Khmer Merah: Sejarah, Pembentukan, Sepak Terjang, dan Pembubarannya
Table of Contents
Sejarah Khmer Merah
Khmer Merah atau Khmer Rouge adalah sebuah gerakan militer berideologi komunis yang memerintah Kamboja pada periode 1975 hingga 1979. Gerakan Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot memegang tampuk kekuasaan di Kamboja setelah menang dalam Perang Gerilya.Baca Juga: Pol Pot: Sejarah, Biografi, dan Akhir Kehidupannya
Tentara Khmer Merah didirikan di hutan Kamboja timur secara perlahan lahan selama akhir 1960-an, yang didukung oleh tentara Vietnam Utara, Viet Cong, Pathet Lao, dan Partai Komunis Tiongkok (CPC).
Meskipun awalnya berperang melawan Sihanouk, atas perintah dari BPK, Khmer Merah mengubah posisinya dan mendukung Sihanouk setelah ia digulingkan dalam kudeta tahun 1970 oleh Lon Nol yang mendirikan Republik Khmer yang pro-Amerika.
Meskipun Amerika melakukan kampanye pengeboman besar-besaran terhadap mereka, Khmer Merah memenangkan Perang Saudara Kamboja ketika mereka merebut ibu kota Kamboja dan menggulingkan Republik Khmer pada tahun 1975.
Tentara Khmer Merah didirikan di hutan Kamboja timur secara perlahan lahan selama akhir 1960-an, yang didukung oleh tentara Vietnam Utara, Viet Cong, Pathet Lao, dan Partai Komunis Tiongkok (CPC).
Meskipun awalnya berperang melawan Sihanouk, atas perintah dari BPK, Khmer Merah mengubah posisinya dan mendukung Sihanouk setelah ia digulingkan dalam kudeta tahun 1970 oleh Lon Nol yang mendirikan Republik Khmer yang pro-Amerika.
Meskipun Amerika melakukan kampanye pengeboman besar-besaran terhadap mereka, Khmer Merah memenangkan Perang Saudara Kamboja ketika mereka merebut ibu kota Kamboja dan menggulingkan Republik Khmer pada tahun 1975.
Baca Juga: Konflik Kamboja: Sejarah, Periodisasi, dan Upaya Penyelesaiannya
Menyusul kemenangan mereka, Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot, Nuon Chea, Ieng Sary, Son Sen, dan Khieu Samphan, segera mulai mengevakuasi paksa kota-kota besar di negara tersebut. Pada tahun 1976, Khmer Merah mengganti nama negaranya menjadi Demokratik Kamboja.
Pembentukan Khmer Merah
Sejarah bermula pada periode awal pasca Perang Dunia II, di mana muncul gerakan koalisi anti-Prancis dan anti-kolonial, Khmer Issarak yang didukung oleh Pemerintah Thailand dan Viet Minh, namun pada perjalanannya gerakan ini mengalami perpecahan.
Beberapa anggota mereka yang berpendidikan: Pol Pot, Son Sen, Ieng Sary, dan Ieng Thirith menjadi pimpinan Partai Komunis Kompuchea, atau yang sering dikenal dengan “Khmer Rouge” atau Khmer Merah.
Di awal berdirinya tersebut, Partai Komunis Kampuchea terlibat dalam gerakan melawan pemerintahan Kamboja yang dipimpin oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Partai Komunis Kampuchea melakukan perlawanan terhadap pemerintah Kamboja dengan cara bergerilya.
Khmer Merah Menguasai Kamboja
Rezim pemerintahan Norodom Sihanouk akhirnya digulingkan oleh militer sayap kanan pada 1970. Setelah itu, Gerakan Komunis Kamboja, yang diwakili Khmer Merah, berbalik mendukung Norodom Sihanouk setelah digulingkan.
Selain itu, Amerika Serikat juga terlibat dalam konflik politik di Kamboja dengan melakukan pengeboman besar-besaran. Pihak yang menggulingkan Norodom Sihanouk, Lon Nol, kemudian mendirikan Republik Khmer, yang pro terhadap Amerika Serikat.
Hal itu berakibat pada perang saudara Kamboja yang akhirnya dimenangkan oleh Khmer Merah. Khmer Merah menguasai Phnom Penh dan pemerintah Kamboja digulingkan pada 17 April 1975.
Pemimpin militer Khmer Merah, Pol Pot, kemudian diangkat menjadi kepala pemerintahan yang baru.
Khmer Merah dan Genosida
Setelah berhasil menguasai Kamboja, Khmer Merah mengganti nama negara Kamboja menjadi Demokratik Kamboja. Dalam pemerintahannya, rezim Khmer Merah melaksanakan pemerintahan dengan cara otokratis, totaliter, xenofobia, paranoid, dan represif.
Dampaknya, banyak terjadi kematian akibat kebijakan rekayasa sosial rezim. Selain itu, diberlakukan kebijakan Maha Lout Ploh yang merupakan tiruan kebijakan Great Leap Forward China, yang menyebabkan kelaparan besar.
Setelah Khmer Merah berkuasa, Kamboja dilanda kelaparan besar yang pada akhirnya menyebabkan kematian ribuan orang.
Rakyat pun mendesak kemandirian ekonomi serta penyediaan obat-obatan. Namun, rezim Khmer Merah justru membunuh ratusan ribu lawan politiknya dan menekankan kemurnian nasional lewat genosida minoritas Kamboja.
Genosida ini dilaksanakan oleh pemerintah Khmer Merah pada 1975 hingga 1978, yang mengakibatkan sekitar 1,5 hingga 2 juta korban jiwa.
Runtuhnya Rezim Khmer Merah
Pemerintahan Khmer Merah di Kamboja runtuh pada 1979. Hal ini dikarenakan pada tahun 1978, Vietnam menyerang Kamboja untuk menggulingkan pemerintahan Khmer Merah. Pasukan Vietnam berusaha memasang pemerintahan boneka yang ditopang oleh bantuan dan ahli dari Vietnam.
Khmer Merah kemudian mundur ke beberapa daerah terpencil, bahkan hingga ke Thailand dan melanjutkan gerilya. Khmer Merah, yang masih melakukan gerilya hingga 1991, juga menentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hukuman Kader Khmer Merah
Pada 1995, kader Khmer Merah yang bergerilya mendapatkan tawaran amnesti dari pemerintah Kamboja. Kemudian pada 1996, Leng Sary, salah satu tokoh Khmer Merah, akhirnya mengambil tawaran amnesti pemerintah Kamboja bersama dengan pasukan gerilyanya.
Pada 1997, pasukan Khmer Merah yang masih bergerilya mengalami kekacauan setelah Pol Pot ditangkap. Pol Pot sendiri tinggal di pedesaan Kamboja hingga 1997, ketika ia diadili atas kejahatannya terhadap negara.
Namun, persidangan Pol Pot hanya sebatas formalitas, dan mantan diktator ini meninggal karena sakit saat menjadi tahanan rumah di kediamannya.
Pada Januari 2001, Pemerintah Kamboja membentuk Pengadilan Khmer Merah untuk mengadili kepemimpinan Khmer Merah atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan semasa rezimnya berkuasa.
Persidangan dimulai pada 2009, tetapi hanya tiga orang yang diadili, salah satunya adalah Kaing Guek Eav, komandan penjara S21, yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena kejahatan kemanusiaan.
Sebagian besar pendukung Khmer Merah yang memiliki andil dalam Genosida Kamboja tetap tidak mendapatkan hukuman.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
dan dari berbagai sumber yang relevan
Download
Menyusul kemenangan mereka, Khmer Merah yang dipimpin oleh Pol Pot, Nuon Chea, Ieng Sary, Son Sen, dan Khieu Samphan, segera mulai mengevakuasi paksa kota-kota besar di negara tersebut. Pada tahun 1976, Khmer Merah mengganti nama negaranya menjadi Demokratik Kamboja.
Pembentukan Khmer Merah
Sejarah bermula pada periode awal pasca Perang Dunia II, di mana muncul gerakan koalisi anti-Prancis dan anti-kolonial, Khmer Issarak yang didukung oleh Pemerintah Thailand dan Viet Minh, namun pada perjalanannya gerakan ini mengalami perpecahan.Beberapa anggota mereka yang berpendidikan: Pol Pot, Son Sen, Ieng Sary, dan Ieng Thirith menjadi pimpinan Partai Komunis Kompuchea, atau yang sering dikenal dengan “Khmer Rouge” atau Khmer Merah.
Di awal berdirinya tersebut, Partai Komunis Kampuchea terlibat dalam gerakan melawan pemerintahan Kamboja yang dipimpin oleh Pangeran Norodom Sihanouk. Partai Komunis Kampuchea melakukan perlawanan terhadap pemerintah Kamboja dengan cara bergerilya.
Khmer Merah Menguasai Kamboja
Rezim pemerintahan Norodom Sihanouk akhirnya digulingkan oleh militer sayap kanan pada 1970. Setelah itu, Gerakan Komunis Kamboja, yang diwakili Khmer Merah, berbalik mendukung Norodom Sihanouk setelah digulingkan. Selain itu, Amerika Serikat juga terlibat dalam konflik politik di Kamboja dengan melakukan pengeboman besar-besaran. Pihak yang menggulingkan Norodom Sihanouk, Lon Nol, kemudian mendirikan Republik Khmer, yang pro terhadap Amerika Serikat.
Hal itu berakibat pada perang saudara Kamboja yang akhirnya dimenangkan oleh Khmer Merah. Khmer Merah menguasai Phnom Penh dan pemerintah Kamboja digulingkan pada 17 April 1975.
Pemimpin militer Khmer Merah, Pol Pot, kemudian diangkat menjadi kepala pemerintahan yang baru.
Khmer Merah dan Genosida
Setelah berhasil menguasai Kamboja, Khmer Merah mengganti nama negara Kamboja menjadi Demokratik Kamboja. Dalam pemerintahannya, rezim Khmer Merah melaksanakan pemerintahan dengan cara otokratis, totaliter, xenofobia, paranoid, dan represif. Dampaknya, banyak terjadi kematian akibat kebijakan rekayasa sosial rezim. Selain itu, diberlakukan kebijakan Maha Lout Ploh yang merupakan tiruan kebijakan Great Leap Forward China, yang menyebabkan kelaparan besar.
Setelah Khmer Merah berkuasa, Kamboja dilanda kelaparan besar yang pada akhirnya menyebabkan kematian ribuan orang.
Rakyat pun mendesak kemandirian ekonomi serta penyediaan obat-obatan. Namun, rezim Khmer Merah justru membunuh ratusan ribu lawan politiknya dan menekankan kemurnian nasional lewat genosida minoritas Kamboja.
Genosida ini dilaksanakan oleh pemerintah Khmer Merah pada 1975 hingga 1978, yang mengakibatkan sekitar 1,5 hingga 2 juta korban jiwa.
Runtuhnya Rezim Khmer Merah
Pemerintahan Khmer Merah di Kamboja runtuh pada 1979. Hal ini dikarenakan pada tahun 1978, Vietnam menyerang Kamboja untuk menggulingkan pemerintahan Khmer Merah. Pasukan Vietnam berusaha memasang pemerintahan boneka yang ditopang oleh bantuan dan ahli dari Vietnam. Khmer Merah kemudian mundur ke beberapa daerah terpencil, bahkan hingga ke Thailand dan melanjutkan gerilya. Khmer Merah, yang masih melakukan gerilya hingga 1991, juga menentang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Hukuman Kader Khmer Merah
Pada 1995, kader Khmer Merah yang bergerilya mendapatkan tawaran amnesti dari pemerintah Kamboja. Kemudian pada 1996, Leng Sary, salah satu tokoh Khmer Merah, akhirnya mengambil tawaran amnesti pemerintah Kamboja bersama dengan pasukan gerilyanya. Pada 1997, pasukan Khmer Merah yang masih bergerilya mengalami kekacauan setelah Pol Pot ditangkap. Pol Pot sendiri tinggal di pedesaan Kamboja hingga 1997, ketika ia diadili atas kejahatannya terhadap negara.
Namun, persidangan Pol Pot hanya sebatas formalitas, dan mantan diktator ini meninggal karena sakit saat menjadi tahanan rumah di kediamannya.
Pada Januari 2001, Pemerintah Kamboja membentuk Pengadilan Khmer Merah untuk mengadili kepemimpinan Khmer Merah atas kejahatan kemanusiaan yang dilakukan semasa rezimnya berkuasa.
Persidangan dimulai pada 2009, tetapi hanya tiga orang yang diadili, salah satunya adalah Kaing Guek Eav, komandan penjara S21, yang dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena kejahatan kemanusiaan.
Sebagian besar pendukung Khmer Merah yang memiliki andil dalam Genosida Kamboja tetap tidak mendapatkan hukuman.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
dan dari berbagai sumber yang relevan
Download
Post a Comment