Antisemitisme: Pengertian, Penyebab, dan Peristiwa Holocaust
Table of Contents
Pengertian Antisemitisme
Antisemitisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah paham yang dianut oleh orang-orang yang tidak suka pada segala sesuatu yang bersangkutan dengan bangsa Yahudi. Lebih lengkapnya, Antisemitisme adalah sebuah sikap permusuhan atau anti-Yahudi yang diterapkan dalam bentuk diskriminasi atau kekerasan berdasarkan agama, etnik, atau kelompok ras.Menurut Encyclopedia Holocaust, antisemitisme berarti sikap prasangka atau kebencian terhadap Yahudi. Dari laman Kementerian Luar Negeri AS, The International Holocaust Remembrance Alliance (IHRA) mendefinisikan antisemitisme sebagai persepsi tertentu terhadap orang Yahudi yang dapat diekspresikan sebagai sebuah kebencian.
Antisemitisme ditujukan kepada individu Yahudi atau non-Yahudi dan/atau properti mereka, termasuk lembaga-lembaga komunitas Yahudi dan fasilitas-fasilitas keagamaan. Yang paling sering terjadi adalah pogrom, yakni kerusuhan dengan kekerasan yang dilancarkan terhadap Yahudi dan dimulai oleh otoritas pemerintahan.
Pogrom kerap diakibatkan sebuah fitnah atau rumor yang memberitakan kaum Yahudi telah menggunakan darah anak-anak Kristen untuk keperluan ritual. Salah satu contoh lain tindakan ekstrem dari antisemitisme ialah Holocaust, yakni pembantaian dan pembunuhan terhadap kaum Yahudi di Eropa yang dilakukan Nazi Jerman selama 1933-1945.
Bangsa Semit
Teori ilmiah semu yang dipopulerkan Marr memiliki kekeliruan tentang "semit" sebagai bangsa. Istilah bangsa Semit jauh sudah ada sebelum antisemtisme populer, dalam catatan sejarah dunia untuk merujuk bangsa yang terpisah dari Kaukasia."Semit" sebagai istilah yang merujuk identitas digagas oleh August Ludwig, anggota Göttingen School of History pada 1781. Penggunaan "Semit" dipilih untuk merujuk salah satu dari tiga putra Nabi Nuh yang berada dalam Kitab Kejadian Alkitab.
Lebih jelasnya, Semit adalah kelompok bangsa yang menuturkan bahasa serumpun di Timur Tengah hingga Afrika Utara. Bahasa Semit kuno sudah dituturkan sekitar 6.000 tahun silam di Mesopotamia, walau asal-usulnya masih diperdebatkan.
David Testen, penulis buku Parallels in Semitic Linguistics: The Development of Arabic la- and Related Semitic Particles dan pernah menjadi peneliti bahasa di Stanford University mengutarakan, rumpun bahasa Semit umum dituturkan di Timur Tengah. Bahasa dan kebudayaan ini bertahan di Timur Tengah selama 4.000 tahun lamanya, terang Testen di Britannica.
Bahasa Semit memiliki banyak turunan, seperti bahasa Amhara di Etiopia, bahkan bahasa Arab dan Ibrani yang dituturkan oleh orang Arab dan Yahudi. Kelompok bahasa Semit merupakan bagian dari kelompok besar bahasa Afro-Asiatik yang dituturkan sampai ke pedalaman Afrika utara.
Sejarah dunia terkait bahasa dan kebudayaan Semit membaginya dalam beberapa kelompok utama. Ahli linguistik mengelompokkannya karena masing-masing bahasa memiliki kemiripan fonetik, morfoloogi kata, dan akar makna dalam kebudayaan.
Contoh: kalb, ibnu (bisa menjadi bin ketika disisipkan dalam nama dari putra seseorang), dan salaam dalam bahasa Arab, memiliki kemiripan dalam bahasa Ibrani caleb, ben, dan syalom. Masing-masing kata jika diterjemahkan menjadi anjing, anak, dan damai.
Namun, hari ini pengetahuan tentang identitas Semit hari ini menjadi perdebatan, terutama pengaruh paham antisemitisme oleh Marr. Paham ini lebih mengerucut pada sikap anti-Yahudi, tanpa memasukkan istilah yang sama dalam rasialisme untuk penutur bahasa Semit lainnya di negara-negara Barat.
Istilah Antisemitisme
Istilah antisemitisme pertama kali populer pada 1879, yang diperkenalkan oleh seorang jurnalis Jerman bernama Wilhelm Marr. Menurut Wilhelm, antisemitisme berarti kebencian terhadap kaum Yahudi dan berbagai politiknya. Semit merupakan istilah yang mengacu pada kelompok etnis penutur bahasa Semitic. Semit berasal dari Shem, nama salah satu putra Nabi Nuh. Selama 18 Tahun Namun, sebenarnya antisemitisme sendiri sudah ada sebelum istilah ini populer. Salah satu perwujudan dari istilah antisemitisme sendiri adalah pogrom, yaitu kerusuhan dengan kekerasan yang dilancarkan terhadap Yahudi. Istilah pogrom sendiri muncul di kalangan masyarakat sejak tahun 1881-1921.
Pogrom dipicu dengan adanya rumor bahwa kaum Yahudi menggunakan darah anak-anak Kristen untuk melakukan keperluan ritual mereka. Barulah setelah itu istilah antisemitisme mulai dikenal oleh masyarakat setempat. Pada masa itu, Yahudi memang dianggap sebagai orang-orang pengingkar dan dipandang sebagai penyebab wafatnya Kristus oleh Nazi Jerman.
Penyebab Munculnya Antisemitisme
Jauh sebelum Holocaust, kebencian terhadap Yahudi sudah lama mengakar di kalangan masyarakat. Orang-orang Yahudi diasingkan dan diserang atas segala tuduhan dan asumsi selama ribuan tahun. Annisa Kharismawati dalam "Perkembangan Antisemitisme dalam Perspektif Hubungan Internasional" menuliskan sikap antisemitisme berawal dari ide-ide anti-Yahudi. Yahudi dianggap sebagai pengingkar dan penyebab kematian Kristus. Paham anti-Yahudi terus melekat hingga menghasilkan antisemitisme modern. Meskipun mereka hidup sebagai diaspora, umat Yahudi sebagai pengingkar akan terus dianggap penduduk asing dan kerap menjadi "sasaran" pemerintah setempat, maupun umat mayoritas di negara tersebut. Sikap seperti ini bisa dilihat melalui peristiwa Pogrom dan Holocaust.
Dalam laman Britannica dituliskan, anti-Semitisme yang dilatarbelakangi perbedaan agama juga sudah muncul di era Yunani dan Romawi kuno. Pada zaman Helenistik abad ke-1 sebelum Masehi hingga 1 Masehi, para penyembah berhala juga turut membenci. Yudaisme yang berpaham satu Tuhan itu menolak mengakui dewa-dewa yang disembah.
Di Eropa, eksistensi Yahudi mulai ditolak pada abad pertengahan. Mereka tidak mendapatkan kewarganegaraan dan dilarang memegang jabatan di pemerintahan dan militer, kecuali menjadi anggota serikat pekerja atau profesi. Penganiayaan memuncak pada tahun 1492 di Spanyol lewat pengusiran paksa terhadap populasi Yahudi yang semakin besar.
Peristiwa Holocaust
Di awal kekuasaan Nazi, mereka memang tidak langsung begitu saja melakukan aksi pembantaian massal terhadap kaum Yahudi Eropa. Namun, tidak dalam waktu lama juga Nazi menggunakan pemerintah untuk menyingkirkan kaum Yahudi dari masyarakat Jerman. Sepanjang tahun 1933-1945, Nazi Jerman memperlakukan kaum Yahudi dengan radikal dan kejam. Mereka juga menerapkan beberapa kebijakan yang bisa dikatakan kejam, sebagai berikut:
1. Diskriminasi hukum dalam bentuk undang-undang antisemitisme
2. Pengucilan public
3. Kekerasan terorganisasi
4. Pemindahan fisik, seperti pengusiran dan deportasi
5. Penahanan di kamp konsentrasi
6. Pencurian dan penjarahan terhadap barang berharga milik orang Yahudi
7. Kerja paksa
Kebijakan ini telah menewaskan banyak orang Yahudi. Puncak kekejaman Nazi terhadap orang Yahudi adalah rencana yang disebut sebagai Final Solution of the Jewish Question, yaitu pembantaian massal terorganisasi dan sistematik dari Nazi Jerman terhadap kaum Yahudi Eropa.
Sepanjang tahun 1941-1945, unit pasukan Jerman, seperti unit Einsatzgruppen, melakukan penembakan massal di lebih dari 1.500 tempat, mulai dari pinggiran desa, kota kecil, dan kota besar di seluruh wilayah Eropa Timur. Selain itu, pihak Jerman juga membuat kaum Yahudi sesak napas dengan menyebarkan gas beracun. Sebanyak 2 juta orang Yahudi tewas dalam aksi penembakan massal ini.
Pada akhirnya, peristiwa Holocaust berakhir pada bulan Mei 1945, saat pasukan Sekutu utama (Inggris Raya, Amerika Serikat, dan Uni Soviet) mengalahkan Nazi Jerman dalam Perang Dunia II.
Sumber:
https://id.wikipedia.org
https://www.kompas.com
https://tirto.id
Download
Post a Comment