Angin: Pengertian, Proses, dan Klasifikasinya
Table of Contents
Angin |
Pengertian Angin
Angin dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah gerakan udara dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah; hawa; udara. Pembentukan arah angin terjadi karena perbedaan tekanan udara di dua tempat berbeda. Terjadinya angin dipengaruhi oleh rotasi bumi bersamaan dengan proses pemanasan suatu wilayah oleh matahari.Angin diberi nama berdasarkan asal datangnya, seperti angin darat, angin lembah, dan angin gunung. Angin memiliki tingkat kecepatan yang berbeda tergantung pada seberapa cepat mereka bertiup. Kecepatan angin didasarkan pada deskripsi angin dalam skala yang disebut Skala Beaufort, yang membagi kecepatan angin menjadi 12 kategori berbeda, dari kurang dari 1 mph hingga lebih dari 73 mph.
Kekuatan angin dimanfaatkan dalam berbagai kegiatan di kehidupan manusia. Penduduk yang tinggal di pesisir pantai memanfaatkan angin ketika akan pergi melaut dengan kapal layar. Warga negara Belanda memanfaatkan angin untuk menjadi sumber energi pembangkit listrik tenaga angin.
Angin Menurut Para Ahli
1. Encyclopedia Brittanica, angin, dalam klimatologi, adalah pergerakan udara relatif ke permukaan bumi. Angin memainkan peran penting dalam menentukan dan mengendalikan iklim dan cuaca.
2. Natioanal Grographic, angin adalah pergerakan udara yang disebabkan oleh pemanasan bumi yang tidak merata oleh matahari. Angin tidak memiliki banyak substansi, kita tidak bisa melihatnya atau menahannya, tapi kita bisa merasakan kekuatannya.
Proses Terjadinya Angin
Jika suatu kawasan mengalami cuaca panas, maka udara akan memuai sehingga lebih ringan dan naik ke atmosfer. Jika hal tersebut terjadi, maka tekanan udara akan menurun karena massa udaranya berkurang. Selanjutnya, udara dingin di sekitarnya akan mengalir ke tempat udara bertekanan rendah.Setelah itu, udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke permukaan tanah. Setibanya di atas permukaan tanah, maka udara kembali panas sehingga dan naik kembali. Kondisi aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin tersebut disebut konveksi.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap proses tersebut di antaranya,
1. Gradien Barometris, yaitu bilangan yang menunjukkan perbedaan tekanan udara dari 2 isobar dengan jarak 111 km. Semakin besar gradien barometris, maka semakin cepat tiupan angin yang terjadi.
2. Lokasi Angin. Kecepatan angin di dekat khatulistiwa lebih cepat dari tempat yang berada jauh dari garis khatulistiwa.
3. Ketinggian Lokasi. Semakin tinggi suatu tempat maka tiupan angin akan semakin kencang. Hal tersebut disebabkan oleh pengaruh gaya gesek yang menghambat laju udara.
4. Angin pada siang hari cenderung bergerak lebih cepat daripada angin di malam hari.
Klasifikasi Angin
Berdasarkan kecepatannya, angin bisa diklasifikasikan menjadi 5 kelas di antaranya,1. Udara Tenang
Ini umumnya dirasakan sebagai kondisi berangin. Kelas ini tidak cukup, bahkan untuk menerbangkan layang-layang bulu. Ini juga disebut angin ringan, dan memiliki kecepatan sekitar 1 km/jam. Udara yang tenang akan diperlihatkan oleh asap yang naik secara vertikal dari cerobong asap. Angin ini memiliki nomor Beaufort 0.
2. Angin Sepoi-Sepoi
Angin sepoi-sepoi memiliki kecepatan sekitar 12-20 km/jam. Angin sepoi-sepoi disebut Gentle-Moderate Winds (Angin Lembut-Sedang) di AS. Daun dan ranting kecil akan terus bergerak dengan angin sepoi-sepoi. Angin ini memiliki nomor Beaufort 3.
3. Angin sedang
Angin sedang memiliki kecepatan sekitar 20-38 km/jam. Angin sedang cukup untuk menerbangkan layang-layang dan membuatnya semakin tinggi. Selain itu, ini juga dapat menyebabkan gelombang sedang dengan ombak yang memutih di laut.
4. Angin kencang
Angin kencang memiliki kecepatan sekitar 62-74 km/jam yang dapat menyebabkan gelombang tinggi di lautan dan mematahkan ranting dan cabang kecil dari pohon. Angin kencang memiliki nomor Beaufort 8.
5. Angin ribut atau angin topan
Angin ribut memiliki kecepatan sekitar 75 km/jam dan lebih besar lagi. Angin yang satu ini bisa sangat merusak dan membawa banyak cabang dan ranting yang patah dari pohon. Ini menyebabkan gelombang pasang tinggi dan lautan bergulung, dan juga dapat merobek atap bangunan.
Selain klasifikasi di atas, angin yang bertiup di atas permukaan bumi juga dapat dibedakan menjadi lima jenis utama di antaranya,
1. Angin Planet
Angin planet terdiri dari angin yang didistribusikan ke seluruh arti atmosfer yang lebih rendah. Angin bertiup secara teratur sepanjang tahun terbatas dalam sabuk latitudinal, terutama di arah timur laut dan tenggara atau dari daerah kutub tekanan tinggi ke daerah tekanan rendah.
2. Angin Pasat (Tropical Easterlies)
Angin ini juga dikenal sebagai angin timur dan berhembus dari kanan di belahan bumi utara dan ke kiri di belahan bumi selatan karena efek Coriolis dan hukum Ferrel. Angin ini mulai berhembus dari daerah bertekanan tinggi sub-tropis menuju sabuk tekanan rendah khatulistiwa. Di belahan bumi utara, mereka bertiup sebagai pasat timur laut dan di belahan bumi selatan, bertiup sebagai pasat tenggara.
3. Angin Barat (The Westerlies)
Angin ini juga dikenal sebagai Shrieking Sixties, Furious Fifties, dan Roaring Forties. Ini berhembus dari sabuk bertekanan tinggi subtropis menuju sabuk bertekanan rendah sub-kutub. Angin barat di belahan planet bumi selatan lebih kuat dan konstan daripada di barat dari belahan bumi lainnya.
4. Angin Berkala (Angin Periodik)
Angin ini mengubah arahnya secara berkala karena ada perubahan musim. Salah satu jenis angina berkala atau angina periodik adalah angin muson/musim, yaitu perbedaan suhu yang disebabkan oleh Samudra Hindia, Laut Arab, dan Teluk Bengal di satu sisi dan dinding Himalaya di sisi lain membentuk dasar monsun di anak benua India.
5. Angin lokal
Angin lokal merupakan angina yang dipengaruhi oleh sifat daratan dan perairan, jumlah pemanasan matahari dan ketinggian suatu tempat.
Angin lokal adalah angin yang diciptakan sebagai hasil pemandangan seperti gunung, tumbuh-tumbuhan, badan air dan sebagainya. Angin lokal biasanya sangat sering berubah setiap hari. Ini dapat bergerak dari angin ringan ke angin ekstrem hanya dalam beberapa jam. Angin lokal mencakup jarak yang sangat pendek.
Angin lokal bisa dibagi lagi menjadi beberapa jenis di antaranya,
1. Angin darat, yaitu angin ini bertiup dari darat ke laut, tidak membawa kelembapan selain kering dan hangat, yang terjadi pada pesisir dan dimalam hari yakni sekitar pukul 20.00 sampai 06.00.
2. Angin laut, yaitu angin ini bertiup dari laut ke darat, dengan membawa kelembaban, yang terjadi di siang hari pada pesisir pantai sekitar pukul 09.00 sampai 16.00.
3. Angin gunung, yaitu hembusan udara dingin dari aliran gunung menuju lembah, yang terjadi di malam hari.
4. Angin lembah, yaitu hembusan udara panas yang bertiup dari lembah yang mengalir ke lereng-lereng gunung, yang terjadi di siang hari.
5. Angin fohn atau angin jatuh, yaitu angin yang berhembus setelah hujan orografis di gunung, yang biasanya terjadi karena udara naik ke pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter. Setelah sampai puncak, angin akan turun di sisi lain. Angin yang menuruni puncak ini panas dan kering, sebab uap air yang dibawa angin sudah turun menjadi hujan orografis.
6. Angin ribut atau angin puyuh (Angin putting beliung), yaitu angin kencang yang datang secara tiba-tiba, memusat dan bergerak melingkar seperti spiral. Angin ini menyentuh permukaan bumi tapi dalam waktu singkat, sekitar 3 sampai 5 menit.
Di Indonesia sendiri, angin fohn memiliki nama-nama yang berbeda pada tiap daerah, misalnya di Sulawesi Selatan dinamakan angin brubu; di Deli Sumatra Utara dinamakan angin bahorok; di Cirebon Jawa Barat dinamakan angin kumbang; di Pasuruhan dan Probolinggo Jawa Timur dinamakan angin gending; di Papua dinamakan angin wambrau.
Dari berbagai sumber
Post a Comment