Styrofoam: Pengertian, Sejarah, Kelebihan, Dampak, dan Daur Ulangnya
Table of Contents
Styrofoam |
Pengertian Styrofoam
Stirofoam adalah bahasa sehari-hari yang merujuk pada bahan yang biasanya berwarna putih dan dibuat dari busa polistirena (EPS) yang diperluas (tidak tertekan keluar). Bahan ini sering digunakan dalam wadah makan, cangkir kopi, dan sebagai bahan bantalan dalam pengemasan. Styrofoam memiliki nilai ekonomis yang tinggi karena dapat di daur ulang, murah dan praktis.Selain manfaatnya, styrofoam merupakan salah satu jenis dari zat polystyrene (PS) yang menimbulkan bahaya dan telah digunakan lebih dari tujuh dekade untuk berbagai keperluan. Proses pembuatan styrofoam melibatkan pencampuran gelembung udara sehingga dapat mengembang dan memiliki berat yang ringan seperti busa.
Sejarah
Tempat makan dari busa polistiren ini diproduksi dengan menyuntikkan expanded polystyrene foam (EPS foam) atau busa polistiren yang diperluas ke dalam cetakan. Pada awal tahun 1940-an, EPS ditemukan oleh Ray McIntire dari The Dow Chemicals Company. McIntire menemukannya setelah melakukan percobaan dengan meniupkan gas ke dalam adonan panas polistiren atau PS. Dalam prosesnya, pencampuran gelembung udara mengembang dan membuatnya menjadi ringan seperti busa hingga terciptalah EPS. Jadi, styrofoam yang dikenal masyarakat merupakan varian polistirena, di mana 95% volumenya dipenuhi udara.
Kelebihan
Kemasan berbahan busa EPS sangat ringan, bahkan 30 kali lebih ringan daripada polistirena biasa. Kemasan makanan dari busa ini juga kedap air, mampu menyerap guncangan dan berbiaya rendah. Selain itu, kemasan makanan berbahan busa EPS tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah dan memiliki ruang antarbutiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik.
Dengan demikian, makanan dan minuman panas yang disimpan dalam kemasan dari busa EPS dapat relatif terjaga suhunya. Selain itu, berikut beberapa kelebihan kemasan styrofoam bagi penggunanya di antaranya,
1. Harga yang Terjangkau
Jenis kemasan yang satu ini memiliki harga yang murah, sehingga bisa lebih menghemat pengeluaran saat melakukan pemesanan kemasan. Dengan harga yang ekonomis, Anda juga bisa menyetok produk kemasan ini dalam jumlah banyak, namun tetap hemat. Cocok bagi Anda yang memiliki budget terbatas.
2. Bagus Menjaga kualitas Makanan
Produk yang satu ini juga memiliki bobot yang ringan serta memiliki insulasi panas yang baik. Belum lagi, styrofoam juga memiliki bentuk yang kokoh.
3. Dapat Didaur Ulang
Jenis kemasan dari bahan styrofoam dapat didaur ulang menjadi jenis barang yang baru. Beberapa barang baru yang dimaksud antara lain adalah absorber sulfur, kemasan polistirena untuk elektronik, hingga beton ringan.
Dampak
Bahaya LimbahDibalik manfaat ekonomis yang dimiliki styrofoam, ternyata limbah yang dihasilkan sulit untuk dihancurkan dan mampu bertahan hingga ratusan tahun tanpa terurai secara alami.
Styrofoam dapat dimasukkan dalam kelompok plastik dan mengandung berbagai zat kimia yang berbahaya bagi manusia, di antaranya benzene dan styrene. Apabila manusia terpapar zat beracun tersebut, maka risiko kanker akan meningkat.
Berikut dampak dari bahaya styrofoam bagi lingkungan dan makhluk hidup di antaranya,
1. Merusak Lapisan Ozon. Bahan pembuatan styrofoam juga mengandung Polistirena dan gas CFC (freon) yang dapat merusak lapisan ozon.
2. Limbah Kelima Paling Berbahaya di Dunia. WHO (World Health Organization) dan EPA (Environmental Protection Association) memasukkan styrofoam dalam kategori benda yang memiliki kandungan tidak sehat.
3. Mengandung 57 Jenis Zat Berbahaya. Dalam proses pembuatan styrofoam akan menimbulkan polusi udara berupa bau tidak sedap dan dapat mengganggu pernapasan. Dalam polusi yang dihasilkan tersebut, terkandung 57 macam zat berbahaya bagi makhluk hidup.
4. Merusak Lingkungan. Karena sulit terurai secara alami, sampah dari styrofoam dapat mencemari lingkungan seperti pencemaran tanah dan pencemaran air.
5. Menghasil Gas Beracun. Masih berkaitan dengan sulitnya styrofoam terurai secara alami, maka untuk mengurainya diperlukan teknologi tinggi dan mahal. Banyak masyarakat yang menghancurkannya dengan cara dibakar, namun justru akan menimbulkan bahaya baru berupa emisi beracun dan gas karbon yang beracun.
6. Meningkatkan Risiko Kanker. WHO (World Health Organization) telah memberikan pernyataan bahwa benzene dan styrene (bahan pembuan styrofoam) bersifat karsiogenik dan dapat menyebabkan tumbuhnya sel kanker di dalam tubuh manusia jika kandungan di dalam tubuh melebihi 5000 ppm.
Daur Ulang
Polistirena tidak dapat terurai secara alami. Alih-alih terurai seluruhnya, dari waktu ke waktu, polistirena pecah menjadi potongan-potongan kecil dan bertahan di lingkungan selama ratusan tahun. Para ahli percaya bahwa mungkin diperlukan antara 500 dan 1 juta tahun bagi polistirena untuk terurai secara alami. Polistirena yang amat ringan dan mudah terbang tergolong sebagai objek yang sulit dibersihkan dari lingkungan. Polistirena dengan mudah lolos dari sistem pengumpulan sampah dan akhirnya terakumulasi di darat dan di air karena mudah tertiup angin.
Meski demikian, polistirena dapat didaur ulang menjadi bahan baku aneka produk daur ulang, misalnya gantungan baju, pembungkus bungkus busa dan kotak cakram padat. Langkah pertama dalam daur ulang adalah pengumpulan limbah busa EPS, yang harus dipisahkan dari bahan plastik lainnya.
EPS yang terkumpul lantas diangkut ke pabrik daur ulang. Di sini, busa EPS dibuat menjadi butiran, dicuci dan diekstrusi untuk menghasilkan polistirena untuk digunakan kembali.
Daur ulang polistirena memakan biaya yang tinggi dan cukup rumit. Alasan pertama, polistirena amat ringan sehingga ongkos memindahkannya dalam volume besar memerlukan banyak biaya. Kedua, sampah polistirena yang telah digunakan untuk menyimpan makanan harus dibersihkan secara menyeluruh demi alasan kesehatan.
Hal tersebut tentunya menambah biaya daur ulang. Karena itu, umumnya daur ulang polistirena tidak digunakan untuk membuat kemasan makanan atau minuman, namun untuk barang-barang lain. Produsen kemasan makanan selalu memproduksi polistirena baru sehingga jumlah sampah polistirena di alam terus bertambah. Tambah lagi, saat ini, lebih murah menghasilkan produk busa EPS baru daripada mendaur ulangnya.
Dari berbagai sumber
Post a Comment