Revolusi Anyelir: Sejarah dan Kronologisnya

Table of Contents

Sejarah Revolusi Anyelir
Sejarah Revolusi Anyelir

Revolusi Anyelir adalah sebuah kudeta yang bermula pada tanggal 25 April 1974, di Lisboa, Portugal, bersamaan dengan kampanye resistansi sipil yang meluas dan tidak tertanggulangi. Bangsa Portugis merayakan Hari Kebebasan setiap tanggal 25 April, dan hari tersebut menjadi hari libur nasional di Portugal.

Nama "Revolusi Anyelir" berasal dari fakta bahwa tidak ada tembakan yang diletuskan dan ketika orang-orang mulai turun ke jalanan untuk merayakan akhir kediktatoran dan perang di wilayah-wilayah jajahan, bunga anyelir diletakkan di moncong senjata dan juga di seragam.

Peristiwa tersebut secara efektif mengubah rezim Portugis dari kediktatoran otoriter (Estado Novo) menjadi demokrasi, dan menghasilkan perubahan besar pada sendi-sendi sosial, ekonomi, kewilayahan, kependudukan, dan politik di negara ini.

Kudeta yang dipimpin oleh militer ini berhasil mengembalikan demokrasi kepada Portugal, mengakhiri Perang Kolonial yang tidak memihak kepada rakyat di mana ribuan serdadu Portugis diwajibkan mengemban tugas kemiliteran, dan mengganti rezim otoriter Estado Novo (Negara Baru).
 
Rezim Portugal yang baru berjanji untuk mengakhiri peperangan kolonial dan memulai perundingan dengan Pergerakan kemerdekaan Afrika. Pada akhir tahun 1974, tentara Portugis ditarik dari Guinea Portugis yang segera kemudian menjadi anggota PBB.

Kejadian tersebut diikuti oleh kemerdekaan Tanjung Verde, Mozambik, Sao Tome dan Principe, dan Angola pada tahun 1975. Revolusi Anyelir di Portugal juga mengharuskan Portugis angkat kaki dari Timor Timur di Asia Tenggara.

Kronologi Revolusi Anyelir

Bulan Februari 1964, terdapat beberapa perwira sayap kiri militer yang ingin menggulingkan rezim otoriter, Caetano, dengan melakukan kudeta militer, salah satunya Antonio de Spinola. Perwira-perwira tersebut membentuk Angkatan Bersenjata Gerakan, dipimpin oleh Vitor Alves dan Otelo Saraiva de Carvalho serta Kapten Vasco Lourenco.

Gerakan ini secara signifikan dibantu oleh petugas lain, tentara Portugis yang didukung Spinola dan reformasi sipil dan militer yang demokratis. Pada 6 April 1974, kapten dan tentara telah diperingatkan untuk memulai kudeta. Selanjutnya, tanggal 25 April 1974, pukul 00:20, melalui Radio Renascenca, diputar lagu Grandola, Vila Morena.

Lagu tersebut sebetulnya dilarang untuk diputar di radio Portugis saat itu. Namun, lagu ini tetap diputar untuk memberi sinyal bahwa Angkatan Bersenjata Gerakan siap mengambil alih titik-titik strategis. Angkatan Bersenjata Gerakan juga memberitahu bahwa revolusi telah dimulai dan tidak akan dihentikan.

Enam jam kemudian, rezim Caetano mengalah. Kudeta yang dipimpin oleh militer ini berhasil mengembalikan demokrasi kepada Portugal dan mengganti rezim otoriter menjadi demokrasi. Kendati rezim Caetano telah mengalah, melalui radio, para penduduk diperingatkan untuk tetap berada di dalam rumah mereka, karena akan jauh lebih aman.

Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Ribuan penduduk Portugis turun ke jalan, berbaur dengan para pemberontak militer untuk mendukung mereka. Aksi penduduk Portugis turun ke jalan ini bertujuan untuk merayakan akhir kediktatoran dan perang di wilayah-wilayah jajahan.

Bunga Anyelir pun diletakkan di moncong senjata dan juga di seragam. Secara efektif, peristiwa ini telah mengubah rezim Portugis dari kediktatoran otoriter menjadi demokrasi. Caetano ditemukan berlindung di kantor polisi militer utama Lisbon di Largo do Carmo.

Ia dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada Spinola. Caetano pun menghabiskan sisa hidupnya di Brazil.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com

Download
 
Lihat Juga:
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment