Konsumerisme: Pengertian, Sejarah Konsep, Penyebab, Ciri, dan Dampaknya

Table of Contents

Pengertian Konsumerisme

Pengertian Konsumerisme

Konsumerisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah:
1. gerakan atau kebijakan untuk melindungi konsumen dengan menata metode dan standar kerja produsen, penjual, dan pengiklan;
2. paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang (mewah) sebagai ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya; gaya hidup yang tidak hemat.

Pada mulanya konsumerisme merupakan sebuah gerakan perlindungan terhadap konsumen. Seiring berkembangnya filsafat materialisme dan positivisme, pandangan konsumerisme berkembang menjadi suatu konsumsi dengan teknologi modern yang bersifat boros.

Baca Juga: Pengertian Pemborosan, Sebab, Pemborosan dalam Pemerintahan, dan Upaya Pencegahannya

Saat ini, konsumerisme memiliki pengertian sebagai sebuah paham yang mendasari gaya hidup seseorang atau kelompok untuk menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan, tanpa sadar dan berkelanjutan.

Seseorang yang memiliki gaya hidup konsumerisme, biasanya melakukan pembelian barang-barang hanya didasari oleh keinginan dan tidak mempertimbangkan kebutuhan. Konsumerisme terbentuk melalui pembangunan pusat-pusat hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan di kota-kota besar.
 
Menurut Sosiolog Jean Baudrillard, konsumerisme adalah budaya konsumsi modern yang menciptakan hasrat untuk mengonsumsi sesuatu secara terus menerus. Inilah mengapa, konsumerisme kerap dikaitkan dengan istilah boros, hedon, serta glamour.

Baca Juga: Pengertian Hedonisme, Latar Belakang, Tokoh, Penyebab, Ciri, Jenis, dan Dampaknya

Dalam pandangan Baudrillard, seseorang yang memiliki gaya hidup konsumerisme biasanya ingin menunjukkan status sosialnya. Dengan kata lain, mereka berperilaku konsumtif bukan dengan orientasi kebutuhan, namun untuk lifestyle belaka.

Sejarah konsep Konsumerisme

Konsep konsumerisme mulai digagas oleh Walt Whitman Rostow melalui gagasan bahwa konsumsi secara berlebihan akan timbul pada tahap akhir pertumbuhan ekonomi. Hasrat dan minat masyarakat cenderung mengutamakan konsumsi dan kesejahteraan melalui sumber daya yang tersedia disertai dengan dukungan politik.

Perilaku konsumerisme disebarluaskan melalui penaklukan negara lain dan penguasaan terhadapnya. Pada tahap ini konsumerisme hanya mengutamakan kebutuhan primer. Setelahnya konsumerisme digunakan sebagai sarana untuk menciptakan negara yang sejahtera. Pada tahap ini diterapkan sistem perpajakan yang akan membagi rata kemakmuran dalam masyarakat.
 
Konsumerisme masih dianggap sebagai sebuah gerakan konsumsi selama periode 1890-1906. Pada periode tahun 1930-an, meningkatnya hasrat masyarakat untuk melakukan konsumsi secara besar-besaran membuat konsumerisme dipandang sebagai kegiatan pemborosan massal.

Selanjutnya, konsep ini mulai dibahas oleh Thorstein Bunde Veblen dalam buku The Theory of The Leisure Class dan oleh Stuar Chase dalam buku The Tragedy of Waste. Konsep konsumerisme kemudian kembali dibahas oleh John F. Kennedy pada bulan Maret 1962. Konsumerisme yang digagasnya berkaitan dengan kekurangan yang dimiliki pasar berkaitan dengan konsumen, pelayanan pasar dan kualitas produk di dalam pasar.

Dalam perkembangan selanjutnya, konsumerisme tidak hanya menjadi gejala ekonomi, tetapi juga menjadi gejala sosiologi dan psikologi. Konsumerisme menjadi suatu gerakan perlindungan dan pendidikan yang diwujudkan dalam bentuk lembaga konsumen. Lembaga ini menjadi perantara antara kepentingan produsen dan konsumen.

Di saat bersamaan, perkembangan konsumerisme sebagai suatu bentuk pemborosan menjadi lebih pesat. Ini merupakan akibat dari perkembangan selera konsumen yang cenderung boros dan kecenderungan produsen untuk melakukan produksi massal secara terus-menerus.

Faktor Penyebab Gaya Hidup Konsumerisme

Penyebab utama timbulnya paham konsumerisme adalah pemenuhan keinginan yang lebih besar dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan. Hal ini dipicu oleh beberapa faktor berikut di antaranya,
1. Kemajuan teknologi
Kemajuan teknologi merupakan salah satu faktor yang mempermudah seseorang melakukan gaya hidup konsumerisme. Contohnya, untuk memasarkan sesuatu, kini kita dapat menggunakan sosial media.

Ditambah lagi, kehadiran e-commerce juga membuat seseorang semakin mudah untuk membeli apa yang diinginkan. Hanya melalui smartphone, seseorang dapat membeli barang apapun dari manapun dengan mudah.

2. Globalisasi
Dengan adanya globalisasi, kini seseorang dapat dengan mudah mendapatkan beragam produk untuk memenuhi kepuasan individu. Baik itu berasal dari luar maupun dalam negeri, semuanya dapat diperoleh dengan mudah.

3. Trend gaya hidup
Saat ini, trend sudah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat yang tidak bisa dihindari. Trend menyebar luas ke segala kalangan masyarakat melalui berbagai platform, salah satunya adalah sosial media. Saat sudah viral, masyarakat akan dengan suka rela mengikuti dan menyebarluaskannya sehingga orang lain juga terpengaruh.

4. Budaya Pop
Selain sosial media, budaya pop juga menjadi media yang efektif dalam menyebarkan trend. Inilah mengapa, kini  sudah banyak brand yang berkolaborasi dengan artis maupun influencer untuk mendapatkan perhatian publik.

Baca Juga: Pengertian Influencer, Manfaat, Jenis, dan Tipsnya

Ciri Konsumerisme

1. Keinginan konsumen untuk tampak berbeda
Ciri pertama adalah adanya keinginan pembeli untuk memiliki barang yang beda atau tidak dimiliki orang lain. Alhasil, sikap pembeli akan mencari barang-barang mewah terbaru atau barang yang limited edition.

2. Kebanggaan terhadap penampilan dan kepemilikan barang
Kebanggaan erat dengan kepuasan terhadap diri sendiri. Perasaan ini menyebabkan seseorang membeli banyak barang/jasa, agar bisa dipamerkan ke orang lain hingga muncul rasa bangga pada diri sendiri.

3. Sekedar ikut-ikutan (pengikut)
Sifat konsumtif bisa muncul karena ada perasaan untuk mengikuti gaya dan penampilan orang lain. Misalnya, meniru gaya hidup selebriti, influencer, selebgram, dan lain-lain.

4. Agar menarik perhatian orang lain
Seseorang yang berperilaku konsumtif memiliki kecenderungan ingin terlihat menarik di hadapan orang lain, dalam hal gaya hidup. Mereka juga ingin menjadi pusat perhatian di depan umum.

Dampak Konsumerisme

Perilaku konsumerisme ini dalam praktiknya memiliki beberapa pengaruh negatif dan positif di antaranya,
1. Dampak Negatif
Selain menghasilkan gaya hidup boros, perasaan FOMO (Fear of Missing out) yang dihasilkan juga bisa memicu tekanan sosial. Karena tidak ingin ketinggalan trend, akhirnya seseorang rela melakukan apapun untuk memenuhi gaya hidup konsumtifnya, termasuk dengan berhutang.

Jika dilakukan secara masif, hal ini juga dapat berdampak pada pertumbuhan angka kemiskinan di masyarakat.

2. Dampak Positif dari Konsumerisme
Gaya hidup konsumerisme juga memiliki beberapa dampak positif di antaranya,
a. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Ketika sebuah barang atau jasa banyak diminati dalam suatu masyarakat, maka pemilik usaha akan memproduksinya lebih banyak. Alhasil, siklus pembelian dan penjualan pun berjalan lebih cepat. Secara tidak langsung, hal ini telah membantu mendorong pertumbuhan ekonomi sebuah negara.

b. Meningkatkan Kreativitas dan Inovasi Pelaku Bisnis
Tentunya, konsumen akan lebih tertarik terhadap produk baru yang lebih inovatif. Oleh karena itu, agar dapat bersaing di pasaran, seorang pelaku usaha akan terus berusaha untuk mengasah kreativitas dan menawarkan inovasi terbaru yang lebih menarik.

c. Penurunan Biaya Produksi
Seiring dengan minat yang tinggi, jumlah produksi barang pun juga akan semakin meningkat. Jika terdapat banyak barang untuk diproduksi, maka akan semakin rendah biaya yang dibutuhkan. Hal ini tidak hanya menguntungkan pelaku bisnis, namun juga konsumen. Sebab, harga jual barang tersebut nantinya akan menjadi lebih rendah. 

Baca Juga: Pengertian Biaya Produksi, Unsur, Tujuan, Jenis, dan Contohnya

d. Meningkatkan Jumlah Pekerja Lepas dan Wirausaha.
Semakin banyak barang, maka semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk membuatnya. Oleh karena itu, konsumerisme juga berdampak positif dalam mendorong orang-orang untuk menjadi pekerja lepas dan wirausaha.

Dengan begini, tidak hanya masalah permintaan barang-barang saja yang akan terselesaikan, namun juga jumlah pengangguran di suatu negara.

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Konsumerisme
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/12/29/gaya-hidup-konsumerisme
https://finance.detik.com/solusiukm/d-6353639/konsumerisme-adalah-ciri-dampak-dan-contohnya

Download

Lihat Juga:

Materi Sosiologi SMA

Semester 1
Bab 1. Perubahan Sosial dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1.1 Perubahan Sosial dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1.2 Perubahan Sosial dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1.3 Perubahan Sosial dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

4. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1.4 Perubahan Sosial dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
5. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1.5 Perubahan Sosial dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
6. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 1.6 Perubahan Sosial dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Masyarakat (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

Bab 2. Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 2.1 Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 2.2 Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 2.3 Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
4. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 2.4 Globalisasi dan Perubahan Komunitas Lokal (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

Semester 2
Bab 3. Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.1 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.2 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 3.3 Ketimpangan Sosial sebagai Dampak Perubahan Sosial di Tengah Globalisasi (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

Bab 4. Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas
1. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.1 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016)
2. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.2 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
3. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.3 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)
4. Materi Sosiologi Kelas XII Bab 4.4 Kearifan Lokal dan Pemberdayaan Komunitas (Kurikulum Revisi 2016) (Lanjutan)

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment