Tasawuf: Pengertian, Sejarah, Dasar, Prinsip, Tujuan, dan Alirannya
Table of Contents
Pengertian Tasawuf
Tasawuf dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ajaran (cara dan sebagainya) untuk mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh hubungan langsung secara sadar dengan-Nya. Istilah ini sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata “tasawwafa atau yatashowwaru – tashowwuf” yang mengandung makna (menjadi) berbulu banyak, atau menjadi ciri-ciri dari seorang sufi.Tasawuf atau yang dikenal juga sebagai sufisme merupakan suatu ajaran tentang bagaimana menyucikan jiwa, menjernihkan akhlak, serta membangun dhahir dan batin untuk dapat memperoleh kebahagiaan abadi. Ilmu tasawuf masuk ke dalam ajaran agama Islam yang kemudian dikembangkan oleh para sufi.
Adapun sejarah, madzhab, dan inti ajarannya memiliki sejumlah versi berbeda dalam mengartikan apa itu sufi atau tasawuf di antaranya,
1. Shuffah yang berarti emperan masjid Nabawi dan didiami oleh sebagian sahabat Anshar. Hal ini sendiri dikarenakan amalan ahli tasawuf hampir sama dengan apa yang diamalkan oleh para sahabat tersebut, yaitu dengan mendekatkan diri kepada Allah dan hidup dalam kesederhanaan.
2. Shaf juga dapat berarti barisan. Istilah ini kemudian dianggap oleh sebagian ahli sebagai akar kata tasawuf karena ahli tasawuf merupakan seorang atau sekelompok orang yang membersihkan hati, mereka kemudian diharapkan berada pada barisan (shaf) pertama di sisi Allah SWT.
3. Shafa juga dapat berarti bersih, karena ahli tasawuf kemudian berusaha untuk membersihkan jiwa mereka untuk dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4. Shufanah, sebagai sebuah kayu yang bertahan tumbuh di padang pasir. Hal ini karena ajaran tasawuf dapat bertahan dalam situasi yang penuh pergolakan, ketika umat muslim terbuai oleh materialisme serta kekuasaan, sebagaimana kayu shufanah yang tahan hidup di tengah-tengah padang pasir yang tandus.
5. Teosofi, kemudian berasal dari bahasa Yunani yang berarti ilmu ketuhanan, karena tasawuf banyak membahas tentang ketuhanan.
6. Shuf dapat juga bermakna bulu domba, karena para ahli tasawuf pada masa awalnya menggunakan pakaian sederhana yang terbuat dari kulit atau bulu domba (wol).
Meski memiliki definisi beragam, tasawuf kemudian memiliki arti yang satu yaitu upaya untuk mendekatkan diri pada Tuhan serta menjauhi hal-hal yang bersifat duniawi.
Masih dalam sumber yang sama, tasawuf sendiri dapat diartikan sebagai metode untuk mencapai kedekatan serta penyatuan antara hamba dan Tuhan serta mencapai kebenaran atau pengetahuan hakiki (ma’rifat) serta inti rasa agama.
Tasawuf dari beberapa ahli
1. Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan melepaskan nafsu dari pangkalnya dengan khalawat, taubah, dan ikhlas.
2. Al-Junaidi berpendapat tasawuf adalah kegiatan membersihkan hati dari yang mengganggu perasaan manusia, memadamkan kelemahan, menjauhi keinginan hawa nafsu, mendekati hal-hal yang diridhai Allah, bergantung pada ilmu-ilmu hakikat, memberi nasihat kepada semua orang, memegang dengan erat janji kepada Allah SWT, serta mengikuti contoh yang telah Rasulullah SAW ajarkan.
3. Syaikh Ibnu Ajibah berpendapat tasawuf adalah ilmu yang membawa seseorang agar bisa dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian rohani dan mempermanisnya dengan amal-amal saleh. Jalan tasawuf yang pertama dengan ilmu, yang kedua amal, dan yang terakhir adalah karunia Ilahi.
4. H. M. Amin Syukur berpendapat tasawuf adalah latihan dengan kesungguhan untuk membersihkan hati, mempertinggi iman, dan memperdalam aspek kerohanian dalam rangka mendekatkan diri manusia kepada Allah SWT. Sehingga segala perhatiannya hanya tertuju kepada Allah SWT.
Sejarah Perkembangan Tasawuf
Terdapat beberapa versi tentang munculnya ilmu tasawuf. Ada yang percaya bahwa tasawuf telah ada sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Ada pula yang meyakini bahwa tasawuf muncul setelah kerasulan Nabi.Tasawuf sendiri muncul sebelum Nabi Muhammad SAW menjadi rasul. Sebagian pendapat kemudian mengatakan bahwa paham tasawuf sebagai paham yang telah berkembang sebelum Nabi Muhammad menjadi Rasulullah.
Hal ini kemudian berasal dari orang-orang daerah Irak dan Iran yang baru masuk Islam (sekitar abad ke-8 M). Meski sudah masuk Islam, hidupnya tetap memelihara kesahajaan serta menjauhkan diri dari berbagai kemewahan dan kesenangan keduniaan.
Tasawuf yang berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW. Sebagian pendapat lainnya menyatakan bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad SAW.
Berasal dari kata “beranda” (suffa), dan pelakunya disebut juga dengan ahl al-suffa, seperti telah disebutkan di atas. Mereka kemudian dianggap sebagai penanam benih paham tasawuf yang berasal dari pengetahuan Nabi Muhammad.
Tasawuf muncul setelah zaman Nabi Muhammad SAW. Pendapat lainnya mengungkapkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat Islam di zaman Khalifah Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib, khususnya disebabkan oleh faktor politik.
Pertikaian yang terjadi antar umat Islam disebabkan oleh faktor politik dan perebutan kekuasaan yang terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Muncullah masyarakat yang bereaksi terhadap hal tersebut kemudian menjadikannya menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor.
Mereka melakukan berbagai gerakan ‘uzlah, yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi. Lalu munculah gerakan tasawuf yang saat itu dipelopori oleh Hasan Al-Bashri pada abad kedua Hijriyah.
Dasar Ilmu Tasawuf
Berikut di bawah ini adalah dasar-dasar ilmu tasawuf, yakni:1. Surat Al-Baqarah Ayat 115 berbunyi “Dan kepunyaan Allah-lah dari timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap maka di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Luas (rahmat-Nya) dan Maha Mengetahui.”
2. Surat Al-Baqarah Ayat 186 berbunyi “Dan jika hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku sangat dekat. Aku mengabulkan permohonan setiap orang yang berdoa jika ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka kemudian memenuhi (segala perintahKu) serta hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka kemudian selalu berada dalam kebenaran.”
3. Surat Qaf Ayat 16 berbunyi “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia serta mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami menjadi lebih dekat kepadanya dibandingkan urat lehernya.”
4. Surat Al-Kahfi Ayat 65 berbunyi “Lalu mereka akan bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, serta yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami.”
Prinsip Tasawuf
Tasawuf bertujuan membantu seseorang untuk tetap berada di jalan Allah SWT. Dengan tasawuf seseorang kemudian menjadi tidak berlebihan dalam hal duniawi serta tetap fokus pada iman dan takwa yang ia miliki.Terdapat beberapa prinsip yang dapat dilakukan dalam ber-tasawuf. Menurut ahli sufi, Profesor Angha dalam The Hidden Angels of Life, prinsip tasawuf yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Zikir
Zikir sebagai suatu proses pemurnian hati, pembersihan serta pelepasan. Orang-orang yang melakukan zikir kemudian bertujuan mendekatkan diri pada Tuhan melalui doa serta melantunkan lafaz zikir.
2. Fikr (Meditasi)
Saat pikiran merasa bingung atau bertanya-tanya, pusatkanlah perhatianmu yang kamu miliki ke dalam diri dengan berkonsentrasi pada satu titik. Meditasi sebagai suatu perjalanan kegiatan mental dari dunia eksternal menuju suatu esensi diri.
3. Sahr (Bangkit)
Dengan Membangkitkan jiwa dan tubuh sebagai proses mengembangkan kesadaran mata dan telinga. Selain itu juga sebagai suatu proses mendengarkan hati, serta proses meraih akses menuju potensi diri yang tersembunyi.
4. Ju’i (Merasa Lapar)
Merasakan lapar pada hati dan pikiran untuk kemudian bertahan mencari serta mendapatkan suatu kebenaran. Proses ini kemudian melibatkan hasrat dan keinginan yang mendalam untuk tetap tabah serta sabar dalam mencari jati diri.
5. Shumt (Menikmati Keheningan)
Berhenti berpikir serta mengatakan berbagai hal yang tidak perlu. Kedua hal ini merupakan proses menenangkan lidah serta otak serta mengalihkan dari godaan eksternal menuju Tuhan.
6. Shawm (Puasa)
Tidak hanya pada tubuh yang berpuasa melainkan pikiran juga. Proses ini kemudian termasuk puasa fisik, bermanfaat untuk dapat melepaskan diri dari hasrat dan keinginan otak serta pandangan atau persepsi indera eksternal.
7. Khalwat (Bersunyi Sendiri)
Berdoa dalam kondisi sunyi atau kesunyian, baik secara eksternal maupun internal akan membantu melepaskan diri. Bersunyi sendiri tetap akan mendekatkanmu dengan orang lain atau di tengah orang banyak.
8. Khidmat (Melayani)
Menyatu dengan kebenaran Tuhan. Seseorang yang menemukan jalan jiwa untuk pelayanan dan pertumbuhan diri.
Tujuan Tasawuf
Tujuan utama tasawuf adalah mencapai ma'rifatullah, yaitu pengetahuan dan pengenalan yang mendalam terhadap Allah SWT. Tasawuf mengajarkan individu untuk mengenali hakikat dirinya, mengendalikan hawa nafsunya, dan memurnikan hatinya agar lebih dekat dengan Tuhan. Beberapa tujuan tasawuf yang lebih spesifik antara lain:
1. Mengembangkan Cinta dan Rasa Kasih kepada Allah
Tasawuf mengajarkan individu untuk mencintai Allah secara tulus dan memahami bahwa kasih sayang-Nya meliputi seluruh alam semesta. Melalui praktik-praktik tasawuf, individu berusaha memperkuat hubungan mereka dengan Tuhan dan merasakan kehadiran-Nya dalam setiap aspek kehidupan.
2. Mencapai Penyatuan dengan Tuhan
Tasawuf berusaha mencapai penyatuan (fana) dengan Tuhan melalui penyerahan total dan penghapusan diri dalam cinta dan kehendak-Nya. Individu yang mencapai penyatuan tersebut diyakini telah mencapai tingkat kesempurnaan spiritual tertinggi.
3. Memurnikan Diri
Tasawuf mendorong individu untuk memurnikan hati, menjauhkan diri dari sifat-sifat negatif seperti keserakahan, kesombongan, dan kebencian, serta meningkatkan sifat-sifat positif seperti sabar, syukur, dan kasih sayang. Melalui pengendalian diri dan introspeksi, individu dapat mengatasi hawa nafsu dan mencapai kedamaian batin.
4. Memberikan Bimbingan Spiritual
Seorang guru atau syekh memiliki peran penting dalam tasawuf. Mereka memberikan bimbingan dan nasihat spiritual kepada murid-murid mereka untuk membantu mereka dalam perjalanan mereka menuju Tuhan. Hubungan guru dan murid dalam tasawuf sangat erat, dan murid diharapkan menghormati dan mentaati guru mereka.
5. Mengamalkan Nilai-Nilai Etika Islam
Tasawuf mengajarkan pentingnya mengamalkan nilai-nilai etika Islam dalam kehidupan sehari-hari. Individu yang terlibat dalam tasawuf diharapkan menjadi teladan dalam perilaku, kejujuran, dan keadilan.
Aliran Ilmu Tasawuf dan Bentuk Ajarannya
Terdapat macam-macam ilmu tasawuf di antaranya, 1. Tasawuf Akhlaki (Sunni)
Tasawuf akhlaki merupakan suatu tasawuf yang berkonsentrasi kepada teori-teori perilaku akhlak serta teori budi pekerti. Dengan berbagai metode tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya tasawuf seperti ini kemudian berupaya untuk menghindari akhlak mazmumah atau perilaku buruk dan mewujudkan akhlak mahmudah atau perilaku baik.
Dalam pandangan para sufi yang berpendapat bahwa untuk merehabilitasi sikap mental yang tak baik diperlukan terapi yang tidak hanya dari aspek lahiriyah saja, karenanya dalam tasawuf akhlaki memiliki sistem pembinaan akhlak yang disusun sebagai berikut:
a. Takhalli sebagai suatu langkah pertama yang yang harus dilakukan oleh seorang sufi.
b. Takhalli merupakan suatu usaha mengosongkan diri dari suatu perilaku tercela.
c. Tahalli merupakan suatu upaya untuk mengisi dan menghiasi diri dengan jalan membiasakan diri dengan sikap, perilaku, serta akhlak terpuji. Tahapan tahalli kemudian dilakukan kaum sufi setelah mengosongkan jiwa dari akhlak-akhlak tercela.
d. Tajalli merupakan suatu pemantapan dan pendalaman materi yang telah dilalui fase tahalli, maka rangkaian pendidikan akhlak selanjutnya ialah fase tajalli. Kata tajalli sendiri bermakna terbukanya hijab sehingga tampak jelas nur ilahi. Hal ini sejalan juga dengan firman Allah SWT yang artinya, “Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan,” (QS. Al-A’raf: 143).
2. Tasawuf Falsafi
Tasawuf falsafi merupakan suatu tasawuf yang didasarkan kepada gabungan teori-teori tasawuf serta berbagai filsafat atau yang bermakna metafisis atau mistik. Tasawuf ini juga kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli sufi sekaligus filsuf.
3. Tasawuf Syi’i
Tasawuf syi’i kemudian beranggapan bahwa manusia dapat tinggal dengan Tuhannya karena ia memiliki kesamaan esensi dengan Tuhannya. Menurut Ibnu Khaldun yang dikutip oleh Taftazani kemudian melihat kedekatan serta kesamaan antara tasawuf falsafi dan tasawuf syi’i terkait pandangan hulul atau ketuhanan iman-iman mereka.
Dari berbagai sumber yang relevan
Post a Comment