Kompos: Pengertian, Bahan, Syarat, Proses Pembuatan, Jenis, Dampak, Manfaat, Kelebihan, dan Kekurangannya
Table of Contents
Kompos |
Pengertian Kompos
Kompos dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pupuk campuran yang terdiri atas bahan organik (seperti daun dan jerami yang membusuk) dan kotoran hewan. Kompos merupakan hasil penguraian yang tidak lengkap (parsial) dari bahan-bahan organik yang kemudian dipercepat oleh beberapa jenis bakteri atau mikroba dalam kondisi tertentu.Hasil dari dekomposisi organik, seperti sisa tanaman, hewan, dan bahan organik lainnya tersebut kemudian dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki struktur tanah, serta kehidupan mikroorganisme yang hidup pada lingkungan tersebut. Kompos juga berperan untuk meningkatkan daya ikat air terhadap tanah dan memperbaiki sifat tanah lainnya.
Bahan Kompos
Bahan baku pembuatan kompos masing-masing memiliki sifat fisik, biologi dan kimia. Sifat fisik bahan organik berperan terhadap sifat fisik tanah seperti memperbaiki aerasi tanah, merangsang granulasi dan meningkatkan daya ikat air.Sifat biologi bahan organik berpengaruh terhadap aktivitas mikroorganisme yang manfaat untuk fiksasi nitrogen dan pertukaran hara. Sedangkan sifat kimia bahan organik berpengaruh terhadap kapasitas tukar kation yang meningkat dan berpengaruh terhadap serapan unsur hara tumbuhan.
Jenis bahan organik yang dapat dioleh menjadi pupuk kompos di antaranya,
1. Limbah dan residu tanaman
2. Pupuk hijau
3. Limbah dan residu ternak
4. Sekam padi
5. Gulma
6. Penambat nitrogen seperti jerami
7. Seluruh bagian vegetatif tumbuhan
8. Kotoran padat hewan
9. Sisa pakan ternak
10. Limbah ternak cair
11. Mikroorganisme
12. Mikoriza dan rhizobium
Selain daftar tersebut, bahan alami lain yang dapat dikomposkan adalah sayuran, buah, rumput, dedaunan, serta limbah organik rumah tangga. Bahan-bahan yang mengandung selulosa seperti kertas, sisipan kayu, daun kering, jerami dan pohon merupakan bahan yang memiliki struktur sekuler yang terdiri dari lignin dan selulosa dengan kadar air rendah.
Limbah protein yang terdiri dari kotoran ternak juga menjadi bagian terbaik untuk kompos karena mengandung protein dan nutrisi yang baik untuk tanaman.
Syarat Pembuatan Kompos
Sebelumnya telah dijelaskan, bahwa pupuk kompos dapat dibuat sendiri baik dalam skala kecil maupun dalam skala besar. Pengomposan dilakukan dengan memanfaatkan sampah organik dan jenis bakteri tertentu untuk mempercepat pembusukan. Sehingga dari sanalah muncul kompos yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Pembuatan kompos membutuhkan beberapa persyaratan agar berjalan baik di antaranya,
1. Tempat dan Bangunan Layak
Tempat merupakan sebuah hal yang harus diperhatikan dalam pengomposan. Bangunan untuk membuat kompos itu sendiri sebisa mungkin dibuat dengan mekanisme yang baik. Biasanya bangunan untuk kompos dapat dibuat dari bambu atau kayu, sementara bagian atapnya bisa juga dengan atap rumbia. Sebisa mungkin, bangunan harus tahan bocor dan tahan terhadap limpasan air hujan.
2. Kadar Air 60%
Syarat berikutnya adalah kadar air. Kadar air sebisa mungkin dipertahankan pada angka 60%. Tujuannya adalah agar bakteri pengurai mampu bekerja dengan baik. Bakteri inilah yang akan mempercepat proses pengomposan. Jika dalam prosesnya kompos terlihat kering, maka tambahan air perlu diberikan agar kadar air tetap terjaga di 60%.
3. Suplai Oksigen
Tidak hanya air, oksigen pun juga perlu diperhatikan. Karena bakteri pengomposan akan bekerja dengan baik pada kadar oksigen yang baik juga. Jika tidak, maka proses pengomposan akan berjalan kurang efisien.
4. pH Kompos (Basa)
Selain air dan oksigen, sifat keasaman dari kompos juga harus dilihat dan diperhatikan. Pada dasarnya pH kompos itu bersifat basa. Sehingga pH dalam proses pengomposan tidak boleh menjadi asam. Maka dari itulah abu dapur atau kapur dibutuhkan dalam proses pengomposan, tujuannya adalah agar pH kompos tetap basa.
5. Tinggi Tumpukan Kompos
Tinggi tumpukan kompos perlu dibuat minimal 1 meter. Tujuannya agar kompos tetap memiliki suhu yang ideal untuk proses penguraiannya.
Proses Membuat Pupuk Kompos
Pupuk kompos terbuat dari bahan-bahan alami, seperti kotoran hewan, daun-daunan, dan lain sebagainya melalui proses pengomposan. Proses pengomposan perlu dilakukan dengan bahan dan mekanisme tertentu. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat 1 ton kompos, antara lain:a. 100 kg arang sekam
b. 20 kg kaptan (gamping atau dolomit)
c. 400 kg jerami padi
d. 400 kg kotoran ternak
e. 5 kg mikroorganisme pengurai (Orgadec)
f. 80 kg serbuk geraji
Berikut beberapa langkah pembuatan kompos di antaranya,
1. Mengumpulkan semua bahan dan mempersiapkan peralatan untuk membuat kompos.
2. Mencampurkan 5 kg mikroorganisme pengurai dengan 10 kg arang sekam.
3. Mencampurkan jerami padi, arang sekam, serbuk gergaji, kotoran ternak, kaptan, kemudian mengaduk semua bahan hingga merata.
4. Jika bahan kompos kering, maka menambahkan air diperlukan hingga kadarnya mencapai 60%. Lalu bagaimana cara menakar kadar air yang 60% itu? Cara tradisional yang bisa dilakukan adalah dengan tes sederhana. Genggam adonan kompos dengan tangan, kemudian lepaskan. Jika ketika dilepaskan, adonan kompos masih berbentuk genggaman tangan (tidak buyar), maka itu tandanya adonan kompos sudah memiliki kelembaban 60%.
5. Cara menata kompos pun perlu diperhatikan. Pertama, hamparkan bahan kompos kira-kira setebal 10 cm di tempat yang sudah disediakan. Kemudian mikroorganisme pengurai ditaburkan di bagian atasnya. Tumpuk lagi dengan adonan kompos berikutnya, juga dengan tebal 10 cm. Lalu taburi lagi dengan mikroorganisme pengurai. Cara ini diulang terus hingga adonan kompos mencapai ketinggian minimal 1 meter.
6. Tumpukan kompos kemudian diberikan penutup yang rapat. Tujuannya adalah untuk menjaga proses pengomposan tetap konsisten, dan juga suhu dan kelembapannya.
7. Pada hari kedua setelah proses di atas dilaksanakan, pengecekan suhu perlu dilakukan. Jika suhu meningkat dari sebelumnya, maka itu artinya proses pengomposan berjalan dengan baik.
8. Kemudian setiap 7 hari atau 1 pekan, kompos perlu dibalik. Tujuannya adalah untuk menambah suplai oksigen. Jangan lupa juga untuk mengecek kelembabannya. Jika kompos kering, maka pemberian air perlu dilakukan agar tetap memiliki kelembaban 60%.
9. Tanda bahwa proses pengomposan berakhir adalah suhu adonan yang mengalami penurunan, yaitu di bawah 30 derajat Celcius. Tutup rapat kembali dengan plastik. Di hari ke-21, proses pembalikan dilakukan dua kali. Kemudian suhu perlu dicek kembali di hari tersebut. Tidak hanya itu, warna kompos pun perlu dicek. Biasanya menjadi cokelat tua kehitaman.
10. Kompos bisa disaring dengan saringan kawat, kemudian dimasukkan ke dalam karung. Penyimpanan kompos perlu dilakukan di ruangan yang terhindar dari hujan dan juga sinar matahari langsung.
Faktor Keberhasilan
Agar pembuatan kompos berhasil, maka perlu diperhatikan faktor-faktor berikut di antaranya,1. Rasio C/N
Mikroorganisme pengurai bahan organik membutuhkan karbon dan nitrogen sebagai energi untuk pertumbuhan dan pembentukan protein. Diperlukan rasion C/N sebesar 20:1 hingga 30:1 agar pengomposan berhasil.
Nilai C/N bahan organik diusahakan sama atau mendekati nila C/N dalam tanah agar pupuk dapat diserap oleh tanaman. Umumnya kita perlu menurunkan kadar C/N sampah organik menjadi kurang dari 20 agar sama dengan C/N tanah. Selain itu, kadar C/N yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap proses pengomposan yang semakin lama.
2. Ukuran Partikel
Semakin kecil dan homogen ukuran partikel, maka proses pembuatan kompos semakin cepat. Ukuran partikel kecil dan homogen memiliki luas permukaan yang lebih luas dibanding partikel berukuran besar. Ukuran partikel yang ideal adalah 5 hingga 10 cm, sehingga mikroorganisme dekomposer lebih cepat menghancurkan bahan-bahan organik.
3. Aerasi
Agar pengomposan berjalan lancar, maka dibutuhkan suplai oksigen atau aerasi yang baik. Bakteri mikroba memerlukan sirkulasi oksigen selama proses penguraian. Oleh sebab itu, diperlukan pembalikan timbunan bahan organik ketika proses penguraian agar bakteri mendapat oksigen dan menjangkau ke seluruh bahan kompos.
4. Porositas
Porositas adalah ukuran ruang kosong di antara tumpukan materian bahan organik. Besaran dan banyaknya rongga dalam proses pengomposan berguna untuk mengalirkan pasokan oksigen agar sampah tidak jenuh. Pengomposan juga dapat terganggu jika rongga-rongga tersebut terisi air.
5. Kelembaban
Kelembaban bahan organik memberikan pengaruh terhadap proses pengomposan. Timbunan bahan pupuk harus selalu lembab agar mikroorganisme tetap hidup. Kandungan lengas yang digunakan antara 50% hingga 60% karena kelembaban harus sesuai, tidak lebih maupun kurang.
Kelebihan kadar air akan menyebabkan volume udara berkurang sehingga aerasi terganggu, sedangkan kekurangan kadar air akan menghentikan aktivitas mikroba pengurai.
6. Suhu
Dalam proses pengomposan, suhu memegang peranan penting agar proses dekomposisi berhasil. Proses penguraian akan menyebabkan peningkatan suhu hingga 70%. Hal itu dipengaruhi oleh volume timbunan terhadap permukaan sehingga diperlukan penentuan ketinggian timbunan bahan organik.
Semakin tinggi volume sampah terhadap permukaan, maka semakin tinggi suhu panas yang terisolasi dan membuat proses pengomposan menjadi lebih cepat.
7. pH
Seluruh bahan organik ber-pH 3 sampai 11 dapat dijadikan pupuk kompos, namun idealnya adalah bahan dengan ph 5,5 sampai 8. Kondisi ini sesuai dengan mikroorganisme yang lebih menyukai pH netral, sedangkan jamur yang menyukai pH asam. Dalam proses pengomposan, pH akan berubah mulai dari awal yang bersifat asam kemudian menjadi netral pada tahap akhir pengomposan.
8. Unsur Hara
Kandungan hara dari bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kompos juga perlu diperhatikan. Semakin kaya kandungan hara makan aktivitas mikroba dalam proses dekomposisi semakin cepat dan lebih bermanfaat bagi tanaman.
9. Bahan Berbahaya
Tidak menutup kemungkinan jika bagan alami yang akan dijadikan kompos mengandung unsur berbahaya. Kita perlu memilah dan menghindarkan pengomposan dari bahan berbahaya yang sulit diuraikan, seperti plastik, batu, logam dan bahan lain yang bersifat racun dan tercemar.
10. Lama Pengomposan
Lama pembuatan kompos dipengaruhi oleh jenis bahan yang digunakan, proses pengolahan serta jenis mikroba dalam proses dekomposisis. Setidaknya diperlukan waktu 2 hingga 3 bulan untuk menghasilkan pupuk kompos berkualitas baik.
Pengomposan Aerobik
Pengomposan secara aerobik melalui tiga tahapan, yaitu tahap mesofiliki, termofilik dan pendinginan. Saat tahapan mesofilik, suhu bahan akan naik 40oC karena pembentukan asam oleh bakteri dan fungi.Kemudian akan masuk tahapan termofilik dengan suhu antara 40oC hingga 70oC oleh bakteri dan fungi termofilik. Pada suhu tersebut, terjadi proses stabilisasi dan degradasi secara maksimal.
Selanjutnya memasuki tahap pendinginan di mana proses ini terjadi karena aktivitas mikroba menurun serta terjadi pertukaran mikroba termofilik dengan mesofilik. Pada proses pendinginan, air dari bahan-bahan kompos akan menguap, terjadi stabilisasi pH dan penyempurnaan pembentukan asam humat.
Setelah melalui 3 tahap tersebut, maka kompos telah stabil dan menjadi pupuk organik sempurna.
Kualitas Kompos Terbaik
Kualitas pupuk kompos yang baik ditentukan oleh kematangan kompos. Kompos yang berkualitas memiliki sifat-sifat sebagai berikut di antaranya,1. tidak berbau
2. tekstur remah
3. warna kehitaman karena kandungan hara tinggi
4. pH > 5
5. rasio C/N < 20
6. rendah toksik
7. tinggi kandungan mikroba yang menguntungkan, seperti termofiliki dan aktinomucetes sebagai pengendali penyakit tumbuhan
Mutu kompos yang baik juga dipengaruhi oleh bahan baku dan proses pengomposan. Bahan baku yang baik dan pembuatan kompos yang baik akan menghasilkan kompos berkualitas tinggi. Selain itu, pastikan kompos tidak tercemar oleh zat logam berat, seperti merkuri, seng, kromium, dan kadmium serta bahan kimia seperti pestisida
Jenis Kompos
Kompos dapat dibedakan menjadi beberapa jenis. Berbagai jenis kompos yaitu di antaranya kompos cacing, bagase, dan bokashi.1. Kompos Cacing
Kompos cacing merupakan kompos yang dihasilkan melalui kerja sama antara mikroorganisme dan cacing tanah dalam mekanisme proses penguraian bahan organik. Kehadiran cacing tanah membantu proses penguraian bahan-bahan organik yang kemudian akan diurai kembali oleh mikroorganisme.
Kompos cacing dikenal juga sebagai casting. Casting mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan bagi tanaman seperti fosfor, nitrogen, mineral, dan vitamin. Selain itu, nilai C/N dari casting ini kurang dari 20 sehingga dapat digunakan untuk pemupukan.
2. Kompos Bagase
Kompos bagase merupakan pupuk yang berasal dari ampas tebu hasil limbah padat industri pabrik gula. Limbah bagase mempunyai potensi yang besar sebagai bahan organik untuk meningkatkan kesuburan tanah.
Limbah bagase dapat diolah menjadi pupuk dan diaplikasikan kembali ke tanah untuk menyuburkan tanah dan membantu proses pertumbuhan tanaman tebu. Namun dalam proses pembuatannya diperlukan waktu cukup lama dan perlakuan yang khusus seperti penambahan mikroorganisme selulotik karena nisbah C/N dari bagase yang tinggi sekitar 220.
3. Kompos Bokashi
Kompos bokashi adalah pupuk yang dihasilkan dari bahan organik yang difermentasikan dengan teknologi Effective Microorganisms 4 (EM4). Jenis mikroorganisme yang terdapat dalam EM4 antara lain Lactobacillus sp., Actinomycetes, Khamir, dan Streptomyces.
EM4 adalah suatu kultur campuran terdiri dari mikroorganisme dalam media cair berfungsi untuk memfermentasikan bahan-bahan organik dalam tanah dan sampah, sehingga menguntungkan bagi kesuburan tanah.
Selain itu, EM 4 membantu dalam merangsang perkembangan mikroorganisme dan bermanfaat bagi tanaman, seperti pengikat nitrogen, pelarut fosfat, dan mikroorganisme yang bersifat merugikan dan menimbulkan penyakit tanaman.
EM4 juga mampu mempercepat proses dekomposisi sampah organik sehingga cocok digunakan untuk pengomposan.
Dampak Penggunaan Kompos
Tidak hanya memberikan manfaat positif, akan tetapi penggunaan kompos secara juga dapat berakibat negatif bagi tanah dan tanaman. Pupuk kompos dapat menyebabkan kerugian jika digunakan dalam keadaan belum matang. Sebab bahan organik akan terserang oleh mikroba yang menyebabkan unsur hara tanaman berkurang.Selain itu, kandungan unsur hara dalam kompos tidak selengkap unsur hara dari pupuk organik, sehingga diperlukan waktu lebih lama agar tanaman dapat lebih produktif. Meski memiliki kekurangan tersebut, namun manfaat kompos jauh lebih banyak dan menguntungkan jika dikelola dan diterapkan dengan benar.
Manfaat Kompos
Kompos sebagai salah satu pupuk organik sangat baik dan bermanfaat untuk segala jenis tanaman. Pupuk ini digunakan untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman pertanian, dan bahkan tanaman hias.Hanya dengan menaburkannya di permukaan tanah, maka sifat-sifat tanah yang baik dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan lagi. Apalagi untuk kondisi tanah hasil pembukaan lahan baru, biasanya pada area tersebut kesuburan tanah menurun karena pembukaan lahan identik dengan pembakaran atau penghilangan top soil.
Oleh karena itu, kesuburan tanah perlu dikembalikan dan dipercepat dengan ditambahkan pupuk. Manfaat kompos dapat dilihat dari aspek ekonomi, aspek lingkungan, serta aspek bagi tanah dan tumbuhan.
1. Manfaat Ekonomi
Dari aspek ekonomi, pupuk ini memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah-limbah pertanian yang mudah didapatkan di sekitar kita, sehingga pupuk ini tidak memerlukan biaya yang besar dalam pembuatannya.
2. Manfaat Lingkungan
Manfaat pupuk ini dari aspek lingkungan yaitu mengurangi pencemaran lingkungan. Pencemaran lingkungan berhubungan erat dengan sampah yang merupakan sumber pencemaran lingkungan. Dengan banyaknya sampah yang berserakan baik di sungai maupun sampah yang tercecer dan masuk ke selokan akan mengakibatkan penyumbatan di selokan dan dapat menimbulkan banjir.
Banyaknya jumlah sampah akan mengakibatkan permasalahan baru yaitu tempat pembuangan akhir sampah yang harus diperbanyak pula. Tempat yang dijadikan pembuangan akhir sampah ini akan menjadi kumuh dan kotor jika pengolahan sampah tidak diatasi dengan benar.
Tempat tersebut juga akan menimbulkan banyak penyakit karena sebagai sarang bertumbuh-kembangnya organisme yang membahayakan bagi kesehatan manusia dan semakin menurunkan daya dukung lingkungan sebagai tempat pembuangan sampah.
Permasalahan sampah timbul karena tidak seimbangnya produksi sampah dengan pengolahannya. Salah satu alternatif pengolahan sampah adalah dengan memilih sampah organik dan memprosesnya menjadi pupuk.
Selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan dengan pengurangan sampah organik yang dapat dijadikan kompos, manfaat lainnya yaitu sebagai salah satu pupuk yang ramah lingkungan baik dari bahan pembuatannya, proses pembuatannya dan pengaplikasiannya dalam menyuburkan tanah.
3. Manfaat bagi Tumbuhan
Manfaat bagi tanah dan tumbuhan yaitu meningkatkan kesuburan tanah serta menyediakan unsur-unsur hara mineral memadai dan seimbang yang bisa diserap oleh tanaman. Produktivitas dari tanaman akan berkurang jika tanaman kekurangan unsur hara dan mineral, terutama jika tanaman tersebut tumbuh pada tanah yang bersifat terlalu asam maupun terlalu basa.
4. Manfaat bagi Tanah
Manfaat lainnya yaitu memperbaiki struktur, drainase dan tata udara dalam tanah, memperbesar daya ikat air terhadap tanah, daya ikat tanah terhadap unsur hara, membantu dalam proses pelapukan mineral, menjadi sumber bahan makanan bagi mikroorganisme, dan menurunkan aktivitas mikroba yang merugikan.
Kelebihan Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan yang banyak dimanfaatkan oleh petani. Hal ini dikarenakan kelebihan yang dimilikinya jika dibandingkan dengan jenis pupuk lainnya. Berikut ini beberapa kelebihan dari pupuk kompos di antaranya, 1. Pupuk kompos kaya akan unsur hara yang lengkap. Sedangkan pupuk buatan tidak memiliki unsur hara yang seperti itu. Unsur hara di pupuk alami ini tersedia mulai dari unsur mikro sampai unsur makro.
2. Pupuk kompos memiliki kandungan asam organik (misalnya asam fulfic, asam humic, enzim, hormon, dan sebagainya). Kandungan asam organik seperti ini tidak ada di pupuk buatan. Padahal fungsi dari asam organik sangat bermanfaat untuk mikroorganisme tanah, cacing dan juga tanaman.
3. Pupuk kompos mengandung senyawa yang mampu membantu memperbaiki sifat fisik tanah dan juga mampu menjaga struktur tanah.
Kekurangan Kompos
Di balik kelebihan-kelebihannya, tentu pupuk alami ini juga memiliki kekurangan. Berikut beberapa kekurangan dari pupuk kompos di antaranya,1. Kandungan unsur hara di pupuk kompos cukup lengkap, namun dalam jumlah atau persentasenya kecil. Sehingga, jumlah kompos yang harus dibutuhkan tanaman akan lebih banyak jika dibandingkan dengan pupuk buatan.
2. Jika pengadaan pupuk kompos sangat banyak, maka biaya operasional pembuatan pupuk juga akan meningkat. Proses pengomposan yang dilakukan juga menjadi lebih mahal.
3. Jika tanah yang akan diberikan kompos ternyata sudah tidak sehat, maka kebutuhan akan kompos akan menjadi semakin meningkat. Sedangkan biaya pembuatan pupuk alami atau pengadaan kompos juga akan meningkat.
Dari berbagai sumber
Post a Comment