Integrasi Normatif: Pengertian dan Contohnya

Table of Contents

Pengertian Integrasi Normatif
Pengertian Integrasi Normatif

Integrasi normatif adalah salah satu bentuk integrasi sosial yang terjadi akibat adanya norma-norma yang berlaku di masyarakat dan menjadi pemersatu anggota masyarakat tersebut, meski mereka memiliki latar belakang yang berbeda. Misalnya, warga negara Indonesia dipersatukan dengan sebuah prinsip yang kita sebut sebagai “Bhineka Tunggal Ika”.

Dalam integrasi normatif, persamaan persepsi yang terbentuk dari kesepakatan nilai sosial, norma sosial, cita-cita bersama, hingga rasa solidaritas yang ada di antara masyarakat. Integrasi bentuk ini umumnya terjadi pada masyarakat sederhana atau masyarakat yang memiliki solidaritas mekanik. 
 
Baca Juga: Pengertian Kelompok Sosial dengan Solidaritas Mekanis dan Solidaritas Organis

Integrasi normatif juga sangat berkaitan dengan unsur budaya. Maka dari itu, integrasi normatif juga disebut sebagai integrasi budaya.

Contoh Integrasi Normatif

Terdapat beberapa contoh integrasi normatif di antaranya,
1. Bhinneka Tunggal Ika
Semboyan yang menggunakan bahasa Jawa Kuno ini mempunyai arti "berbeda-beda tetapi tetap satu". Dengan demikian, arti lengkap dari semboyan tersebut adalah masyarakat Indonesia dapat bersatu di atas latar belakang yang beraneka ragam.

2. Restoran AS
Ada banyak sekali restoran di Amerika Serikat yang dimiliki oleh orang yang bukan dari Amerika melainkan mereka yang berasal dari negara lain. Misalnya, orang-orang Cina yang merupakan imigran memperkenalkan makanan Cina, begitu pula dengan imigran Meksiko yang berusaha memperkenalkan makanan Meksiko.

3. Contoh Lainnya
Contoh lain dari integrasi budaya adalah restoran asing, seperti McDonald's yang mempunyai cabang di luar negeri, termasuk Indonesia. Adanya integrasi budaya tersebut biasanya merupakan pengaruh dari globalisasi budaya.

Sumber:
https://www.detik.com
https://kumparan.com
dan sumber lain yang relevan

Download
Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment