Silvikultur: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Tahapan, dan Jenisnya
Table of Contents
Silvikultur |
Pengertian Silvikultur
Silvikultur dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah ilmu tentang pembudidayaan pohon hutan atau ilmu pembinaan hutan, misalnya tentang penanaman, pemeliharaan, pelestarian hutan, dan merupakan dasar dari ilmu kehutanan. Studi mengenai hutan dan kayu disebut dengan silvologi. Silvikultur berfokus pada perawatan tegakan hutan untuk menjamin produktivitas.Sistem silvikultur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Kehutanan adalah sistem budidaya Hutan atau sistem teknik bercocok tanaman Hutan mulai dari memilih benih atau bibit, penyemaian, penanaman, pemeliharaan tanaman, perlindungan hama, dan penyakit serta pemanenan.
Silvikultur merupakan perpaduan antara ilmu dan seni menumbuhkan hutan, dengan berdasarkan ilmu silvika, yaitu pemahaman mengenai sifat-sifat hidup jenis-jenis pohon serta interaksinya dalam tegakan, dan penerapannya dengan memperhatikan karakteristik lingkungan setempat.
Perbedaan yang mencolok antara silvikultur dan kehutanan adalah pada cakupannya, yakni silvikultur diaplikasikan pada aras tegakan, sedangkan kehutanan lebih umum sifatnya. Keseluruhan cara pandang dan rangkaian tindakan dalam mempermudakan, merawat, hingga memanen suatu tipe hutan, dikenal sebagai sistem silvikultur.
Tujuan Silvikultur Hutan
Tujuan dari sistem budidaya hutan adalah tercukupinya kebutuhan hasil hutan, baik berupa kayu dan non kayu. Hasil hutan berupa kayu yang memiliki nilai ekonomis tinggi, antara lain jati, mahoni, ulin, gaharu dan sebagainya. Sedangkan hasil hutan non kayu, seperti madu lebah hutan, getah, dan lainnya.Fungsi dan Tahap Silvikultur
Sistem ini memiliki prioritas untuk mencapai pengelolaan hutan secara lestari, dengan tahap di antaranya,1. Kontrol
Kegiatan kontrol dalam budidaya hutan adalah aktivitas mengamati dan menganalisa, apakah pada hutan tersebut diperlukan tindakan silvikultur atau tidak. Pertimbangan secara ekonomi juga harus diperhitungkan, agar biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan budidaya hutan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar.
2. Fasilitasi
Kegiatan budidaya hutan yang dilakukan setelah kegiatan kontrol. Fasilitasi merupakan tindakan penyiangan, pemberian pupuk, pemangkasan, dan tindakan lainnya. Tujuan dari kegiatan ini agar pohon dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.
3. Perlindungan
Perlindungan diperlukan agar tanaman hutan tidak terkena serangan hama dan penyakit dengan cara melakukan pencegahan dan perbaikan.
4. Fungsi Penyelamatan
Penyelamatan adalah kegiatan untuk menghilangkan berbagai macam gangguan yang terjadi pada hutan. Misalnya pemadaman hutan ketika terjadi kebakaran, penghilangan hama dan penyakit.
Kegiatan pada sistem silvikultur pada dasarnya meliputi tahap-tahap berikut di antaranya,
1. Permudaan
Permudaan hutan adalah usaha memperbarui tegakan hutan dengan cara menanam pohon baru. Metode permudaan, spesies yang ditanam, serta kepadatan tegakan pohon dipertimbangkan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai. Permudaan dapat dibedakan atas permudaan alami dan permudaan buatan.
Permudaan buatan menjadi metode yang paling umum dalam menanam. Sebab, metode ini lebih dapat diandalkan dibandingkan regenerasi alami. Penanaman dapat menggunakan semai (bibit), stek, atau benih.
Regenerasi secara alami adalah permudaan hutan dengan memanfaatkan biji dari pohon-pohon induk yang tersisa, semai akar atau terubusan dari tunggak. Konifer melakukan regenerasi melalui biji, sedangkan sebagian jenis pohon berdaun lebar dapat memperbanyak spesiesnya melalui terubusan akar atau tunggak.
2. Perawatan Hutan
Pengayaan (enrichment) adalah upaya meningkatkan kepadatan tegakan hutan dengan melakukan penanaman di hutan yang telah tumbuh. Istilah pengayaan digunakan jika jenis tanaman yang ditanam berbeda dengan jenis-jenis pohon yang telah ada. Sedangkan jika jenisnya sama, maka disebut dengan penyulaman atau penyisipan.
Penjarangan (thinning) adalah kegiatan mengendalikan jumlah pohon pada area tertentu, misalnya dengan menebang pohon yang tumbuh tidak normal atau kualitas kayu yang buruk, sehingga memberi ruang lebih kepada pohon lain yang sehat.
Tindakan ini bukan untuk menyediakan ruang untuk menanam kembali, melainkan sebagai seleksi untuk menebang pohon tertentu maupun secara mekanis dengan pola tertentu. Penjarangan juga dilakukan dengan tujuan ekologi, seperti untuk melestarikan spesies tertentu dan bukan hanya hasil kayu. Penjarangan berulang kali dapat menjaga kadar karbon dalam tanah lebih baik dibandingkan metode tebang habis kemudian ditanam kembali.
Pemangkasan (pruning) dalam silvikultur adalah pemotongan cabang terendah dari suatu pohon yang tidak produktif dalam proses fotosintesis dan mencegah perkembangan mata kayu. Kayu yang terbebas dari mata kayu memiliki nilai jual yang lebih tinggi.
Jenis Sistem Silvikultur
Di Indonesia dikenal beberapa sistem silvikultur di antaranya,1. Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Sama seperti sistem silvikultur yang lain, sistem ini meliputi cara penebangan dan permudaan hutan. Sistem silvikultur ini merupakan perpaduan antara tebang pilih Filipina (selective logging), penyempurnaan hutan dengan tanaman pengayaan (enrichment), pembinaan permudaan dengan penebasan tumbuhan pengganggu, dan penerapan batas minimum diameter di Indonesia.
Berbagai pertimbangan dalam diterapkannya sistem silvikultur ini di antaranya,
a. Azas kelestarian hutan, azas ini diterapkan agar kelestarian produksi dan kelestarian ekosistem dapat tercapai sehingga pengusahaan tetap berjalan dan fungsi ekosistem tetap terjaga dengan baik.
b. Teknik silvikultur, teknik silvikultur yang digunakan disesuaikan dengan tipe hutan, sifat-sifat tumbuhan, dan kondisi ekologi.
c. Memungkinkan pengusahaan hutan yang mendapatkan keuntungan dan memungkinkan pengawasan yang efektif dan efisien.
Sistem Silvikultur ini memiliki prinsip dasar dalam
a. Rotasi tebang
b. Adanya tanaman pengayaan
c. Pembatasan diameter minimum tebangan
d. Adanya pohon inti
e. Melakukan pencegahan erosi dan pengamanan hutan
2. Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (TPTJ)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 309/kpts-II/1999 tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanam Pokok dalam Pengelolaan Hutan Produksi, TPTJ (Tebang Pilih Tanam jalur) adalah sistem silvikultur yang meliputi cara tebang pilih dengan batas diameter 40 cm diikuti permudaan buatan dalam jalur.
Sistem silvikultur TPTJ mengharuskan melakukan penanaman pengayaan pada areal kerja bekas tebangan secara jalur dengan aturan jarak tanam antar jalur 25 m dan jarak tanam antar pohon 5 m. Ruang antar jalur yang dibuat bertujuan untuk memperkaya keanekaragaman hayati sehingga kelestarian ekosistem cukup terjaga.
Kelebihan sistem silvikultur ini dibandingkan dengan TPTI adalah kelestarian produksi yang lebih terjamin karena mekanisme kontrol lebih mudah dilakukan dan lebih optimal.
3. Tebang Rumpang (TR)
Rumpang adalah bentuk ruang terbuka yang merupakan hasil dari penebangan kelompok vegetasi berbentuk melingkar dengan ukuran 1-2 kali tinggi pohon tepinya. Pemanenan tebang rumpang adalah tebangan berdasarkan kelompok pohon di dalam bentuk rumpang.
Tujuan dari sistem silvikultur ini adalah untuk meningkatkan produktivitas hutan alam tegakan tidak seumur melalui tebang kelompok dan memanfaatkan ruang tumbuh dalam rumpang untuk meningkatkan riap pertumbuhan sehingga memperoleh kelestarian produksi.
Prinsip-prinsip sistem silvikultur ini adalah
a. Menciptakan ruang tumbuh yang optimal
b. Satuan rumpang sebagai unit perlakuan silvikultur
c. Mempertahankan keanekaragaman hayati
d. Digunakan untuk tegakan tidak seumur
e. Teknik pemanenan dengan tebang kelompok rumpang yang terdapat satu jalan sarad sistematis menuju TPn
f. Unit manajemen terkecil adalah TPn
4. Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB)
Sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) adalah suatu sistem silvikultur yang meliputi cara penebangan dan cara permudaan kembali. Sistem silvikultur ini biasa diterapkan dalam hutan tanaman untuk kebutuhan industri. Dengan menggunakan sistem silvikultur ini akan tercipta hutan seumur yang memiliki kualitas tinggi untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri.
Dari berbagai sumber
Post a Comment