Edward Said: Biografi, Latar Intelektual, Pemikiran, dan Karyanya
Biografi Edward Said
Edward Wadie Said Palestina Barat tepatnya di Yerussalem di daerah Talbiyah pada 1 November 1935. Edward Said adalah seorang akademisi, kritikus sastra, dan aktivis politik Palestina-Amerika. Ia merupakan profesor sastra di Universitas Columbia dan termasuk salah satu pendiri bidang studi pascakolonial.
Baca Juga: Homi K. Bhabha: Biografi dan Pemikirannya
Meskipun ia dididik dalam sistem pendidikan Barat di sekolah-sekolah berbahasa Inggris dan di Amerika, Said dapat menerapkan pendidikan dan perspektif antar kultural untuk menjelaskan kesenjangan pemahaman budaya dan politik antara dunia Barat dan dunia Timur, khususnya berkenaan dengan konflik Israel-Palestina di Timur Tengah.
Said menjadi terkenal karena karyanya, Orientalism, yang terbit pada 1978. Dalam buku ini, Said menganalisis dan mengkritik aspek-aspek budaya yang menjadi dasar Orientalisme — bagaimana dunia Barat memandang dunia Timur. Sebagai sebuah teks yang fondasional, Orientalism menimbulkan kontroversi di kalangan sarjana studi Oriental, filsafat, dan sastra.
Baca Juga: Orientalisme: Pengertian, Sejarah Istilah, dan Sudut Pandangnya
Selain menjadi seorang intelektual publik, Said juga merupakan anggota Dewan Nasional Palestina yang kontroversial karena kritik publiknya terhadap Israel dan negara-negara Arab, khususnya berkaitan dengan kebijakan politik dan budaya rezim negara-negara Muslim yang bertindak bertentangan dengan kepentingan nasional rakyatnya.
Said mengadvokasi pembentukan negara Palestina untuk menjamin kesetaraan dan hak asasi manusia bagi warga Palestina di Israel, termasuk hak untuk kembali ke tanah air mereka. Ia mendefinisikan oposisinya terhadap status quo sebagai tugas intelektual publik yang harus "menyaring, menilai, mengkritik, memilih, sehingga pilihan dan kapasitas kembali ke individu" pria dan wanita.
Edward Said meninggal dunia di rumah sakit New York dalam usianya yang ke-67 tahun pada hari Kamis, 25 September 2003 karena penyakit leukemia akut yang dideritanya sejak 1992. dua bulan sebelum kepergiannya, Edward W. Said menyempatkan menulis “Orientalism 25 years Later, Worldly Humanism vs The Empire Builders” (Counterpunch, 4 Agustus 2003).
Pemikir hebat in pun pergi dengan meninggalkan gagasan besar bagi kaum intelektual untuk tetap memperjuangkan kebenaran, sebab tugas intelektual menurut Said adalah mengatakan kebenaran walau risiko pembuangan serta pengucilan di dalam pergaulan Internasional menjadi konsekuensi.
Latar Intelektual Edward Said
Sebagai seorang intelektual Barat keturunan Arab, Edward W. Said tidak luput dalam memberikan perhatiannya kepada permasalahan pencaplokan tanah leluhurnya oleh Israel.
Konflik antara Israel dan Palestina yang sudah berlangsung lama membuat Said menjadi intelektual yang diakui sebagai seorang yang mendukung penentangan terhadap perampasan tersebut. Said dianggap oleh kaum zionis sebagai profesor teroris lantaran dukungannya kepada warga Palestina.
Said melalui karyanya berujudul Orientalism (1978) menegaskan bahwa, kaum intelektual Barat cenderung melihat Islam sebagai agama yang keras, fundamental, ekstrem, dan anti dialog.
Padahal kaum intelektual tersebut tidak mengetahui apa-apa tentang Islam. Said mengkritik para pemikir orientalis lainnya seperti Judith Miller, Samuel P. Huntington, Martin Kramer, Daniel Pipes, dan Barry Rubin yang menurutnya selalu menjadi propagandis di Barat bahwa Islam merupakan ancaman bagi peradabannya.
Edward W. Said merupakan pengamat dunia Islam dan dunia Arab yang sangat cekatan. Berbeda dengan kaum orientalis lainnya yang cenderung menjelaskan soal Arab dan Islam secara reduksionis dan main gampangan karena para orientalis tersebut memiliki kepentingan tertentu, Said sebagai seorang intelektual selalu berusaha untuk selalu bersikap komprehensif dan proporsional.
Di sinilah konsistensi pemikiran Said sebagai seorang intelektual ditunjukkan. Walaupun Said yang seorang Kristen, namun dia menyadari bahwa kebenaran berada di atas segalanya dibandingkan dengan adanya berbagai pembatasan seperti agama, ras, warna kulit, dan sebagainya.
Pemikiran Edward Said
Edward Said adalah salah satu tokoh filsuf dan pemikir besar pada abad ke-20 yang meletakkan dasar-dasar teori kritis di bidang poskolonialisme. Ia menganut kepercayaan Agnostik dan aliran Postmodernisme.
Salah satu pemikiran dari Edward Said yaitu mengenai peran Intelektual adalah mendefinisikan Intelektual itu sendiri sebagai individu yang dikaruniai bakat untuk mempresentasikan dan mengartikulasikan pesan, pandangan, sikap kepada publik dengan tujuan untuk meningkatkan kebebasan dan pengetahuan manusia.
Said juga menyatakan bahwa seorang intelektual adalah mereka yang terlibat langsung dalam kemasyarakatan, bukan yang berada di menara gading. Pekerjaan seorang intelektual adalah mempertahankan negara dengan kewaspadaan, dan bertanggung jawab untuk tidak membiarkan kebenaran diselewengkan. Dalam artian, peran orang intelektual adalah sebagai benteng akal sehat yang kritis terhadap kekuasaan.
Edward W. Said mengingatkan apabila kaum intelektual mengambil posisi kritis pada suatu otoritas maka intelektual itu dianggap rendahan kalau dilihat dari kepemilikan, kuasa, dan kehormatan. Suara seorang intelektual adalah suara kesepian tapi suara ini akan tetap bergema secara bebas dengan realitas demi mewujudkan sebuah gerakan, aspirasi dan pengejaran cita-cita bersama.
Maka dari itu, menurutnya, sosok pengasingan dan marginal, sebagai amatir dan sebagai pengarang yang mencoba membicarakan kebenaran kepada kekuasaan adalah karakterisasi dari intelektual.
Edward W. Said mempertanyakan peranan intelektual di abad ke-20. Menurutnya masih adakah intelektual yang independen dalam menyampaikan gagasannya? Maksudnya, adalah seorang intelektual yang tidak menginginkan keuntungan secara sepihak. Said mengkritik keras intelektual yang menganggapnya sebagai suatu profesi yang bertujuan materil belaka.
Menurutnya ancaman khusus intelektual saat ini baik di Barat maupun di Non-Barat, adalah sikap profesionalisme dalam menjalankan pekerjaannya. Menurut Said pada abad-20 ancaman utama seorang intelektual adalah spesialisasi.
Karena Said mengatakan bahwa pendidikan zaman sekarang dikotak-kotakan dalam wawasan ilmu pengetahuan yang menyebabkan relatif sempit. Hal inilah yang dikritik oleh Said sebagai upaya pengekangan terhadap hak-hak seorang intelektual. Peranan intelektual telah menurun drastis.
Bahkan Said sendiri mengecam kebiasaan kaum intelektual yang mengetahui sebuah kebenaran tapi memilih “diam” karena khawatir akan muncul kontroversi sehingga akan menyulitkan kariernya.
Karya Edward Said
Edward W. Said juga merupakan penulis aktif pada jamannya. Ia dikenal sebagai Profesor Sastra Bandingan (Comparative Literature) di Universitas Columbia. Buku Orientalism menjadi buku yang tergolong paling fenomenal di antara 25 karya yang ditulis oleh Edward Said.
Selain Orientalism, Edward Said juga menghasilkan karya-karya lainnya. Berikut adalah beberapa hasil dari tulisan Edward W. Said:
1. Orientalism (1978)
2. The Question of Palestine (1979)
3. Covering Islam: How The Media and The Experts Determine How We See The Rest of The World (1981)
4. The Politics of Dispossession (1994)
5. Peace and Its Discontents: Essays on Palestine in the Middle East Peace Process (1995)
6. The Politics of Dispossession and Peace and Its Discontents (1995) The World, The Text, and The Critics (1983)
7. Nationalism, Colonialism, and Literature: Yeats and Decolonization (1988), dan masih banyak lagi.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://kumparan.com
https://ibtimes.id
dan sumber lain yang relevan
Download
Post a Comment