Perang Banjar: Sejarah, Penyebab, Tokoh, Kronologi, dan Akhir Perang Banjar
Table of Contents
Sejarah Perang Banjar
Perang Banjar adalah perang perlawanan terhadap penjajahan kolonial Belanda di Kerajaan Banjar yang berlangsung hampir setengah abad (1859–1906). Kerajaan Banjar terletak di wilayah Kalimantan Selatan, yang membentang sampai ke wilayah Kalimantan Tengah.Perang Banjar merupakan gerakan perlawanan semesta dari rakyat Banjar karena dalam waktu singkat meliputi daerah perlawanan yang lebih luas dari daerah kerajaan Banjar itu sendiri. Mulai dari daerah Barito (Muara Tewe) di Utara hingga Tabona di Selatan, pulau Petak di sebelah Barat (dekat Kuala Kapuas) hingga Sebuhur di Sebelah Timur.
Dalam perang ini, Belanda menerjunkan lebih dari 3.000 orang tentara dengan 22 kapal perang kecil, benteng tetap dan benteng sementara. Bagi rakyat yang berjuang saat itu, perang ini merupakan peperangan memperjuangkan kemerdekaan, menjunjung agama yang suci dan mempertahankan tanah Banyu Banjar.
Penyebab Perang Banjar
Strategi awal yang dilakukan Belanda demi menguasai Kerajaan Banjar ialah dengan menjalin perjanjian dengan Sultan Sulaiman pada 1817. Masuknya pengaruh Belanda ini tentu memengaruhi kondisi politik, sosial, dan ekonomi di Kerajaan Banjar pada masa itu.Pertama, karena adanya penyempitan daerah kekuasaan Kerajaan Banjar. Hal inilah yang merupakan akibat dari adanya perjanjian dengan Belanda di tahun 1817 berisikan bahwa Sultan Sulaiman harus menyerahkan sebagian wilayah Banjar kepada Belanda.
Daerah tersebut mencakup Dayak, Sintang, Bakumpai, Tanah Laut, Mundawai, Kotawaringin, Lawai, Jalai, Pigatan, Pasir Kutai, dan Beran. Selanjutnya berdasarkan perjanjian lain pada 1826, daerah kekuasaannya mencakup Hulu Sungai, Martapura, dan Banjarmasin.
Kedua, kesengsaraan rakyat Banjar karena dibebani oleh pajak yang tinggi dan kerja wajib. Di sisi lain daerah kekuasaan pun mulai menyempit dan membawa dampak negatif pada kehidupan sosial dan ekonomi di masyarakat.
Salah satunya seperti penghasilan para penguasa kerajaan yang mulai berkurang dan hal-hal lainnya. Rakyat pada masa itu juga diperintahkan untuk melakukan kerja wajib yang menyebabkan kesengsaraan meningkat.
Dengan masuknya pola hidup Barat, penguasa pun memiliki kebutuhan yang makin tinggi. Hal inilah yang melatarbelakangi kenaikan pajak sehingga menyebabkan keresahan sosial dalam masyarakat.
Ketiga, adanya campur tangan atau intervensi Belanda. Dalam hal ini Belanda mulai ikut campur dalam pengangkatan pejabat-pejabat penting di kerajaan.
Kemudian pada 1852, putra mahkota Abdurrakhman meninggal secara mendadak. Sultan Adam pun akhirnya merekomendasikan ketiga putranya sebagai calon kandidat pengganti, yaitu Pangeran Tamjidillah, Pangeran Hidayatullah, dan Prabu Anom.
Pada kompetisi sengit tersebut, terpilihlah Pangeran Tamjidillah sebagai sultan muda. Tak berselang lama, Sultan Adam meninggal. Pangeran Tamjidillah pun langsung naik menjadi mangkubumi. Ternyata hal ini bukan ide yang bagus bagi rakyat.
Diangkatnya Tamjidilah justru menimbulkan kecaman dari rakyat karena perangainya yang kurang baik, Pangeran diduga suka bermabuk-mabukan dan dinilai tidak akan bisa mengurus kerajaan dengan sebagaimana mestinya.
Konflik semakin menajam karena Pangeran Tamjidillah terus menerus disisihkan dalam urusan kerajaan, hal ini pun membuat ia akhirnya murka. Akibat adanya gesekan di kerajaan inilah peperangan antara rakyat Banjar dan Pemerintah Belanda dimulai yaitu, pada 1859.
Berikut kesimpulan dari latar belakang atau penyebab Perang Banjar:
1. Rakyat menjadi sasaran eksploitasi dari Belanda dan Kesultanan Banjar
2. Munculnya konflik perebutan takhta Kesultanan Banjar akibat intervensi Belanda
3. Sikap sewenang-wenang dari Tamjidillah yang ditunjuk Belanda sebagai Sultan Banjar
Tokoh Perang Banjar
Tokoh-tokoh dalam Perang Banjar memainkan peran penting dalam dinamika konflik tersebut. Berikut ini adalah beberapa tokoh sentral yang berperan dalam Perang Banjar:1. Pangeran Antasari
Merupakan salah satu tokoh Bangsawan yang memimpin perlawanan terhadap campur tangan Belanda dan penolakan terhadap pemerintahan yang tidak sah di Banjar.
2. Pangeran Hidayatullah II
Ditunjuk sebagai Sultan Banjar berdasarkan wasiat Sultan Adam, namun kehilangan tahta akibat tindakan Pangeran Tamjidillah II. Dirinya kemudian Bersama Pangeran Antasari melakukan perlawanan terhadap Belanda yang melindungi Pangeran Tamjidillah II.
3. Pangeran Tamjidillah II
Mengangkat dirinya sendiri sebagai Sultan Banjar tanpa memperhatikan wasiat Sultan Adam, memicu konflik internal yang berujung pada perang.
4. Augustus Johannes Andresen
Berperan sebagai panglima tertinggi Belanda dalam pertempuran-pertempuran awal di Kesultanan Banjar.
5. Gustave Marie Verspyck
Seorang jenderal Belanda yang memimpin ekspedisi militer di Hindia Belanda dan terlibat dalam Perang Banjar, mendukung upaya kolonial Belanda di wilayah tersebut.
Demikian, sejarah Perang Banjar mencerminkan kompleksitas politik dan ambisi eksternal yang memengaruhi dinamika internal sebuah kerajaan. Konflik tersebut tidak hanya melibatkan perseteruan antar tokoh dalam keluarga kerajaan, tetapi juga campur tangan kekuatan kolonial yang berusaha memperluas pengaruhnya.
Kronologi Perang Banjar
Sebagai penerus kerajaan Daha yang sebelumnya bercorak Hindu, pengaruh Islam masuk ke Kesultanan Banjar pada sekitar akhir abad 15 berkat peran dari Kerajaan Demak. Kesultanan Banjar memiliki wilayah kekuasaan di sekitar Kalimantan Selatan dan sebagian Kalimantan Tengah. Dalam buku Islamisasi dan Perkembangan Kerajaan Islam di Indonesia (2012) karya Daliman, disebutkan bahwa pelabuhan-pelabuhan dagang Kesultanan Banjar pada abad 15 M selalu ramai dengan kapal-kapal dagang internasional. Kesultanan Banjar juga memiliki hasil sumber daya alam seperti emas, intan, lada, rotan dan damar yang melimpah.
Hal tersebut kemudian mendorong Belanda untuk mulai merencanakan strategi agar dapat menguasai Kesultanan Banjar. Dilansir dari buku Sejarah Indonesia Modern: 1200-2004 (1981) karya M.C Ricklefs, Belanda dan Kesultanan Banjar mulai melakukan interaksi pada sekitar tahun 1840-an. Setelah itu, Belanda mulai dengan strategi melakukan campur tangan di beberapa wilayah Kesultanan Banjar dan memadamkan sengketa-sengketa yang ada.
Sebagai imbalan, Belanda mendapatkan hak khusus untuk mencampuri urusan dalam negeri Kesultanan Banjar. Kondisi tersebut berlangsung lama hingga akhirnya perlawanan rakyat Banjar dimulai saat Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah II sebagai Sultan Banjar pada tahun 1859.
Padahal, waktu itu sosok yang seharusnya naik takhta menjadi Sultan Banjar adalah Pangeran Hidayatullah II. Namanya juga tertulis dalam surat wasiat yang ditulis oleh Sultan Adam agar menjadi penerus takhta. Pada tanggal 28 April 1859, Pangeran Antasari dan Pangeran Hidayatullah II kemudian memimpin perlawanan terhadap Belanda.
Pangeran Antasari memimpin penyerangan terhadap benteng Belanda dan tambang batu bara di wilayah Pengaron. Dalam serangan tersebut tentara Belanda dapat dilumpuhkan dan pasukan Pangeran Antasari dapat menguasai tambang batu bara di Pengaron.
Setelah itu, muncul beberapa pertempuran di tempat lain seperti Pertempuran Benteng Tabanio Agustus 1859, Pertempuran Benteng Gunung Lawak pada September 1859, Pertempuran Munggu Tayur pada Desember 1859, dan Pertempuran Amawang pada Maret 1860.
Akhir Perang Banjar
Dalam buku Pegustian dan Temanggung : Akar Sosial, Politik, Etnis dan Dinasti, Perlawanan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah 1859-1906 (2014) karya Helius Sjamsudin, disebutkan bahwa Belanda membalas serangan Pangeran Antasari dengan menawan keluarga Pangeran Hidayatullah II. Belanda kemudian meminta Pangeran Hidayatullah II untuk keluar dari persembunyiannya. Pangeran Hidayatullah II yang keluar dari persembunyiannya untuk menyelamatkan keluarganya justru ditangkap Belanda dan diasingkan menuju ke Cianjur.
Hal tersebut tidak membuat Pangeran Antasari menghentikan perlawanan. Ia terus melakukan perlawanan di daerah-daerah di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Pangeran Antasari juga mendirikan tujuh unit benteng di Teweh untuk memperkuat pertahanan rakyat.
Perang Banjar mulai meredup ketika Pangeran Antasari mulai melemah karena terserang penyakit paru-paru dan cacar. Perjuangannya terus dilakukan hingga Pangeran Antasari wafat pada 11 Oktober 1862. Gusti Mat Seman, Gusti Acil, Gusti Muhammad Arsyad, dan Antung Durrahman melanjutkan perjuangan di Perang Banjar hingga titik darah penghabisan.
Belanda perlahan akhirnya menyadari kekuatan rakyat bergantung pada pemimpin mereka, oleh karena itu Belanda berusaha menangkap semua pemimpin yang ada di masa itu. Sampai akhirnya semua pemimpin gugur, dan perlawanan rakyat Banjar dan Belanda pun berakhir.
Perang Banjar berakhir pada tahun 1905 dengan kemenangan berada di pihak Belanda yang berhasil menghapus Kesultanan Banjar.
Sumber:
https://www.cnnindonesia.com
https://www.detik.com
https://regional.kompas.com
Download
Post a Comment