Perang Puputan: Pengertian dan Sejarahnya

Table of Contents

Pengertian Perang Puputan
Pengertian Perang Puputan

Puputan adalah istilah dalam bahasa Bali yang mengacu pada ritual bunuh diri massal yang dilakukan saat perang daripada harus menyerah kepada musuh. Istilah ini berasal dari kata bahasa Bali "puput" yang artinya "tanggal" / "putus" / "habis / "mati".

Rakyat Bali dalam melawan penjajah Belanda menggunakan semangat Perang Puputan. Perang Puputan di Buleleng atau Puputan Jagaraga, awal semangat Perang Puputan Bali. Meskipun, sepanjang sejarah, terdapat beberapa kali Perang Puputan lainnya. 
 
Baca Juga: Perang Jagaraga: Sejarah, Tokoh, Penyebab, Kronologi, dan Nilai Keteladanannya

Menurut Buku Modul Sejarah Indonesia Kelas XI oleh Kemendikbud, Perang Puputan lainnya yaitu Puputan Badung (1906), Puputan Kusamba (1908), Puputan Klungkung (1908), dan Puputan Margarana (1946).

Sejarah Perang Puputan

Perang Puputan terjadi sejak Bali masih terdiri atas kerajaan-kerajaan hingga masa kemerdekaan. Dua Perang Puputan yang terkenal adalah Puputan Jagaraga dan Puputan Margarana.

Perang Puputan Jagaraga

Perang Puputan Jagaraga adalah perlawanan yang dipimpin Patih Jelantik dari Kerajaan Buleleng melawan tentara Belanda pada 1848-1849. Perang dikobarkan setelah Raja Buleleng menolak tunduk kepada Belanda dan menerapkan Tawan Karang, yakni menahan seluruh kapal dagang asing yang berlabuh di Dermaga Buleleng.
 
Baca Juga: Perang Bali I: Sejarah, Latar Belakang, Tokoh, Kronologi, Akhir, dan Dampaknya

Patih Jelantik yang memiliki nama lengkap I Gusti Ketut Jelantik gugur dalam peperangan itu. Pada 1993, pemerintah Indonesia menetapkan Patih Jelantik sebagai pahlawan nasional.

Perang Puputan Margarana

Perang Puputan Margarana adalah perlawanan heroik rakyat Bali melawan Belanda dalam masa Perang Kemerdekaan.

Perang yang terjadi pada 20 November 1946 itu dipimpin oleh Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai yang saat itu memimpin pasukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Divisi Sunda Kecil. I Gusti Ngurah Rai dan sejumlah pejuang gugur dalam pertempuran itu.

Pemerintah Indonesia menetapkan I Gusti Ngurah Rai sebagai Pahlawan Nasional pada 1975. Nama Ngurah Rai juga diabadikan sebagai nama bandara, stadion, hingga universitas di Bali.

Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://bali.inews.id

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment