SARA: Pengertian, Kategori, Dampak, dan Cara Mencegahnya

Table of Contents

Pengertian SARA

Pengertian SARA

SARA dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akronim dari suku, agama, ras, dan antargolongan. SARA merupakan pandangan ataupun tindakan yang didasari dengan pikiran sentimen mengenai identitas diri yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan.

Baca Juga: Pengertian Identitas Sosial, Teori, Komponen, Dimensi, dan Motivasinya

Tindakan yang digolongkan sebagai SARA adalah segala macam bentuk tindakan baik itu verbal maupun nonverbal yang didasarkan pada pandangan sentimen tentang identitas diri atau golongan. Pembicaraan mengenai SARA adalah pembicaraan yang cukup dihindari karena berhubungan dengan isu sensitif.

Meskipun, SARA sebenarnya bukanlah hal negatif. Dari laman Kemdikbud, SARA semestinya bisa dipahami sebagai sesuatu yang positif, sebab seluruh aktivitas manusia selalu mengandung atau berisikan SARA. Tidak ada aktivitas yang terlepas dari SARA di masyarakat.

Semua manusia memiliki suku, memiliki agama, memiliki ras, dan juga memiliki kelompok atau golongan masing-masing. SARA menjadi bukti bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya karena terdiri dari berbagai macam budaya dan adat istiadat.

Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri bahwa pembahasan SARA yang didasari karena sentimen negatif tentu bisa berpotensi untuk menimbulkan konflik. Oleh karena itu, diperlukan regulasi hukum serta tindakan pencegahan yang tepat untuk menghindari konflik berkepanjangan akibat SARA.

Kategori SARA

Tindakan yang menyinggung SARA terbagi menjadi tiga kategori di antaranya,
1. Kategori Individual
Kategori individual meliputi tindakan SARA yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang bersifat menyerang, melecehkan, menghina, dan mengintimidasi diri maupun golongan.

2. Kategori Institusional
Kategori institusional merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh sebuah institusi, termasuk institusi negara atau swasta yang secara sengaja dan tidak sengaja membuat peraturan diskriminatif terhadap sebuah golongan.

3. Kategori Kultural
Kategori yang terakhir ini meliputi penyebaran ide-ide diskriminatif serta mitos yang berhubungan dengan suatu golongan masyarakat. Penyebaran ide ini dapat berujung kepada konflik yang sulit untuk dihindari.

Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan dan tindakan tegas terhadap pelaku untuk menghindari tersebarnya isu negatif yang bisa menimbulkan perpecahan.

Dampak SARA

Dampak dari tindakan SARA adalah konflik antar golongan yang dapat menimbulkan kebencian dan berujung pada perpecahan. Contohnya pada kasus konflik Tragedi Sampit yang terjadi pada 2001 silam. Konflik ini terjadi antara Suku Dayak dan Suku Madura di mana SARA adalah biang dari masalahnya.

Contoh lain dari kasus SARA adalah Kerusuhan Mei 1998. Kerusuhan ini merupakan kerusuhan rasial terhadap etnis Tionghoa yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya di Ibu Kota Jakarta dan juga terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.

Kasus SARA yang cukup menggemparkan publik pada kurun waktu beberapa tahun ini adalah dikuaknya kasus sindikat penebar ujaran kebencian bernama Saracen. Polisi membongkar sindikat penebar ujaran kebencian bernama Saracen ini pada pertengahan 2017 lalu.

Cara Mencegah Konflik SARA

Dikutip dari buku Modul Belajar Alta School, beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah konflik SARA adalah sebagai berikut.
1. Tindakan Preventif
Tindakan preventif atau pencegahan dilakukan sebelum munculnya konflik. Salah satunya adalah dengan memberikan edukasi dan pemahaman mengenai keberagaman suku, budaya, dan agama yang terdapat di Indonesia.

Selain itu, bisa juga dilakukan dengan memupuk sikap toleransi, kerja sama, gotong royong, saling menghargai, dan menghormati antar sesama suku, agama, dan bangsa.

2. Tindakan Represif
Langkah kedua adalah dengan melakukan tindakan represif. Upaya ini dilakukan untuk menghentikan konflik yang telah terjadi. Salah satunya adalah dengan melakukan pembubaran paksa terhadap kelompok atau institusi yang melakukan tindakan diskriminatif, penangkapan pelaku yang melakukan tindakan tersebut, dan sebagainya.

Upaya tersebut bertujuan untuk menghentikan penyebaran ide-ide negatif dan diskriminatif tentang SARA sehingga tidak berlanjut ke konflik yang lebih besar.

3. Tindakan Kuratif
Langkah yang terakhir adalah dengan melakukan tindakan kuratif. Kuratif dilakukan sebagai upaya untuk menangani akibat dari konflik SARA. Tindakan menanggulangi ini dapat berupa pendampingan bagi korban kekerasan atau diskriminatif, melakukan kerja sama perdamaian, dan sebagainya.

Hal tersebut bertujuan untuk mencegah konflik yang sama terulang kembali.

Selain itu, terdapat beberapa sikap yang harus dikembangkan di antaranya,
1. Memahami Adanya Perlindungan Bagi Hak Warga Negara
Sebagai negara hukum, Indonesia juga menjamin akan memberikan perlindungan pada semua hak yang dimiliki warga negara. Contohnya, kalian bisa melihat Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945, pasal 28 E.

Berdasarkan Undang-Undang, Indonesia memberikan kebebasan pada masyarakatnya untuk memeluk agama dan beribadah sesuai kepercayaan dan keyakinan masing-masing.

2. Saling Menghargai dan Menghormati Keberagaman
Sikap yang bisa diterapkan di antaranya,
a. Menghormati dan menghargai orang yang memiliki suku, budaya, asal daerah, agama, atau golongan yang berbeda dari kita.
b. Bergaul dengan siapa saja tanpa melihat latar belakang suku, budaya, agama, dan golongan.
c. Mau mengenal dan mempelajari kebudayaan dan adat dari daerah lain.

3. Tidak Menyimpan Prasangka Buruk pada Orang Lain yang Berbeda
Seperti yang sudah diketahui, Indonesia merupakan negara dengan penduduk yang beragam. Dengannya, setiap orang tidak boleh memiliki prasangka buruk pada orang atau kelompok yang berbeda.

Baca Juga: Pengertian Prejudice, Perkembangan, Kategori, Ciri, Sumber, Faktor, Macam, Teori, dan Dampanya

4. Mengamalkan Nilai-Nilai Persatuan dan Kesatuan
Berikut ini terdapat beberapa contoh sikap pengamalan nilai-nilai persatuan dan kesatuan yang bisa diterapkan di antaranya,
a. Menguatkan dan mengembangkan prinsip Bhineka Tunggal Ika.
b. Meningkatkan rasa kekeluargaan, kebersamaan, musyawarah, gotong royong, dan lain-lain.
c. Menghindari sifat atau pandangan yang bisa memicu konflik, misalnya egoisme, ekstremisme, etnosentrisme, fanatisme, dan sebagainya.

Sumber:
https://www.detik.com/bali/berita/d-6560073/sara-adalah-definisi-tindakan-dan-cara-pencegahannya
https://www.liputan6.com/citizen6/read/3869107/sara-adalah-isu-sensitif-berikut-arti-dan-penjelasannya
https://kumparan.com/pengertian-dan-istilah/arti-sara-kategori-dan-cara-menghindari-konfliknya-21BxXrh1k3H
https://plus.kapanlagi.com/memahami-arti-sara-tindakan-yang-menyinggung-dan-cara-mencegah-konflik-golongan-579f37.html

Download

Lihat Juga:

Materi Sosiologi SMA

Materi Sosiologi Kelas XI (Fase F) CP 1:
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 1: Kelompok Sosial (Kurikulum Merdeka)
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 2: Permasalahan Sosial Akibat Pengelompokan Sosial (Kurikulum Merdeka)

Materi Sosiologi Kelas XI (Fase F) CP 2:
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 3: Konflik Sosial (Kurikulum Merdeka)
Materi Sosiologi SMA Kelas XI Bab 4: Membangun Harmoni Sosial (Kurikulum Merdeka)

1. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.1 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.2 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016)
3. Materi Sosiologi Kelas XI Bab 4.3 Konflik, Kekerasan, dan Perdamaian (Kurikulum Revisi 2016)
4. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 4. Konflik, Kekerasan, dan Upaya Penyelesaiannya (Kurikulum 2013)
5. Materi Sosiologi Kelas XI. Bab 2. Konflik dan Integrasi Sosial (KTSP)
6. Materi Ujian Nasional Kompetensi Konflik Sosial dan Integrasi Sosial     
7. Materi Ringkas Konflik Sosial dan Integrasi Sosial

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment