Perang Bali I: Sejarah, Latar Belakang, Tokoh, Kronologi, Akhir, dan Dampaknya

Table of Contents

Sejarah Perang Bali I

Perang Bali I adalah perang yang terjadi antara Kerajaan Buleleng di Bali dengan pasukan Hindia Belanda pada tahun 1846. Perang ini lahir sebagai langkah Hindia Belanda mewujudkan Pax Netherlandica (perdamaian di bawah Belanda) di nusantara.

Upaya tersebut melahirkan perjanjian tahun 1941 dengan kerajaan Klungkung, Badung dan Buleleng. Salah satu isinya berbunyi: "Raja-raja Bali mengakui bahwa kerajaan-kerajaan di Bali berada di bawah pengaruh Belanda."

Latar Belakang Perang Bali

Mudjibah Utami dalam buku berjudul Cerita Perang Kemerdekaan Indonesia menjelaskan bahwa Bali pada abad ke-18 hingga ke-19 masih belum terlalu terkenal di dunia. Baru pada tahun 1830, pasukan Hindia Belanda datang dan mempengaruhi kerajaan di Bali.

Sayangnya Belanda dengan kesewenangannya mengusik adat dan peraturan daerah di Bali. Termasuk menentang adanya Hak Tawan Karang yang telah berlaku sebelum kedatangan Belanda ke Bali.

Hak Tawan Karang merupakan tradisi Bali yang menyebutkan bahwa kapal beserta isinya yang karam serta terdampar di pesisir Bali akan menjadi hak raja setempat.

Hak Tawan Karang diterapkan dengan tujuan menjaga adat istiadat Bali untuk mengatur pengelolaan sumber daya alam demi kepentingan masyarakat.

Namun, tradisi ini mendapat protes dari pihak Belanda. Pasalnya, ada dua kapal milik Belanda yang akhirnya diambil oleh Kerajaan Buleleng.

Di sisi lain, pihak Kerajaan Buleleng tidak terima dengan tuntutan Belanda atas ganti rugi berlakunya Hak Tawan Karang. Di mana Belanda meminta ganti rugi atas dua kapal milik Belanda yang karam di lautan Bali dan diakuisisi oleh Kerajaan Buleleng.

Karena tidak kunjung menemukan jalan keluar, Belanda kemudian melakukan serangan ke Kerajaan Bali pada pertengahan tahun 1846. Setelah itu, pecahlah peperangan antara masyarakat Bali dengan tentara Belanda.

Kerajaan Buleleng, Klungkung, serta Karangasem bersatu melawan tentara Belanda dengan tujuan untuk mempertahankan kedaulatan Bali.

Sementara Belanda yang dipimpin oleh Van Den Bosch membawa sekitar 1.700 armada dari Surabaya dan Batavia untuk menyerang Bali.

Tokoh yang Terlibat dalam Perang Bali I

Beberapa tokoh yang terlibat dalam perang Bali, antara lain:
1. Raja Buleleng.
2. Raja Karangasem.
3. I Gusti Ketut Jelantik.
4. Van Der Bosch.
5. Victors Michiels.

Kronologi Perang Bali I

Pada tanggal 20 Juni 1846, armada Belanda berangkat dari Besuki menuju Buleleng. Di sana, mereka memberikan ultimatum kepada Raja Buleleng untuk menyerah dan menghentikan praktik Tawan Karang.

Ultimatum ini diberikan sebanyak tiga kali dalam waktu 24 jam, tetapi tidak mendapat tanggapan dari raja. Pada tanggal 24 Juni 1846, pasukan Belanda melakukan pendaratan di pantai Buleleng di bawah perlindungan tembakan meriam dari kapal-kapal mereka.

Mereka disambut oleh lebih dari 10.000 prajurit Bali yang berusaha mencegah pendaratan tersebut. Namun, pasukan Bali tidak mampu menahan serangan pasukan Belanda yang lebih modern dan terlatih.

Pasukan Belanda kemudian maju ke daerah persawahan yang telah dikelilingi oleh pasukan Bali. Di sana, mereka terlibat pertempuran sengit dengan pasukan Bali yang menggunakan senjata tradisional seperti keris, tombak, pedang, dan panah.

Pasukan Belanda membagi diri menjadi tiga kolom yang dipimpin oleh Mayor Cornelis Albert de Brauw, Mayor Boers, dan Kapten J.F. Lomon.

Setelah berhasil mengalahkan semua perlawanan pasukan Bali di daerah persawahan, pasukan Belanda melanjutkan pergerakan mereka ke ibu kota Singaraja. Di sana, mereka menemukan bahwa Raja Buleleng telah melarikan diri bersama keluarganya ke daerah pegunungan.

Pasukan Belanda kemudian menaklukkan kota Singaraja tanpa banyak kesulitan.

Akhir Perang Bali I

Kekalahan tersebut membuat Raja Buleleng, I Gusti Ngurah Made, dan Ketut Jelantik terpaksa mundur ke daerah Jagaraga.

Kerajaan Karangasem dan Buleleng pada akhirnya menyerahkan diri dan meminta Belanda untuk memperbolehkan penduduk mereka agar bisa kembali ke tempat tinggal masing-masing. Penyerahan diri ini menghasilkan perjanjian baru antara Kerajaan Bali dan Belanda.

Pada akhirnya, pemerintahan Belanda berhasil mengambil Buleleng dan membuat benteng yang dihuni oleh 200 orang untuk mengendalikan penduduk setempat serta menjamin pengawasan kontrak yang dibuat.

Namun, perjanjian tersebut tak berakhir lama karena pada tahun 1848 muncul kembali peperangan baru yang dinamakan Perang Bali II atau Perang Jagaraga.

Dampak Perang Bali I

Perang Bali I berakhir dengan kemenangan mutlak pasukan Belanda atas pasukan Bali. Belanda berhasil menguasai wilayah Buleleng dan sebagian wilayah Karangasem.

Belanda juga berhasil menghancurkan kekuatan militer dan politik Kerajaan Buleleng, yang merupakan kerajaan terbesar dan terkuat di Bali saat itu.

Perang Bali I juga menimbulkan dampak yang besar bagi rakyat Bali, khususnya di wilayah Buleleng. Banyak rakyat Bali yang tewas, terluka, atau menjadi tawanan perang akibat perang ini.

Banyak pula rumah, sawah, ladang, dan tempat ibadah yang rusak atau dibakar oleh pasukan Belanda. Rakyat Bali juga mengalami kesulitan ekonomi dan sosial akibat perang ini.

Perang Bali I juga menimbulkan dampak yang besar bagi Belanda sendiri. Belanda harus mengeluarkan biaya yang besar untuk mengirimkan dan memelihara pasukan mereka di Bali.

Belanda juga harus menghadapi perlawanan yang terus berlanjut dari rakyat Bali, khususnya dari I Gusti Ketut Jelantik, yang merupakan patih Kerajaan Buleleng.

I Gusti Ketut Jelantik berhasil mengorganisir gerakan perlawanan rakyat Bali dengan menggunakan taktik gerilya dan bantuan dari kerajaan-kerajaan Bali lainnya.

Perang Bali I juga menimbulkan dampak yang besar bagi sejarah Indonesia. Perang ini merupakan salah satu contoh perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajahan Belanda.

Perang ini juga merupakan salah satu contoh perjuangan rakyat Indonesia untuk mempertahankan hak, kebudayaan, dan identitas mereka. Perang ini juga merupakan salah satu contoh semangat juang dan patriotisme rakyat Indonesia.

Sumber:
https://kumparan.com
https://intisari.grid.id
https://www.cnnindonesia.com

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment