Puritan, Puritanisme, Sejarah, Teologi Ajaran, dan Puritanisme di Indonesia

Table of Contents

Pengertian Puritan dan Puritanisme

Pengertian Puritan, Puritanisme

Puritan atau Kaum Puritan adalah kumpulan sejumlah kelompok keagamaan yang memperjuangkan "kemurnian" doktrin dan tata cara peribadatan, begitu juga kesalehan perseorangan dan jemaat. Sementara, puritanisme diartikan sebagai keyakinan dan praktik karakteristik kaum Puritan yang  berorientasi pada ketegasan dan ketelitian terutama dalam urusan agama atau tingkah laku.

Puritan, Puritanisme dari Beberapa Sumber
Kamus Merriam Webster:
1. seorang anggota kelompok Protestan abad ke-16 dan ke-17 di Inggris dan New England yang menentang ibadah seremonial dan prelacy Gereja Inggris karena dianggap tidak berdasarkan Alkitab.
2. orang yang mengamalkan atau mengajarkan kode moral yang lebih ketat atau diakui lebih murni daripada kode moral yang berlaku.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI):
1. orang yang hidup saleh dan yang menganggap kemewahan dan kesenangan sebagai dosa;
2. anggota mazhab Protestan yang pernah berkembang pada abad ke-16 dan ke-17 di Inggris yang berpendirian bahwa kemewahan dan kesenangan adalah dosa.

Sejarah

Puritanisme merupakan sebuah gerakan reformasi agama pada akhir abad ke-16 dan ke-17 yang berupaya untuk “memurnikan” Gereja Inggris dari sisa-sisa “kepausan” Katolik Roma yang diklaim oleh kaum Puritan telah dipertahankan setelah penyelesaian keagamaan dicapai pada awal masa pemerintahan Ratu. Elizabeth I. 

Baca Juga: Reformasi Gereja: Pengertian, Latar Belakang, Tokoh, Tujuan, Sejarah, dan Dampaknya

Kaum Puritan menjadi terkenal pada abad ke-17 karena semangat moral dan kesungguhan agama yang mempengaruhi seluruh cara hidup mereka, dan mereka berupaya melalui reformasi gereja untuk menjadikan gaya hidup mereka sebagai pola bagi seluruh bangsa.

Upaya mereka untuk mengubah bangsa berkontribusi terhadap perang saudara di Inggris dan pendirian koloni di Amerika sebagai model kerja dari cara hidup Puritan.

Teologi Ajaran

Kaum Puritan percaya bahwa penting untuk berada dalam hubungan perjanjian dengan Tuhan agar dapat ditebus dari kondisi dosa seseorang, bahwa Tuhan telah memilih untuk menyatakan keselamatan melalui khotbah, dan bahwa Roh Kudus adalah instrumen keselamatan yang memberikan energi.

Teologi dan politik Calvinis terbukti memberikan pengaruh besar dalam pembentukan ajaran Puritan. Hal ini tentu saja menyebabkan penolakan terhadap banyak hal yang menjadi ciri ritual Anglikan pada saat itu, karena hal ini dipandang sebagai “penyembahan berhala kepausan”. 

Baca Juga: Teologi: Pengertian, Perkembangan Istilah, dan Teologi dalam Islam

Sebagai gantinya, kaum Puritan menekankan khotbah yang mengambil gambaran dari kitab suci dan dari pengalaman sehari-hari. Namun, karena pentingnya dakwah, kaum Puritan sangat menghargai pelayanan yang terpelajar.

Kesungguhan moral dan keagamaan yang menjadi ciri khas kaum Puritan digabungkan dengan doktrin predestinasi yang diwarisi dari Calvinisme untuk menghasilkan “teologi perjanjian,” yang menyatakan diri mereka sebagai orang-orang pilihan yang dipilih oleh Tuhan untuk menjalani kehidupan yang saleh baik sebagai individu maupun sebagai komunitas .

Puritanisme di Indonesia

Dari pemaparan di atas, puritanisme agama secara sederhana dapat dipahami sebagai paham atau gerakan yang menghendaki pemurnian alias sterilisasi ajaran agama dari pengaruh luar, baik itu budaya, adat, tradisi, maupun kearifan lokal (local genius) yang berkembang di masyarakat. Di dalam Islam, puritanisme agama ini tampak dalam gerakan yang cenderung menolak akulturasi antara Islam dan budaya lokal.

Dalam konteks Indonesia, puritanisme di tubuh Islam mewujud pada sikap kalangan konservatif yang anti pada kelompok Islam kultural, terutama kalangan Nahdliyin. Dalam pandangan kaum puritan, ritual keagamaan kalangan NU dianggap menyimpang, bagian dari bid'ah bahkan sesat, karena bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam perkembangannya, puritanisme agama ini juga mewarnai panggung dakwah dan politik Islam hari ini.

Maka, menjadi tidak mengherankan jika banyak pendakwah yang tidak segan melabeli ritual keagamaan seperti tahlilan, yasinan, selametan, dan sebagainya sebagai bid'ah. Hal itu tidak diragukan telah menimbulkan polemik bahkan perpecahan di kalangan umat itu sendiri. Hal ini dikarenakan, puluhan bahkan ratusan tahun umat Islam Indonesia adaptif pada budaya dan kearifan lokal. Namun, tiba-tiba ada segelintir kalangan yang menuduhnya sesat, bahkan kafir.

Puritanisme agama tidak bisa dipandang sepele. Puritanisme merupakan akar dari radikalisme dan ekstremisme beragama. Maka, penting kiranya membendung arus puritanisme agama. Salah satunya melalui dakwah kultural. Yaitu, dakwah yang ramah dan adaptif pada nilai budaya dan kearifan lokal.

Dakwah kultural dimaksudkan sebagai upaya untuk memahami dan menggunakan potensi-potensi kultural masyarakat Islam sebagai wahana untuk menanamkan Islam yang membumi, yakni Islam yang bisa mengubah potensi menjadi gerak kemajuan sosial.

Sumber:
https://www.britannica.com/topic/Puritanism
https://id.wikipedia.org/wiki/Puritan
https://news.detik.com/kolom/d-5918296/arus-puritanisme-agama-dan-dakwah-kultural

Download

Lihat Juga:

Materi Sosiologi Kelas XI (Fase F) CP 1:
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 1: Kelompok Sosial (Kurikulum Merdeka)
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 2: Permasalahan Sosial Akibat Pengelompokan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Materi Sosiologi Kelas XI (Fase F) CP 2:
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 3: Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 4: Membangun Harmoni Sosial (Kurikulum Merdeka)

1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.1 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.2 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.3 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 3.4 Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum Revisi 2016)   
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 3. Perbedaan, Kesetaraan, dan Harmoni Sosial (Kurikulum 2013)
6. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 1. Bentuk-bentuk Struktur Sosial (KTSP)
7. Materi Ujian Nasional Kompetensi Dinamika Struktur Sosial 
8. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 6. Masyarakat Multikultural (KTSP)
9. Materi Ujian Nasional Kompetensi Masyarakat Multikultural
10. Materi Ringkas Struktur Sosial dan Diferensiasi Sosial

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment