Fasisme: Pengertian, Sejarah, Ciri, Tujuan, Sifat, dan Contohnya

Table of Contents

Pengertian Fasisme

Pengertian Fasisme

Fasisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah prinsip atau paham golongan nasionalis ekstrem yang menganjurkan pemerintahan otoriter. Secara etimologi, fasisme berasal dari kata Latin fasces, yang terdiri dari serumpun batang yang diikatkan di kapak, juga Ass yang berarti kejayaan, merupakan simbol otoritas hakim sipil Romawi kuno.

Simbolis fasces berarti kekuatan melalui kesatuan, sebuah batang tunggal akan mudah patah, sedangkan rumpunan akan sulit untuk mengalami perpecahan. Dalam sistem politik, fasisme merupakan ideologi politik dan gerakan sayap kanan ekstrem, otoritarianisme, dan ultranasionalistik.

Fasisme ditandai dengan kepemimpinan diktator, otokrasi yang terpusat, militerisme, pemberangusan paksa terhadap oposisi, kepercayaan terhadap adanya hierarki sosial, penghilangan hak-hak individu atas nama kebaikan negara dan ras, serta penyeragaman dan pengontrolan luar biasa terhadap masyarakat dan ekonomi.

Fasisme mulanya mencuat di Eropa awal abad ke-20. Gerakan ini pertama muncul di Italia pada masa Perang Dunia I, sebelum menyebar ke negara Eropa lainnya, khususnya Jerman. Fasisme juga memiliki pendukungnya di luar Eropa. Berbeda dengan anarkisme, demokrasi, pluralisme, liberalisme, sosialisme, dan Marxisme, fasisme berada dalam sayap kanan-jauh dalam spektrum politik kiri-kanan tradisional.
 
Fasisme menolak pandangan bahwa kekerasan sepenuhnya buruk dan memandang imperialisme, kekerasan politik, dan perang sebagai cara untuk membangkitkan kembali suatu negara. Fasis seringkali mendorong berdirinya negara satu partai yang totalitarian, dan ekonomi dirigiste, dengan tujuan utama untuk mencapai autarki (swasembada ekonomi nasional) melalui kebijakan ekonomi proteksionis dan intervensionis.

Otoritarianisme dan nasionalisme yang ekstrem dalam fasisme seringkali bermanifestasi menjadi kepercayaan terhadap adanya kesucian ras atau ras unggul, yang biasanya berbumbu rasisme atau diskriminasi terhadap sekelompok "Kaum" atau "Orang lain" yang dianggap jahat, seperti Yahudi. Gagasan semacam ini telah memotivasi rezim fasis untuk melakukan genosida, pembantaian, pembunuhan massal, pemandulan paksa, dan deportasi paksa.
 
Fasisme Menurut Para Ahli
1. Reich, fasisme adalah bahwa paham atau ideologi fasisme diakibatkan oleh represi seksual dalam masyarakat yang otoriter serta terkekang.
2. Moore, fasisme merupakan cerminan dari kapitalisme yang berkembang seiring pengertian demokrasi kediktatoran yang tergantung pada aliansi kelas tuan tanah, buruh tani, dan borjuis perkotaan, di mana pertanian yang represif berkuasa.
3. Poluantzas, fasisme ialah paham atau pandangan yang dikarenakan oleh krisis ekonomi serta ideologi di dalam kelas penguasa.
4. Roger Griffin, fasisme merupakan bentuk revolusioner transkelas anti-liberal dan nasionalisme anti-konservatif yang dibangun di berbagai kompleks pengaruh teoritis dan budaya.
5. Robert O. Paxton, fasisme adalah paham sebagai keasyikan obsesif dengan degradasi dalam masyarakat, penghinaan atau menjadi korban. Artinya, bekerja dengan tidak nyaman atau gelisah bersama elite tradisional serta meninggalkan kebebasan demokratis dalam mengejar perluasan wilayah.

Sejarah Fasisme

Dari buku Fasisme oleh Kevin Passmore, berikut sejarah tentang fasisme.
Tahun 1919
Istilah 'fasis' pertama kali digunakan oleh Mussolini pada tahun 1919 dalam sebuah gerakan politik yang mengkombinasikan ultranasionalisme (paham nasionalisme yang berlebihan) dan permusuhan dengan paham kiri maupun dengan konservatisme yang saat itu berkuasa. Tiga tahun kemudian, Mussolini memegang kekuasaan sebagai pemimpin koalisi yang didukung oleh kalangan konservatif.

Tahun 1926
Pada tahun 1926 Mussolini mulai membangun secara penuh kediktatorannya. Pada saat itu juga, fasisme adalah paham yang dipuja secara luas oleh sebagian besar tokoh politik dan sastra yang terkemuka di luar Italia, yang tidak semuanya mendukung kelompok kanan.

Tahun 1939
Mulai periode tahun 1939, penaklukan sebagian besar wilayah Eropa oleh Nazi membuat orang-orang fasis dengan cepat menduduki kursi pemerintahan di negara-negara di mana mereka selalu menjadi oposisi, khususnya di Kroasia dan Rumania.

Nafsu Fasis dan Nazi yang tidak akan pernah terpuaskan untuk melakukan penaklukan menciptakan sebuah koalisi internasional yang pada akhirnya menghancurkan fasisme dengan mengorbankan jutaan orang yang meninggal, luka-luka, dan terusir dari kampung halamannya.

Ciri Fasis

Ciri utama fasis adalah glorifikasi negara dan kehendak pemimpinnya di atas segalanya. Dalam paham ini, individu dianggap sebagai bagian dari satu kesatuan yang lebih besar, dengan negara sebagai entitas yang mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Selain itu, terdapat beberapa ciri-ciri lain di antaranya
1. Tidak Percaya pada Kemampuan Nalar: Bagi fasisme, keyakinan yang bersifat fanatik dan dogmatik adalah sesuatu yang sudah pasti benar dan tidak boleh lagi didiskusikan.
2. Pengingkaran Derajat Kemanusiaan: Manusia tidaklah sama karena ketidaksamaan itu yang justru bisa mendorong munculnya idealisme mereka.
3. Kode Perilaku yang Didasarkan pada Kekerasan dan Kebohongan: Pada ideologi fasisme, jika ada pertentangan dengan kehendak negara, maka penentang adalah musuh yang harus dimusnahkan.
4. Pemerintahan oleh Kelompok Elit: Dalam prinsip fasis, pemerintahan harus dipimpin oleh segelintir elite yang lebih tahu keinginan seluruh anggota masyarakat. Jika terdapat pertentangan pendapat maka yang berlaku adalah pendapat kelompok elite tersebut
5. Totaliterisme: Untuk mencapai tujuannya, fasisme adalah total atau menyeluruh dalam menyingkirkan sesuatu yang dianggap "Kaum Pinggiran". Hal ini dialami kaum wanita di mana mereka hanya ditempatkan di wilayah 3 K yakni kinder (anak-anak), kuche (dapur), dan kirche (gereja).
6. Rasialisme dan Imperialisme: Menurut doktrin fasis, dalam suatu negara, kaum elite lebih yang lebih unggul dari dukungan masa dapat memaksakan kekuasaan kepada rakyatnya.
7. Berani Menantang Hukum dan Ketertiban Internasional: Jika konsensus Internasional diciptakan agar tercipta pola hubungan antar negara yang sejajar dan damai, maka hal itu berbanding terbalik dengan prinsip fasis yang menolak adanya persamaan.

Tujuan dan Sifat Fasisme

Tujuan dari fasisme mengusai wilayah yang diinginkan dalam menunjang kemakmuran negaranya. Fasisme membuat individu dan kelompok untuk senantiasa berpikir serta bertindak secara seragam. Sehingga para fasisme menggunakan kekuatan dan kemampuan disertakan dengan kekerasan bersama metode propaganda, bahkan sampai ke arah genosida untuk mencapai tujuannya.

Adapun beberapa sifat di dalam fasisme di antara,  
1. Rasisme
Rasisme yakni paham yang berdasarkan penggolongan ciri-ciri fisik di dalam masyarakat. Dengan kata lain,  hal ini bisanya sebagai wujud paham diskriminasi yang terjadi atas suku, agama, ras, dan golongan untuk tujuan untuk memusnahkannya ataupun mendominasi atas kekuasaan yang dimiliki pihak lainnya.

2. Militerisme
Fasisme bersifat militerisme. Artinya, pemerintahan yang didasari pada kekuatan militer. Oleh karena, perkembangan serta pemeliharaan militer ialah tujuan terpenting dari pengertian masyarakat, sehingga bagi masyarakat yang terlibat dalam dinas militer memperoleh perlakuan istimewa.

3. Ultra Nasionalis
Dalam fasisme, terwujud sifat ultra nasionalis atau istilah lainnya adalah sikap atau perilaku yang membanggakan negaranya sendiri dengan cara berlebihan dan merendahkan negara yang lain. Akibatnya akan memancing terjadinya berbagai contoh konflik rasial atau peperangan antar negara tersebut.

4. Imperialisme
Sifat terakhir dari fasisme adalah imperialisme. Imperialisme yakni dianggap sebagai sistem perpolitikan untuk menguasai seluruh dunia dalam melalui pemaksaan demi kepentingan diri sendiri yang dibentuk sebagai wujud hak memerintahnya.

Contoh Fasisme

Untuk contoh kajian dalam penerapan fasisme yang terjadi di berbagai negara dunia. Antara lain;
1. Jerman dengan Naziisme
Tujuan dari naziisme ialah kejayaan Jerman. Hitler bahkan menyebut dirinya sebagai Fuhrer yang artinya pemimpin. Ia mengatakan bahwa Jerman ditakdirkan untuk berkuasa atas bangsa-bangsa lain, artinya Jerman adalah ras arya.

2. Italia dengan faham Fasisme
Negara Italia dalam perang dunia I, termasuk dalam negara yang menang. Akan tetapi, keadaan dalam negerinya sangat buruk. Oleh sebab itu, muncullah golongan fasisme di Italia yang dipimpin oleh Benito Musollini, seorang bekas guru dan wartawan pada tahun 1919. Musollini berhasil menarik banyak pengikut dengan keahlian berpidatonya.

3. Jepang dengan militerisme
Semenjak zaman restorasi Meiji pada tahun 1868, kemajuan Jepang sudah terlihat. Tokoh tersebut adalah Mutsuhito atau Meiji Tenno. Ia melakukan inovasi dalam berbagai bidang dan salah satunya adalah bidang militer. Pembaharuan dalam susunan angkatan darat serta angkatan laut dengan berkiblat pada keadaan Jerman.

Adapun dalam kehidupan sehari-hari tercermin secara eksplisit atau implisit lewat lahirnya budaya populer dalam kehidupan sehari-hari. Budaya ini, yang salah satu kegemarannya akan kekerasan tercermin dalam film, kartun-kartun, konser musik, dan klip-klip musik, merupakan hasil dari ideologi fasisme.

Lebih dalam, media sebagai perantara untuk menyaksikan paham fasisme dalam kehidupan sehari-hari, selain contoh di atas, yang lebih ironis lagi, seperti penggemar sepak bola di Indonesia yang fanatik melakukan kericuhan sampai berujung pada kematian dalam suatu pertandingan sepak bola, anak-anak yang dengan santainya membunuh orangtuanya untuk memperoleh harta warisan.

Sumber
https://id.wikipedia.org/wiki/Fasisme
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5618950/fasisme-pengertian-sejarah-dan-ciri-cirinya
https://kumparan.com/ragam-info/pengertian-fasis-beserta-ciri-ciri-dan-sejarahnya-20pqcqNsnq7

Download

Baca Juga:

Materi Sosiologi SMA

Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 2: Permasalahan Sosial Akibat Pengelompokan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 3: Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)

Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 4: Membangun Harmoni Sosial (Kurikulum Merdeka)

Bab 4. Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian
1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.1 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.2 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.3 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment