Daerah Aliran Sungai (DAS): Pengertian, Fungsi, Karakteristik, Jenis, Bentuk, dan Permasalahannya

Table of Contents
Pengertian Daerah Aliran Sungai atau DAS
Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pengertian Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (disingkat DAS) adalah suatu kawasan yang dibatasi oleh pembatas topografi (punggung bukit) di mana air yang berasal dari air hujan yang jatuh, terkumpul dalam kawasan tersebut. DAS menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai.

Batas wilayah DAS diukur dengan cara menghubungkan titik-titik tertinggi di antara wilayah aliran sungai yang satu dengan yang lain. Air pada DAS merupakan aliran air yang mengalami siklus hidrologi secara alamiah. Selama berlangsungnya daur hidrologi, air tersebut akan tertahan (sementara) di sungai, danau/waduk, dan dalam tanah sehingga akan dimanfaatkan oleh manusia atau makhluk hidup.
 
Daerah Aliran Sungai (DAS) Menurut Para Ahli
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air, Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan Air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alamiah, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan
2. Manan (1979), Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis yang menampung, menyimpan dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya ke sungai yang akhirnya bermuara ke danau atau laut.
3. Marwah (2001), DAS (Daerah Aliran Sungai) adalah bentuk pengembangan mengenai suatu wilayah yang dijadikan sebagai pengelolaan sumber daya alam secara rasional sehingga dalam hal ini dapat mencapai tujuan berbagai produksi secara optimum.
4. Sugiyanto (2002), DAS adalah bagian daripada kesatuan daerah yang terbentuk secara alamiah di mana untuk prosesnya air tertangkap (berasal dari curah hujan), dan akan mengalir dari di kawasan tersebut menuju ke arah sungai dan sungai yang bersangkutan.
5. Asdak (2010), Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah bagian daripada adanya wilayah daratan yang secara topografik dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung dan menyimpan air hujan untuk kemudian mampu menyalurkannya ke laut melalui sungai utama.
6. Sugiharto (2001), DAS merupakan suatu daerah yang dibatasi oleh pemisah topografi yang menerima air hujan, menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai dan seterusnya menuju danau atau laut.

Wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS)

Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) biasanya terbagi menjadi tiga area atau daerah yang mengalir mulai dari catchment area, hingga saat mengalir menuju lautan di antaranya,
1. Area hulu sungai
Area hulu sungai yang menjadi titik awal penampungan air hujan, umumnya berlokasi di dataran tinggi, perbukitan, atau pegunungan serta banyak terdapat air terjun, jeram, serta memiliki lereng-lereng yang curam.

2. Area tengah sungai
Sedangkan area tengah sungai umumnya akan relatif lebih landai dibandingkan hulu. Pada kawasan aliran sungai ini banyak memiliki lekukan atau disebut juga dengan meander. Area ini merupakan lokasi aktivitas penduduk, serta menjadi tempat pembangunan waduk dan juga danau.

3. Area hilir sungai
Area hilir sungai merupakan area yang kebanyakan digunakan untuk kawasan pertanian. Bentuknya juga lebih landai dibandingkan area tengah, sehingga kecepatan aliran air relatif lambat. Pada area hilir banyak terjadi erosi lateral yang menyebabkan sungai melebar dibandingkan area hulu dan tengah.

Fungsi Daerah Aliran Sungai (DAS)

Fungsi utama DAS adalah sebagai hidrologis, dimana fungsi tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah curah hujan yang diterima, geologi dan bentuk lahan. Fungsi hidrologis yang dimaksud termasuk kapasitas DAS untuk mengalirkan air, menyangga kejadian puncak hujan, melepaskan air secara bertahap, memelihara kualitas air, serta mengurangi pembuangan massa (seperti terhadap longsor).

Berdasarkan fungsinya, DAS dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. DAS bagian hulu
DAS bagian hulu dapat diindikasikan dari kondisi tutupan vegetasi lahan DAS, kualitas air, kemampuan menyimpan air (debit), dan curah hujan. DAS bagian hulu dicirikan sebagai daerah dengan lanskap pegunungan dengan variasi topografi, mempunyai curah hujan yang tinggi dan sebagai daerah konservasi untuk mempertahankan kondisi lingkungan DAS agar tidak terdegradasi.

DAS bagian hulu mempunyai arti penting terutama dari segi perlindungan fungsi tata air, karena itu setiap terjadinya kegiatan di daerah hulu akan menimbulkan dampak di daerah hilir dalam bentuk perubahan fluktuasi debit dan transport sedimen sistem aliran airnya.

2. DAS bagian tengah
DAS bagian tengah didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang antara lain dapat diindikasikan dari kuantitas air, kualitas air, kemampuan menyalurkan air, dan ketinggian muka air tanah, serta terkait pada prasarana pengairan seperti pengelolaan sungai, waduk, dan danau.

3. DAS bagian hilir
DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat bagi kepentingan sosial dan ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian, air bersih, serta pengelolaan air limbah. Bagian hilir merupakan daerah pemanfaatan yang relatif landai dengan curah hujan yang lebih rendah.

Karakteristik Daerah Aliran Sungai (DAS)

Karakteristik DAS merupakan gambaran spesifik mengenai DAS yang dicirikan oleh parameter yang berkaitan dengan keadaan morfometri, topografi, tanah geologi, vegetasi, penggunaan lahan, hidrologi dan manusia. Karakteristik DAS pada dasarnya dibagi menjadi dua di antaranya,
1. Karakteristik biogeofisik, yaitu karakteristik meteorologi DAS, karakteristik morfologi DAS, karakteristik morfometri DAS, karakteristik hidrologi DAS, dan karakteristik kemampuan DAS.
2. Karakteristik sosial ekonomi budaya dan kelembagaan, yaitu karakteristik sosial kependudukan DAS, karakteristik sosial budaya DAS, karakteristik sosial ekonomi DAS dan karakteristik kelembagaan DAS.

Parameter-parameter morfometri dan morfologi yang menjadi nilai dan angka koefisien karakteristik DAS untuk memprediksi besarnya aliran permukaan terdiri dari beberapa faktor di antaranya,
1. Kondisi topografi yang menggambarkan kondisi fisiografi ataupun relief permukaan yang dapat diwakili sebagai ukuran kemiringan lereng permukaan lahan, menjadi faktor dominan dalam menentukan besar kecilnya curah hujan yang jatuh kemudian menjadi limpasan permukaan setelah dipertimbangkan besarnya kapasitas infiltrasi.
2. Kondisi tanah dan batuan yang menentukan besarnya bagian curah hujan yang mengalami peresapan ke dalam lapisan tanah dan batuan yang dikenal dengan infiltrasi tanah.
3. Kondisi tutupan vegetasi dan jenis tanaman semusim yang berfungsi untuk menerima atau menangkap dan menyimpan air hujan yang jatuh di permukaan lahan tersebut tergantung pada jenis dan kerapatan penutupan vegetasi dan tanaman semusim lainnya.
4. Kondisi timbunan permukaan lahan (surface storage, surface detention) yang mampu menangkap air hujan yang jatuh sehingga berfungsi untuk menghalangi laju aliran limpasan permukaan, yang berarti pula bahwa permukaan lahan tersebut menjadi tergenang ataupun mengalami pengatusan cepat.

Pola Pengairan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Pola aliran sungai pada Daerah Aliran Sungai (DAS) bergantung kepada kondisi topografis, iklim, geologis, dan juga vegetasi pada area DAS. Berdasarkan faktor-faktor tersebut, maka pola pengairan Daerah Aliran Sungai (DAS) dibagi menjadi beberapa pola berikut di antaranya,
1. Pola Trellis, yaitu masing-masing anak sungai bermuara secara paralel dengan aliran sungai utama atau induk sungai yang terdapat pada area pegunungan lipatan.
2. Pola Rektangular, yaitu masing-masing anak sungai berpotongan secara tegak lurus pada induk sungai.
3. Pola Denritik, yaitu pola aliran sungai menyerupai pohon beserta ranting dan cabangnya.
4. Pola Radial Sentrifugal, yaitu hulu sungai saling berdekatan dan seakan membentuk satu titik pusat dan kemudian anak-anak sungai akan menyebar ke segala arah.
5. Pola Radial Sentripetal, yaitu hulu sungai tersebar, namun nantinya anak-anak sungai akan terlihat memusat dan saling berdekatan. Biasanya air pada DAS dengan pola ini akan lebih asin, karena mengandung kadar garam yang terbilang tinggi.
6. Pola Paralel, yaitu aliran anak sungai yang sejajar satu sama lain seperti yang terdapat di beberapa wilayah pantai barat di Sumatera.
7. Pola Annular, yaitu aliran sungai yang berbentuk melingkar.

Metode Perhitungan Curah Hujan pada Daerah Aliran Sungai (DAS)

Dalam menghitung curah hujan di kawasan DAS, ada beberapa metode yang bisa digunakan di antaranya,
1. Metode Poligon Thiessen (Metode Thiessen)
Metode Thiessen atau Metode Poligon Thiessen digunakan pada kawasan DAS yang memiliki bentuk memanjang, tetapi tidak luas atau pada area sempit, yaitu antara 1000 sampai 5000 km2. Biasanya curah hujan pada kawasan ini tidak merata. Keakuratan data bergantung pada kemampuan stasiun pengamat curah hujan dalam melakukan pengamatan.

2. Metode Isohyet
Metode Isohyet digunakan apabila luas kawasan DAS lebih dari 5000 km2. Nantinya akan dibuat garis-garis penghubung antara titik-titik aliran sungai yang memiliki tingkat curah hujan yang sama. Keakuratan metode ini bergantung pada keahlian serta pengalaman yang melakukan perhitungan curah hujan.

Jenis Daerah Aliran Sungai (DAS)

Daerah Aliran Sungai (DAS) juga akan dibedakan berdasarkan macam dan jenisnya di antaranya,
1. DAS Gemuk
Daerah Aliran Sungai (DAS) Gemuk, merupakan kawasan DAS yang memiliki daya tampung air hujan yang besar. Umumnya kawasan ini mengalami luapan air yang besar, terutama saat terjadi hujan lebat pada titik penampungan awal.

2. DAS Kurus
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kurus, merupakan kawasan DAS dengan daya tampung air hujan yang kecil. Luapan air ketika terjadi hujan lebat pada titik penampungan awal tidak terlalu besar.

Bentuk Kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Menurut Sosrodarsono dan Takeda dalam jurnal ilmiah mereka yang berjudul “Hidrologi untuk Pengairan” (1982), ada tiga macam bentuk kawasan DAS di antaranya,
1. Corak Bulu Burung
Corak Bulu Burung memiliki bentuk yang ramping seperti bulu burung. Aliran cabang anak sungai akan bertemu dengan aliran sungai utama menyerupai bentuk ruas bulu burung. Wilayah ini memiliki risiko banjir yang kecil, karena aliran air dari masing-masing anak sungai tidak akan kembali ke aliran sungai utama pada waktu yang bersamaan.

2. Corak Radial
Corak Radial memiliki bentuk yang lebih menyebar. Anak sungai memiliki cabang-cabang lain sebelum semuanya mengalir pada sungai utama yang mengarah ke lautan. Sungai dengan bentuk ini memiliki risiko banjir yang tinggi, terutama pada titik-titik tempat pertemuan anak-anak sungai.

3. Corak Pararel
Corak Paralel memiliki dua jalur aliran sungai utama dan masing-masing memiliki cabang anak sungai. Kedua jalur utama akan bertemu membentuk satu aliran sungai utama yang mengarah ke lautan. Risiko banjir yang tinggi dapat terjadi pada titik pertemuan antara dua aliran sungai utama tersebut.

Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS)

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi masalah. Apabila tidak ditanggulangi, maka akan berpotensi merusak kawasan sungai. Misalnya jika area sekitar DAS dijadikan lahan pemukiman atau kawasan industri, tentu ancaman limbah buangan semakin besar.

Beberapa masalah yang dapat ditemui pada Daerah Aliran Sungai (DAS) di antaranya,
1. Penebangan hutan yang tidak terkendali, sehingga menyebabkan serapan air ke tanah atau air infiltrasi tidak berjalan dengan sempurna. Hal ini menyebabkan luapan air hingga banjir bandang.
2. Kurang diperhatikannya konservasi tanah dan air, sehingga menyebabkan lahan tidak subur, atau yang disebut lahan kritis.
3. Faktor alami seperti terjadinya erosi, sedimentasi, dan juga longsor pada kawasan DAS.
4. Limbah hasil industri dan rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik.
5. Koordinasi antara pihak terkait mengenai program pengelolaan DAS masih kurang atau belum berjalan dengan baik.
6. Kesadaran yang rendah dari masyarakat terkait dengan pentingnya menjaga dan memelihara kawasan DAS serta lingkungan.
7. Teknologi pengelolaan DAS yang masih tertinggal serta belum diperbarui.
8. Kurangnya kendali dari pemerintah atas kawasan-kawasan DAS yang sebagian besar sudah dimiliki oleh pihak swasta.
9. Tumpang tindihnya peraturan serta kebijakan perundangan negara, pada sektor-sektor industri, kehutanan, pemukiman, dan lain-lain.

Faktor-faktor tersebut hanyalah gambaran umum dari kompleksnya permasalahan pada kawasan DAS di Indonesia. Oleh sebab itu, harus segera dicari solusi guna menghindari risiko kerusakan kawasan DAS yang lebih luas.

Cara Penanggulangan Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS)

Dalam mengatasi masalah-masalah pada Daerah Aliran Sungai (DAS), diperlukan beberapa pertimbangan dari berbagai aspek serta bidang ilmu. Beberapa alternatif cara untuk menanggulangi permasalahan ini di antaranya,
1. Penanaman pohon di sekitar area sungai yang memiliki tingkat serapan air rendah.
2. Pembangunan infrastruktur yang membantu meningkatkan kualitas kawasan DAS, seperti waduk, saluran irigasi, pengendali aliran sungai, dan sebagainya.
3. Mengadakan penyuluhan kepada warga di sekitar kawasan DAS mengenai pentingnya menjaga dan memelihara kawasan, serta bagaimana cara menggunakan sumber daya alam yang baik dan tidak merusak.
4. Mengurangi pengurasan air tanah pada kawasan DAS.
5. Purifikasi limbah yang ada di sekitar atau di area kawasan DAS.

Pengolahan dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS)

Selain melakukan tindakan penanggulangan masalah, tentunya akan lebih baik jika diikuti cara pengolahan dan pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang baik dan terencana. Dalam menentukan tindakan pengolahan dan pengelolaan, sebaiknya memperhatikan  kuantitas dan kualitas air yang ada di kawasan tersebut, agar dapat dilakukan tindakan yang optimal.

Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mengolah dan mengelola kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) di antaranya,
1. Mengelola dan melakukan konservasi pada lahan-lahan pertanian.
2. Memberlakukan program-program yang dapat membantu penutupan lahan, seperti menjadikan kawasan sebagai hutan rakyat, perikanan darat, menerapkan teknik agroforestri, dan juga holtikultura buah-buahan.
3. Melakukan pemeliharaan pada area tebing-tebing sungai.
4. Membangun saluran dan sarana irigasi yang terencana di sekitar kawasan.
5. Menerapkan program-program pelestarian hutan guna meredam debit sungai terutama pada saat hujan, mempermudah penyerapan air ke dalam tanah, dan juga mengurangi tingkat erosi.
6. Melakukan penanaman tumbuhan yang mampu melindungi permukaan tanah dari curah hujan yang tinggi. Sehingga dapat membantu air hujan terserap ke dalam tanah dan mengalir secara perlahan ke sungai.

Kegiatan pengelolaan serta pengolahan tersebut tentunya tidak bisa sembarangan dilakukan. Harus ditentukan terlebih dahulu hal apa saja yang dibutuhkan dari suatu kawasan DAS. Selain itu, tindakan konservasi juga harus dilakukan secara tepat sasaran.

Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Daerah Tangkapan Air (DTA)

Selain kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS), ada pula istilah Daerah Tangkapan Air (DTA) atau disebut sebagai Catchment Area.

Jika DAS dilihat dari sudut pandang daerah-daerah yang dialiri sungai, maka DTA merupakan area atau titik-titik tempat air hujan ditangkap atau ditampung. DTA merupakan bagian terpenting dari suatu kawasan Daerah Aliran Sungai.

Air hujan yang ditampung pada Daerah Tangkapan Air (DTA) inilah yang nantinya akan mengalir melalui lereng-lereng bukit dan bergerak menuju aliran sungai dan akan membentuk kawasan DAS.

Banyak yang menganggap Daerah Aliran Sungai sama dengan Daerah Tangkapan Air, namun sebenarnya berbeda. DAS lebih fokus terhadap aliran sungai dari hulu ke hilir, sementara DTA fokus pada area penampungan air, sehingga definisi dari kedua istilah tersebut berbeda.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment