Peristiwa Black Armada (Armada Hitam): Pengertian, Tokoh, Sejarah, Kronologi, dan Dampaknya

Table of Contents

Apa itu Peristiwa Black Armada?

Peristiwa Black Armada atau Armada Hitam adalah aksi boikot yang dilakukan Australia terhadap Belanda. Istilah Black Armada merujuk pada kapal dagang dan militer milik Belanda yang diboikot oleh pelabuhan-pelabuhan di Australia.

Aksi boikot terjadi setelah Belanda kembali berusaha menduduki Indonesia, yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Dalam peristiwa ini, serikat pekerja di Australia memboikot ratusan kapal Belanda yang hendak membawa suplai logistik militer ke Indonesia. 
 
Baca Juga: Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945: Pengertian, Sejarah, Naskah, dan Maknanya

Armada Hitam adalah nama yang diterapkan untuk kapal dagang dan militer Belanda yang dilarang berlayar ke negara Indonesia yang baru diproklamasikan dari pelabuhan-pelabuhan Australia karena pemogokan daerah pelabuhan atau larangan hitam oleh serikat pekerja maritim dari tahun 1945 sampai 1949.

Peristiwa Black Armada merupakan salah satu bukti dukungan Australia terhadap kemerdekaan Indonesia.

Di mana dan kapan peristiwa Black Armada terjadi?

Selain Sydney, peristiwa Black Armada terjadi di pelabuhan-pelabuhan di Australia lainnya, seperti di Brisbane dan Melbourne.

Pada 25 September 1945, sekitar 1.400 pekerja pelabuhan di Brisbane menggelar pertemuan untuk menetapkan boikot terhadap kapal-kapal Belanda. Dalam waktu singkat, aksi pemboikotan tidak hanya dilakukan oleh para pekerja pelabuhan dan menyebar ke berbagai wilayah di Australia.

Kapal-kapal Belanda di berbagai pelabuhan Australia yang hendak bertolak ke Indonesia dilumpuhkan dengan serangkaian aksi boikot. Departemen Perdagangan dan Buruh Australia bahkan mengedarkan selebaran pada Oktober 1945.
 
Baca Juga: Pengertian Australia, Benua Australia, Sejarah, dan Profilnya

Tokoh Peristiwa Black Armada

Terdapat sejumlah tokoh-tokoh Black Armada selama periode awal kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.
1. Serikat Buruh Maritim Australia
Serikat buruh maritim Australia memainkan peran penting dalam gerakan Black Armada. Tukang ketel, teknisi, pekerja besi, tukang cat kapal, dan banyak pekerja lainnya bergabung dalam boikot kapal-kapal Belanda di pelabuhan-pelabuhan Australia.

Mereka adalah pahlawan yang melarang kapal-kapal Belanda meninggalkan pelabuhan, memastikan bahwa suplai batu bara dan perbekalan tidak tersedia untuk kapal-kapal tersebut.

2. Arthur Caldwell
Arthur Caldwell, Menteri Imigrasi Australia, adalah sosok yang berjasa dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Berkat upayanya, para narapidana akhirnya bisa kembali ke tanah air mereka.

3. Tentara Australia yang Bersimpati
Banyak tentara Australia yang tinggal di Indonesia selama periode tersebut turut bersimpati dengan perjuangan bangsa Indonesia. Mereka bahkan ikut menyebarkan propaganda Republik Indonesia. Angkatan Bersenjata Australia menyatakan dukungannya terhadap gerakan ini dan memahami klaim kemerdekaan Indonesia.

4. Noel Constantine
Noel Constantine, seorang pilot Angkatan Udara Inggris (RAF), keluar dari RAF pada tahun 1946 dan kembali ke Australia. Dia terlibat dalam misi pengiriman perlengkapan medis dari Singapura ke Indonesia sebagai bentuk dukungan.

5. William MacMahon Ball dan Joe Isac
William MacMahon Ball, seorang diplomat Australia, dan Joe Isac, seorang dosen muda dari Universitas Melbourne, mengemban misi mencari fakta ke Jakarta pada tahun 1945. Mereka berperan penting dalam memahami situasi di Indonesia dan mengadvokasi kemerdekaan Indonesia.

6. Molly Warner
Molly Warner adalah seorang organisator, jurnalis, dan penerjemah yang merintis advokasi Australia untuk kemerdekaan Indonesia. Ia berkiprah di Asosiasi Australia-Indonesia dan aktif dalam perjuangan ini.

7. Pengamat Militer Australia
Para pengamat militer Australia dikirim ke Indonesia untuk menjaga perdamaian atas permintaan Indonesia. Mereka memainkan peran penting dalam memediasi konflik antara Indonesia dan Belanda serta memastikan perdamaian di wilayah tersebut.

Sejarah Peristiwa Black Armada

Dikutip dari buku Sejarah Indonesia dan Dunia setelah 1945 karya Dr. Darwati, S.Pd., M.Pd., dan Tsabit Azinar Ahmad, S.Pd., M.Pd., :
Peristiwa Black Armada adalah peristiwa sesudah proklamasi kemerdekaan Indonesia berupa pelarangan dari pelabuhan – pelabuhan Australia terhadap kapal dagang dan kapal militer Belanda untuk berlayar ke Indonesia yang baru saja memproklamasikan kemerdekaan.

Larangan ini berasal dari pemogokan para pekerja pelabuhan oleh serikat pekerja maritim pada tahun 1945 – 1949. Para pekerja pelabuhan di Australia adalah kelompok pertama dari warga Australia yang menunjukkan dukungan untuk kemerdekaan Indonesia di tahun 1945.

Dengan begitu Australia juga menjadi negara pertama yang terang-terangan mendukung dalam sejarah kemerdekaan Indonesia. Meskipun pada saat ini tidak banyak orang dari kedua negara yang mengingat ataupun mengetahui mengenai peristiwa Black Armada.

Kronologi Peristiwa Black Armada

Dimulainya ‘Black Ban’

Ketika pada 15 Agustus 1945 Kekaisaran Jepang mengumumkan penyerahan diri kepada Sekutu, Perang Dunia II berakhir dan begitu juga pendudukan Jepang di Hindia Belanda. Ketika dua hari kemudian pada 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, Belanda tetap menolak dan masih mengklaim Indonesia sebagai miliknya sehingga kembali berusaha untuk memaksakan kembali kekuasaannya.

Peristiwa Black Armada atau pelarangan hitam (black ban) berawal dari sejumlah buruh pelabuhan asal Indonesia yang bermukim di Wooloomooloo, Sydney yang mendengar kabar proklamasi kemerdekaan Indonesia melalui berita siaran radio gelombang pendek.

Keesokan harinya seorang buruh di kapal Belanda bernama Tukliwon menyampaikan kabar itu kepada rekan – rekannya sesama buruh pelabuhan di Australia. Mereka kemudian berjanji untuk memberikan dukungannya karena curiga muatan kapal berbendera Belanda akan mengangkut peralatan yang akan digunakan untuk agresi ke Indonesia kembali.

Para pelaut Indonesia kemudian membuat surat permohonan kepada Federasi Pekerja Pelabuhan Australia (WWF) untuk bergabung dalam boikot, dan sekjen WWF Jim Healy menyatakan bahwa serikat pekerja tidak akan membantu sebagai pihak yang mendukung penindasan terhadap pemerintah Indonesia yang sudah terpilih.

Komite perselisihan dari Dewan Perdagangan dan Perburuhan menyetujui larangan oleh serikat pekerja tersebut dan menyatakan enam kapal di Brisbane sebagai target boikot. Beberapa hari kemudian para buruh di kapal ferry Belanda diminta untuk berlayar kembali ke Jawa, namun demi mendukung kemerdekaan Indonesia maka mereka menolak.

Aksi ini langsung memicu adanya dukungan dari serikat pekerja pelabuhan Australia, yang mengeluarkan perintah untuk embargo seluruh kapal yang membawa amunisi dan bahan – bahan lain yang dapat digunakan untuk menyerang Indonesia.

Tanggal 24 September 1945 terjadi boikot besar – besaran kepada kapal – kapal Belanda di Pelabuhan Brisbane dan Sydney. Tiga buah kapal di Brisbane ditahan karena boikot tersebut begitu juga dengan SS. Karsik di Melbourne. Peristiwa Black Armada lalu menyebar ke Melbourne dann Fremantle.

Asosiasi pekerja pelabuhan lalu dengan cepat juga menyatakan dukungannya mulai dari juru masak, teknisi mesin, tukang cat kapal, tukang kayu dan yang lainnya.

Akibatnya sekitar 400 kapal Belanda yang berlabuh di Australia tidak dapat melanjutkan pelayaran ke Indonesia karena tidak ada tenaga pengangkut barang untuk membawa barang ke geladak, menyiapkan bahan bakar dan lain sebagainya. Dengan demikian kekuatan militer Belanda lumpuh secara signifikan.

Puncak Pemboikotan

Pemboikotan pada peristiwa Black Armada ini semakin meningkat dan memuncak pada 28 September 1945 ketika para pekerja pelabuhan di Sydney menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor kapal Belanda dan kantor diplomatik Belanda.

Mereka memasang spanduk besar yang mendesak agar Belanda meninggalkan Indonesia. Diikuti dengan perintah dan seruan langsung kepada anggota serikat pekerja pelabuhan Australia untuk tidak memberikan tumpangan pada tentara dan pekerja Belanda, termasuk tidak mengangkat amunisi serta muatan lain ke kapal Belanda, dan semua yang berhubungan dengan Belanda adalah barang terlarang dan harus diembargo. 
 
Baca Juga: Pengertian Embargo, Tujuan, Jenis, Dampak, dan Contohnya

Pada Oktober 1945, Australia membantu pemulangan lebih dari 1400 orang Indonesia tawanan perang Belanda yang berada di Australia menggunakan kapal kargo milik Australia bernama Esperance Bay dari pelabuhan Sydney.

Pada saat itu pemerintah Belanda menanggapi boikot dengan bersikeras bahwa peralatan dan personel militer yang diangkut di kapal – kapal tersebut akan digunakan untuk memerangi milisi yang pro Jepang di Indonesia.

Komandan Hubert Quispel dari Dinas Informasi Pemerintah Hindia Belanda bahkan menyatakan bahwa kapal – kapal tersebut adalah kapal ‘belas kasih’ yang membawa makanan, pakaian dan obat – obatan untuk rakyat di Indonesia. Dengan pemboikotan tersebut, serikat pekerja militan Australia justru membantu pihak Jepang dan pemerintah yang disponsori oleh Jepang di Indonesia.

Pemboikotan dihentikan setelah lebih dari empat tahun lamanya setelah Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia melalui sebuah konferensi dari 17 serikat pekerja yang mengesahkan mosi yang diajukan oleh Healy untuk mencabut pelarangan hitam terhadap pelayaran Belanda.

Dampak Peristiwa Black Armada

Keberadaan pelabuhan Australia sangat penting bagi Belanda karena letaknya yang dekat dengan Indonesia, jadi sangat strategis sebagai lokasi persinggahan sementara sebelum menuju Indonesia. Berkat dukungan Australia ini, agresi militer yang dilancarkan oleh Belanda untuk kembali menguasai Indonesia menjadi tidak maksimal.

Persenjataan dan perbekalan Belanda yang tidak dapat disalurkan dengan semestinya telah membuat bangsa Indonesia lebih mudah untuk mempertahankan kemerdekaan, karena jika pada saat itu Belanda menyerang dengan kekuatan penuh dan tanpa peristiwa Black Armada maka bisa jadi saat ini kita masih berada di bawah penjajahan.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://kumparan.com
https://www.kompas.com

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment