga bagian dasar komunikasi, yaitu pembicara atau speaker, pesan atau message, pendengar atau listener.

Model Aristoteles ini memiliki kekurangan karena, model ini adalah model pertama dari komunikasi politik. Dalam model ini, komunikasi dianggap sebagai suatu fenomena yang statis dan hanya fokus pada komunikasi yang memiliki tujuan untuk membujuk seseorang agar menerima pendapat dari pembicara.

Kelemahan lain dari model Aristoteles adalah model ini tidak memperhitungkan komunikasi non verbal untuk mempengaruhi orang lain. Meski memiliki kelemahan, model ini menjadi inspirasi untuk ilmuwan lain mengembangkan model-model komunikasi yang lebih modern.

2. Model Komunikasi Politik Harold Lasswell
Dalam model komunikasi politik ini, Lasswell memiliki ungkapan bahwa komunikasi berupa ungkapan-ungkapan verbal yang terdiri dari lima ungkapan yaitu, siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa dan akibat apa yang akan muncul.

Menurut Lasswell ada tiga fungsi komunikasi, yaitu sebagai pengawasan lingkungan, kedua komunikasi memiliki fungsi sebagai korelasi dari berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang akan merespon lingkungan dan ketiga, komunikasi memiliki fungsi sebagai transmisi warisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Dalam komunikasi politik, Lasswell berpendapat bahwa ada tiga kelompok spesialis yang memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan fungsi dari komunikasi tersebut. Seperti pemimpin politik dan diplomat yang termasuk dalam kelompok-kelompok pengawas lingkungan.

Lasswell menjelaskan bahwa model komunikasi politik miliknya menunjukkan bahwa pihak komunikator pasti memiliki keinginan untuk dapat memberikan pengaruh kepada penerima. Oleh karena itu, komunikasi politik dipandang sebagai suatu upaya persuasi.

Kemudian upaya penyampaian pesan dalam komunikasi politik tersebut, dapat menghasilkan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak yang muncul dari komunikasi politik pun bergantung pada cara penyampaian dari pemberi pesan.

3. Model Komunikasi Politik Gudykunst dan Kim
Model komunikasi politik yang ketiga merupakan model komunikasi antar budaya, yaitu komunikasi terjadi di antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berbeda atau komunikasi yang terjadi pada orang asing.

Pada dasarnya, dalam model komunikasi ini aktivitas komunikasi dapat terjadi kepada siapapun namun antara individu yang terlibat dalam komunikasi politik tersebut tidak memiliki latar belakang budaya yang sama, sosio budaya maupun psiko budaya yang persis sama.

4. Model Komunikasi Politik Interaksional
Dalam model komunikasi politik interaksional memiliki karakter yang non sistemik, non linier beserta kualitatif. Melalui model interaksional, komunikasi politik digambarkan sebagai pembentukan dari makna atau tafsir atas pesan maupun perilaku orang lain oleh peserta dari komunikasi.

Ada beberapa konsep penting dalam model komunikasi politik interaksional, yaitu adalah diri sendiri atau self, diri yang lain atau other, makna, simbol, tindakan dan penafsiran. Menurut model komunikasi politik interaksional, simbol merupakan orang yang berperan sebagai peserta komunikasi dan sifatnya adalah aktifi, reflektif, kreatif serta menampilkan perilaku yang sulit diprediksi.

Dalam model komunikasi politik internasional, manusia jauh lebih aktif dibandingkan dengan proses komunikasi. Karena model ini menolak bahwa individu adalah organisme pasif. Selain itu, model ini juga menempatkan komunikator dalam posisi yang sejajar dengan komunikator yang lain. Sehingga, terjadi interplay yang memiliki nilai demokratis dalam kuadran  komunikasi untuk saling memberi serta menerima.

Dari berbagai sumber yang relevan

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment