Ekowisata: Pengertian, Prinsip, Konsep, Karakteristik, Jenis, dan Manfaatnya

Table of Contents
Pengertian Ekowisata
Ekowisata Tangkahan Langkat

Pengertian Ekowisata

Ekowisata atau ekoturisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah wisata yang dilaksanakan di hutan atau di mana saja dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai objeknya; bagian dari alam semesta yang dapat dimanfaatkan oleh para turis; wisata alam.

Demikian ekowisata merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan.

Ekowisata dimulai ketika mulai dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat.

Ekowisata sendiri merupakan serangkaian bentuk gagasan yang belum lama. Pada tahun 1976, ilmuwan asal Eropa bernama Budowski mengemukakan gagasannya mengenai ekowisata. Dia beranggapan bahwa wisata alam perlu dikembangkan konservasi di dalamnya agar senantiasa lestari dan dapat dijadikan sebagai penangkaran.

Ekowisata juga memberdayakan kehidupan masyarakat. Dengan kata lain apabila di suatu lokasi dapat dijadikan sebagai tempat wisata maka penduduk sekitar merasakan dampak positif dari ekowisata tersebut yang mana menambah penghasilan masyarakat sekitar. Latar belakang didirikan ekowisata ialah meminimal menimbulkan beberapa dampak di antaranya,
1. Dampak fisik
2. Dampak sosial
3. Perilaku psikologis pengunjung

Ekowisata Menurut Para Ahli
1. The International Ecotourism Society (2015), ekowisata diartikan sebagai “perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah alami yang melestarikan lingkungan, mempertahankan kesejahteraan masyarakat setempat, dan melibatkan interpretasi dan pendidikan”.
2. World Conservation Union (WCU), ekowisata adalah perjalanan wisata ke wilayah-wilayah yang lingkungan alamnya masih asli, dengan menghargai warisan budaya dan alamnya, mendukung upaya-upaya konservasi, tidak menghasilkan dampak negatif, dan memberikan keuntungan sosial ekonomi serta menghargai partisipasi penduduk lokal.
3. Latupapua (2007), ekowisata merupakan istilah dan konsep yang menghubungkan antara pariwisata dengan konservasi. Ekowisata merupakan pariwisata yang berwawasan lingkungan dan merupakan jenis wisata yang mengutamakan tanggungjawab wisatawan terhadap lingkungan.
4. Suprayitno (2008), ekowisata merupakan suatu model wisata alam yang bertanggung jawab di daerah yang masih alami atau daerah yang dikelola secara alami yang memiliki tujuan untuk menikmati keindahan alam dengan melibatkan unsur pendidikan serta dukungan terhadap usaha konservasi dan meningkatkan pendapatan perekonomian masyarakat setempat.
5. Fennel (1999), ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat.
6. Page dan Ross (2002), ekowisata adalah kegiatan pengusahaan wisata yang dapat memberikan banyak manfaat, seperti sumber pendanaan bagi kawasan konservasi, perlindungan kawasan konservasi, alternatif sumber mata pencaharian masyarakat lokal, pilihan untuk mempromosikan konservasi dan dorongan upaya konservasi secara khusus.
7. Muntasib (2007), ekowisata merupakan suatu kegiatan pemanfaatan jasa keanekaragaman hayati tanpa mengganggu keanekaragaman hayati itu sendiri, sehingga dapat dijadikan alternatif pelestarian-nya.

Prinsip Ekowisata

Adapun beberapa prinsip ekowisata di antaranya,
1. Membangun Kesadaran Lingkungan
Prinsip yang pertama pada pembangunan ekowisata adalah membangun kesadaran lingkungan. Apabila warga sekitar dan pengunjung dapat memiliki kesadaran lingkungan yang tinggi maka kelestarian lingkungan dapat terlaksana dengan baik.

Sebaliknya, apabila masyarakat sekitar dan pengunjung tidak memperhatikan lingkungan sekitar tempat wisata maka yang terjadi adalah ketidakmampuan lingkungan dalam beradaptasi secara fisik.

2. Membentuk Pengalaman Positif Bagi Tamu dan Tuan Rumah
Tamu yang dimaksud di sini adalah pengunjung tempat wisata, sedangkan tuan rumah yang dimaksud di sini adalah masyarakat sekitar tempat wisata. Membangun pengalaman positif itu perlu agar jika suatu saat nanti ingin kembali ke tempat tersebut maka tidak akan enggan dan kemungkinan dapat terjadi.

3. Menghargai Keyakinan Spiritual Daerah Tempat Wisata
Jika kalian pernah mendengar bahwa dilarang berkata kotor di tempat wisata A, B, dan C sebenarnya untuk membiasakan kita untuk senantiasa berkata dengan baik. Namun dibalik maksud pembiasaan tersebut ada maksud tersendiri secara spiritual saat berada di suatu tempat wisata.

Seluruh tempat wisata sebagai salah satu jenis pemandangan alam yang sedang kita kunjungi tentunya itu bukan daerah tempat tinggal kita, maka sebagai seorang tamu kita harus sopan santun menjaga tata karma dalam bertamu sebagai bentuk menghargai keyakinan spiritual daerah sekitar tempat wisata.

Materi Ekowisata

Materi yang biasanya dilakukan kajian dalam ekowisata dalam pendidikan dan penelitian di antaranya,
1. Tujuan ekowisata ialah untuk membangun kesadaran lingkungan. Jika lingkungan tempat wisata sudah terbebas dari bahaya, maka dampak positif yang terjadi adalah tempat wisata tersebut mendapatkan rasa hormat dan budaya yang tinggi dari penduduk sekitar tempat wisata dan pengunjung tempat wisata tersebut.
2. Nilai ekonomi dari setiap pengadaan ekowisata. Nilai ekonomis di sini mengandung maksud bahwa setiap ekowisata memberikan manfaat pemasukan keuangan untuk wilayah konservasi. Keuangan yang dimaksud adalah dana yang didapatkan dari pengunjung tempat wisata dan dana tersebut dapat masuk ke dalam devisa negara dan kantor konservasi ekowisata tersebut.
3. Proses ekowisata juga dapat dikatakan sebagai konservasi lingkungan hidup. Pada dasarnya konservasi adalah tindakan untuk melestarikan alam guna menjaga keindahan alam di suatu tempat agar selalu lestari dan cocok apabila dijadikan sebagai objek wisata.
4. Dampak pada masyarakat lokal. Bagaimana tidak, masyarakat lokal yang belum memiliki pekerjaan akan diberikan pekerjaan dengan berdirinya tempat wisata berbasis ekowisata di daerah mereka. Selain masuk ke dalam devisa pemerintah, pendapatan juga akan terus mengalir pada industri swasta yang bergerak di bidang pariwisata seperti transportasi dan lain sebagainya.

Dari penjelasan di atas dapatlah dikatakan bahwasanya terdapatnya ekowisata di setiap pelestarian lingkungan maka akan memberikan pengalaman secara interpretatif bagi pengunjung. Pengalaman interpretatif adalah pengalaman menarik dan mengesankan bagi pengunjung agar dapat merasakan sensasi ketagihan berkunjung di tempat wisata tersebut dan akhirnya mulai nyaman dan mau untuk datang kembali.

Ekowisata juga hadir untuk menekan kelangkaan pada fauna yang mulai langka. Perburuan liar yang dilakukan baik dari masyarakat lokal maupun orang luar berdampak pada semakin menipisnya jumlah satwa liar yang ada di alam. Dengan adanya wilayah konservasi dan ekowisata maka kelangkaan pada fauna dapat teratasi dan pelestariannya tetap terjaga.

Hal ini juga terjadi dengan tumbuhan. Beberapa tumbuhan akan mengalami kelangkaan jika terus menerus digunakan tanpa ada badan yang melindungi pelestarian tanaman yang mulai langka tersebut. Diperlukan pelestarian tanaman berjenis konservasi ekowisata agar tanaman tersebut dapat lestari.

Masyarakat global yang turut menjaga kelestarian alam akan membuat suatu lingkungan dapat bekerja secara maksimal. Hal ini lah yang melatarbelakangi konsep ekowisata. Namun tidak semua wisata alam disebut sebagai ekowisata. Untuk lebih jelasnya dapat disimak pada penjelasan materi sebagai berikut.

Pada tahun 2015, sekelompok pakar lingkungan hidup yang tergabung dalam organisasi The International Ecotourism Society mengemukakan pendapat bahwa ekowisata adalah perjalanan yang bertanggung jawab ke daerah-daerah yang masih alami serta harus melestarikan lingkungan yang terdapat di daerah tersebut. Kegiatan ekowisata juga harus menopang kebutuhan masyarakat dan memberi contoh tentang implementasi pendidikan lingkungan hidup.

Konsep Ekowisata

Berikut beberapa konsep ekowisata di antaranya,
1. Konservasi Alam
Ekowisata digunakan sebagai konservasi alam. Jenis koservasi alam di sini adalah pelestarian alam agar memiliki nilai guna yang tinggi di masyarakat. Nilai guna pada konservasi alam dapat menjadikan lingkungan tersebut sebagai penghasil devisa bagi suatu daerah.

2. Pemberdayaan Masyarakat Lokal
Maksud dari pemberdayaan masyarakat lokal di sini adalah masyarakat setempat yang tinggal di sekitar kawasan lingkungan tempat wisata harus mendapatkan pekerjaan yang merupakan dampak bagi lingkungan tempat wisata tersebut.

3. Kesadaran Lingkungan Hidup
Kesadaran lingkungan hidup berarti memperhatikan ulah masyarakat setempat dan ulah pengunjung. Kedua elemen ini harus sama-sama memperhatikan keindahan lingkungan tempat wisata tersebut berdiri.

Karakteristik Ekowisata

Ekowisata merupakan salah satu bentuk wisata yang mendorong usaha pelestarian dan pembangunan yang berkelanjutan, memadukan antara pelestarian dengan pembangunan ekonomi, membuka lahan kerja baru bagi masyarakat setempat serta memberikan pendidikan lingkungan terhadap wisatawan.

Ekowisata juga harus memberikan dampak yang positif terhadap masyarakat yaitu sebagai terbukanya lapangan pekerjaan melalui pemberdayaan masyarakat. Menurut Ditjen Perlindungan dan Konservasi Alam (2000), terdapat lima karakteristik dasar dalam usaha kegiatan ekowisata di antaranya,
1. Nature based, yaitu ekowisata merupakan bagian atau keseluruhan dari alam itu sendiri meliputi unsur-unsur sumber dayanya, di mana kekayaan keanekaragaman hayati beserta ekosistemnya merupakan kekuatan utama dan memiliki nilai jual paling utama terhadap pengembangan ekowisata.
2. Ecologically sustainable, yaitu ekowisata harus bersifat berkelanjutan ekologi, artinya semua fungsi lingkungan yang meliputi biologi, fisik, dan sosial tetap berjalan dengan baik, di mana perubahan-perubahan dari pembangunan tidak mengganggu dan merusak fungsi-fungsi ekologis.
3. Environmentally educative, yaitu melalui kegiatan-kegiatan yang positif terhadap lingkungan diharapkan mampu mempengaruhi perilaku masyarakat dan wisatawan untuk peduli terhadap konservasi sehingga dapat membantu kelestarian jangka panjang.
4. Bermanfaat bagi masyarakat setempat, yaitu dengan melibatkannya masyarakat dalam kegiatan ekowisata diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat baik langsung maupun tidak langsung, seperti halnya masyarakat menyewakan peralatan-peralatan yang dibutuhkan wisatawan, menjual kebutuhan wisatawan, bertambahnya wawasan terhadap lingkungan dan sebagainya.
5. Kepuasan wisatawan, yaitu kepuasan terhadap fenomena-fenomena alam yang didapatkan dari kegiatan ekowisata dapat meningkatkan kesadaran dan penghargaan terhadap konservasi alam dan budaya setempat.

Jenis Ekowisata

Menurut Yoeti (1997), berdasarkan objek yang menjadi elemen utama perjalanan wisata, ekowisata terbagi menjadi dua jenis di antaranya,
1. Ekowisata alam. Ciri-cirinya adalah dapat dilihat atau disaksikan secara bebas, seperti pemandangan alam, flora, fauna dan vegetasi hutan.
2. Ekowisata budaya. Hasil kebudayaan suatu bangsa yang dapat dilihat, disaksikan dan dipelajari, seperti monumen bersejarah, tempat-tempat budaya dan perayaan tradisional.

Sementara menurut Page dan Ross (2002), berdasarkan tipe dan jumlah pengunjung serta sarana dan prasarana perjalanan, ekowisata dibagi menjadi beberapa jenis di antaranya,
1. Self Reliant Ecotourism
Ekowisata yang melibatkan individu atau kelompok kecil (± 10 orang) yang tidak atau menggunakan transportasi sangat sederhana (seperti berjalan kaki atau menggunakan perahu/sampan) untuk mengunjungi daerah yang relatif terpencil dan area yang masih alami.

2. Small Group Ecotourism
Ekowisata yang melibatkan individu atau kelompok kecil (± 15 orang) yang menggunakan transportasi sederhana (seperti kapal kecil atau boat kecil) untuk mengunjungi suatu daerah minat khusus yang relatif masih sulit dijangkau. Tipe ini umumnya cocok untuk wisatawan semua umur dan tidak terlalu membutuhkan keahlian khusus untuk kegiatan di lapangan.

3. Popular Ecotourism
Ekowisata yang melibatkan transportasi (seperti bus atau kapal boat besar) dan jumlah pengunjung yang banyak untuk mengunjungi daerah yang terkenal pada suatu negara atau lokasi dengan daya tarik wisata yang populer di kalangan wisatawan. Tipe ini tidak membutuhkan kemampuan diri wisatawan yang tinggi karena tantangan di alam relatif lebih rendah.

Namun tipe ini memungkinkan adanya kebutuhan sarana prasarana, infrastruktur dan pelayanan jasa, seperti pusat informasi pengunjung, penjual makanan dan minuman serta toilet. Tipe ini cocok untuk wisatawan segala usia.

4. Hard and Soft Ecotourism
Hard ecotourism adalah tipe ekowisata yang ideal bagi wisatawan yang menyukai petualangan, sifatnya perorangan dan umumnya membutuhkan waktu yang lama bagi wisatawan untuk menikmati petualangan alam tersebut. Tipe ini cocok untuk wisatawan segala usia. Pesertanya adalah orang-orang dengan minat khusus dan mempunyai komitmen terhadap pelestarian lingkungan.

Soft ecotourism adalah tipe ekowisata dengan melakukan perjalanan yang relatif singkat, interaksi dengan alam adalah salah satu dari beberapa komponen yang menjadi tujuan dalam pengalaman berwisata. Tipe ini bertempat di kawasan dengan sedikit berlatar alami, seperti di pusat taman interpretasi, melihat pemandangan di taman nasional yang telah difasilitasi dengan pelayanan dan jasa.

Manfaat Ekowisata

Berikut beberapa manfaat ekowisata di antaranya,
1. Konservasi
Ekowisata pada dasarnya memperhatikan beberapa tanaman dan lingkungan yang sudah terancam punah. Flora dan fauna yang sudah mendekati langka akan diperhatikan ekowisata dan dipelihara secara baik agar terjaga kelestariannya.

2. Pemberdayaan Ekonomi
Maksud dari pemberdayaan ekonomi adalah peningkatan devisa negara sebagai proses dari perwujudan ekowisata di berbagai daerah. Pemberdayaan ekonomi juga memperhatikan kesejahteraan penduduk sekitar tempat wisata berdiri. Penduduk sekitar harus mendapatkan lapangan pekerjaan yang baru dengan hadirnya tempat wisata. Pemberdayaan ekonomi ekowisata mengacu kepada pembangunan berkelanjutan.

3. Pendidikan Lingkungan
Pendidikan dalam pengertian lingkungan yang dimaksud dalam ekowisata adalah penambahan-penambahan edukasi tempat wisata yang diperkaya dengan pembelajaran di dalamnya. Pada kasus ini sebagai contoh apabila wisata air terjun maka ditambahkan madding dengan bertempelkan proses terjadinya air terjun, dan lain–lain.

4. Kesadaran Lingkungan
Ekowisata juga dapat dijadikan sebagai kesadaran dalam karakteristik pengertian lingkungan hidup. Lingkungan yang memiliki potensi pariwisata alam harus diberdayakan agar memiliki nilai wisata yang tinggi bagi pengunjung atau wisatawan.

Sebagai contoh apabila terdapat sungai yang memiliki lengkungan yang indah dan air terjun yang tidak begitu tinggi dengan kejernihan air yang baik maka dengan sedikit hiasan di sekitarnya sudah bisa dijadikan sebagai objek wisata.

Contoh Ekowisata

Adapun untuk beberapa contoh adanya ekowisata di Indonesia di antaranya,
1. Lampung
Ekowisata di Lampung ini terletak di wilayah Pantai Kuala Penet dalam sejarahnya dulu merupakan pesisir pantai yang memiliki kawasan hutan mangrove. Tanaman mangrove di daerah tersebut sangat mendukung keberlangsungan ekosistem, seperti pencegah terjadinya abrasi dan tempat hidupnya beberapa jenis ikan.

Namun, pada tahun 1976 sampai 1983 hutan mangrove di kawasan pesisir Desa Margasari terjadi pengalihan fungsi, menjadi tempat kolam pemancingan dan pertambakan tradisional yang dilakukan oleh para masyarakat pesisir. Dampak dari pengalihan fungsi hutan mangrove, maka pada tahun 1987 – 1994 terjadi abrasi besar-besaran hingga 500 meter daratan per tahun serta terjadi gagal panen dari pertambakan yang diharapkan oleh masyarakat (Erna Rochana, 2011).

Abrasi yang terjadi membuat warga kawasan pesisir Desa Margasari menjadi ketakutan dan resah, karena banyak sekali bangunan yang mulai terendam air laut, bahkan sampai ada kawasan desa yang hilang. Hal ini mendorong masyarakat melalui Kepala Desa Margasari berinisiatif menyerahkan hutan mangrove seluas 700 Ha kepada Universitas Lampung untuk dilakukan rehabilitasi sehingga akan terbentuk hutan pendidikan (Erna Rochana, 2011).

Pada tahun 2006 hutan yang sudah diserahkan kepada pihak Universitas Lampung, Tim Mangrove Universitas Lampung melakukan berbagai kegiatan pengelolaan berbasis masyarakat untuk melakukan program rehabilitasi hutan mangrove. Program ini terus berlanjut hingga pada tahun 2011, tercatat ketebalan hutan mangrove di Desa Margasari sudah mencapai 2 km (Nyoto Suswoyo, 2011).

Hingga akhirnya, proses pengembangan ekowisata di Lampung tersebut dapat dinilai berhasi. Lantaran selain memberikan tempat pariwisata baru di dalam masyarakat, ekowisata di Desa Margasari ini juga mampu memberikan nilai pendidikan, keseimbangan alam, ekonomi, dan juga konservasi.

Namun yang pastinya, pengembangan ekowisata di Provinsi Lampung ini memanfaatkan hutan mangrove sebagai objek, karena fungsi daripada hutan mangrove bukan hanya melindungi pesisir dari abrasi atau sebagai tempat berpijahnya berbagai ikan, seperti kepiting, udang, karang, siput, berbagai macam ikan namun juga menawarkan panorama alam yang menakjubkan.

Demikianlah pembahasan mengenai pengertian ekowisata menurut para ahli, konsep dan contohnya. Semoga dengan adanya pembahasan ini dapat memberikan wawasan kepada setiap pembaca yang ingin mengembangkan ekowisata.

2. Tangkahan, Sumatra Utara
Tangkahan sering disebut sebagai Surga Tersembunyi Sumatra karena lingkungan alamnya yang indah ke pusat pengembangbiakan gajah. Kawasan wisata ini berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser. Di Tangkahan wisatawan dapat melakukan berbagai kegiatan yang menyenangkan dan alami.

Salah satunya adalah menunggang gajah di hutan liar. Saat menunggang gajah, wisatawan akan dididik tentang hutan oleh penanganannya. Aktivitas selanjutnya adalah memandikan gajah. Wisatawan juga dapat melakukan arung jeram di Sungai Alas serta mengunjungi konservasi orangutan Sumatra yang terancam punah.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment