Peristiwa Malari 1974: Sejarah, Penyebab, Kronologis, dan Akibatnya

Table of Contents

Sejarah Peristiwa Malari 1974
Sejarah Peristiwa Malari 1974

Malari adalah singkatan dari Malapetaka 15 Januari 1974 yang merupakan salah satu peristiwa kelam di zaman Orde Baru. Peristiwa Malari adalah demonstrasi mahasiswa yang berujung kerusuhan besar yang terjadi pada 15 Januari 1974.

Peristiwa tersebut berawal dari rencana kedatangan Perdana Menteri Jepang Tanaka Kakuei ke Indonesia dan juga kisruh investasi asing saat itu. Jumlah korban peristiwa Malari adalah 11 orang tewas, 137 orang luka-luka, 750 orang ditangkap.

Penyebab Peristiwa Malari 1974

Peristiwa Malari ini terjadi lantaran adanya gerakan antimodal asing. Di mana mahasiswa melakukan demonstrasi serta turun ke jalan dengan tujuan mengkritik kebijakan ekonomi yang dianggap berpihak kepada investasi asing.

Selain itu, dengan berkunjungnya ketua IGGI (Inter-Governmental Group on Indonesia) yaitu Jan P. Pronk menjadikan aksi ini semakin digencarkan oleh mahasiswa, dan puncaknya terjadi pada saat Perdana Menteri Jepang berkunjung ke Indonesia.

Kronologis Peristiwa Malari 1974

Pada saat itu, mahasiswa merencanakan untuk menyambut kedatangan Perdana Menteri Jepang dengan melakukan aksi demonstrasi yang akan dilaksanakan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Akan tetapi, ketatnya penjagaan membuat mahasiswa akhirnya tidak berhasil menjalankan rencana.

Dengan kronologis peristiwa yang tergolong singkat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa tidak sedikit kerusakan yang terjadi. Para demonstran melakukan aksi pembakaran terhadap kendaraan-kendaraan yang ada hubungannya dengan Jepang, serta melakukan penjarahan.

Hal tersebut menimbulkan kerusuhan yang sangat besar dan menjadi alasan rezim pada masa Orde Baru untuk melakukan pembungkaman terhadap aksi mahasiswa.

Akibat Peristiwa Malari 1974

Tercatat bahwa peristiwa Malari menewaskan sebanyak 11 orang, 120 toko hancur, 685 mobil dibakar, dan 128 demonstran mengalami luka-luka.

Presiden Soeharto mengambil keputusan untuk Panglima Kopkamtib, yaitu Soemitro untuk segera berhenti dari jabatannya. Kemudian, Presiden Soeharto mengambil alih jabatan tersebut, disertai dengan penggantian Kepala Bakin, yaitu Sutopo Juwono menjadi Yoga Soegomo.

Dengan adanya kejadian ini, lantas keadaan Jakarta yang tidak kondusif, maka pada tanggal 17 Januari 1974 membuat Presiden Soeharto akhirnya mengambil keputusan untuk mengantar Perdana Menteri Jepang ke pangkalan udara menggunakan helikopter.

Selain fakta tersebut, ada pula fakta lain perihal terjadinya peristiwa Malari. Di antaranya adanya tuduhan yang ditujukan kepada eks PSII dan eks Masyumi sebagai dalang peristiwa ini. Tuduhan ini berasal dari Jenderal Ali Moertopo.

Namun, setelah beberapa tokoh peristiwa Malari diadili, seperti Hariman Siregar dan Syahrir, tuduhan tersebut tidak terbukti.

Setelah peristiwa Malari, Orde Baru menjadi lebih represif dan lebih cepat bertindak ketika warga negara mengekspresikan perbedaan pendapat, termasuk melalui demonstrasi dan media, meninggalkan "kemitraan" rapuh yang pernah mereka miliki.

Dua belas surat kabar dan majalah dicabut izin terbitnya, termasuk Indonesia Raya. Wartawan, seperti Mochtar Lubis, ditahan tanpa proses pengadilan. Wartawan yang melanggar mulai dimasukkan ke dalam daftar hitam, kehilangan hampir semua kesempatan kerja. 

Dari berbagai sumber yang relevan

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment