The Great Depression 1929: Pengertian, Penyebab, Sejarah, dan Usaha untuk Mengatasinya

Table of Contents
Pengertian The Great Depression 1929
The Great Depression 1929

Pengertian The Great Depression 1929

The Great Depression (Depresi Besar) 1929 atau krisis malaise adalah sebuah peristiwa menurunnya tingkat ekonomi yang terjadi secara dramatis di seluruh dunia yang terjadi mulai tahun 1929 dan berlangsung selama sekitar 10 tahun. Krisis ini dialami Amerika Serikat untuk kemudian berimbas pada negara-negara lainnya di dunia. Great Depression merupakan krisis ekonomi terparah sepanjang sejarah.

Depresi dimulai dengan peristiwa kamis Hitam, yaitu peristiwa jatuhnya bursa saham New York pada tanggal 24 Oktober dan mencapai puncak terparahnya pada 29 Oktober 1929. Depresi ini menghancurkan ekonomi baik negara industri maupun negara berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitu pula dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga, dan keuntungan. 

Baca Juga: Pengertian Depresi Ekonomi, Ciri, Penyebab, Dampak, dan Solusinya

Kota-kota besar di seluruh dunia terpukul, terutama kota yang pendapatannya bergantung pada industri berat. Kegiatan pembangunan gedung-gedung terhenti. Wilayah pedesaan yang hidup dari hasil pertanian juga tak luput terkena dampaknya karena harga produk pertanian turun 40 hingga 60 persen. Begitu pula dengan sektor primer lain seperti pertambangan dan perhutanan.

Untuk menanggulangi hal tersebut, pemerintah Amerika Serikat sampai melegalkan "Industri Dosa" (sin industry) yang meliputi penjualan minuman keras, cerutu, perjudian, dan prostitusi di Las Vegas sejak tahun 1930-an bahkan sampai sekarang. Antara 1939 dan 1944, banyak orang mendapat pekerjaan kembali karena Perang Dunia II, dan Depresi Besar pun berakhir.

Penyebab dan Sejarah Great Depression

Sepanjang periode 1920-an, ekonomi AS berkembang dengan pesat, dan total kekayaan negara itu meningkat lebih dari dua kali lipat pada tahun 1929, periode yang dijuluki "The Roaring Twenties".

Pasar saham, yang berpusat di New York Stock Exchange, Wall Street, New York City, adalah tempat di mana nasib dari banyak orang dari banyak kalangan dipertaruhkan, dimulai dari para pebisnis dari negara lain hingga juru masak dan petugas kebersihan menuangkan tabungan mereka ke dalam saham di Wall Street. Akibatnya, pasar saham mengalami ekspansi yang pesat, mencapai puncaknya pada Agustus 1929.

Pada saat itu, sektor produksi menurun dan pengangguran meningkat, membuat harga saham jauh lebih tinggi dari nilai sebenarnya. Selain itu, upah pada saat itu rendah, hutang konsumen membengkak, ekonomi sektor pertanian sedang berjuang karena kekeringan lahan mereka menyebabkan jatuhnya harga pangan dan bank memiliki kelebihan pinjaman besar yang tidak dapat dicairkan.

Perekonomian Amerika memasuki resesi ringan selama musim panas 1929, karena perilaku konsumsi konsumen melambat dan barang-barang yang tidak terjual mulai menumpuk, yang pada akhirnya memperlambat produksi pabrik. Meskipun demikian, harga saham terus meningkat.

Baca Juga: Pengertian Resesi Ekonomi, Indikator, Penyebab, Dampak, dan Langkah Pencegahannya

Setelah Amerika mengalami resesi ringan, pada tanggal 24 Oktober 1929, para investor mulai gelisah dengan keadaan ekonomi yang tidak stabil. Akhirnya, banyak investor yang mulai menjual saham yang kala itu harganya sudah sangat tinggi secara massal, yang memicu kehancuran pasar saham. Sebuah rekor 12,9 juta saham diperdagangkan pada hari itu, yang dikenal sebagai "Black Thursday."

Lima hari kemudian, pada 29 Oktober, gelombang kepanikan melanda Wall Street yang lagi-lagi membuat investor menjual saham secara massal. Akibatnya, jutaan saham berakhir tidak berharga, dan para investor yang membeli saham dengan margin atau uang pinjaman dimusnahkan sepenuhnya. Momen ini kemudi dikenal sebagai "Black Tuesday".

Hal ini membuat para konsumen sangat berhemat dan mengerem pengeluarannya secara masif. Akibatnya, banyak pabrik yang terpaksa menurunkan produksi dan mulai memecat para pegawai.

Banyak orang Amerika yang tidak mampu membayar utang sehingga jumlah penyitaan terus mengalami peningkatan. Ditambah, kepatuhan global terhadap standar emas semakin menyebarkan kesengsaraan ekonomi dari Amerika Serikat ke seluruh dunia.

Terjadinya perang dagang dunia dan bangkrutnya bank secara massal

Tahun 1930, presiden yang menjabat kala itu, yaitu Herbert Hoover, menandatangani Smoot-Hawley Tariff Act, yang menaikkan pajak atas 900 impor. Undang-undang itu dimaksudkan untuk membantu para petani, tetapi akhirnya justru menambah biaya produksi ratusan produk lainnya.

Kebijakan Hoover memicu keinginan negara-negara lain untuk membalas, yang kemudian memicu perang dagang. Akibatnya, perdagangan internasional mulai runtuh. Ditambah, waktu itu kekeringan parah melanda berbagai negara bagian Amerika Serikat, yang menyebabkan gagal panen terjadi di mana-mana.

Karena kondisi ekonomi yang semakin tidak stabil, orang-orang menarik uang mereka dari bank secara massal. Akibatnya, banyak bank yang kekurangan simpanan dan satu per satu bank di Amerika Serikat akhirnya gulung tikar.

Saat krisis ekonomi Amerika menyebar ke seluruh dunia
Meskipun bermula di Amerika Serikat, tetapi Great Depression mempengaruhi hampir setiap negara di dunia. Misalnya, Inggris Raya harus berhadapan dengan pertumbuhan yang rendah dan resesi selama paruh kedua tahun 1920-an.

Prancis juga mengalami penurunan produksi dan harga pada awal 1930-an, tetapi mulai pulih pada tahun 1932 dan 1933. Jerman mengalami penurunan ekonomi pada awal tahun 1928, lalu menjadi stabil, tetapi kembali turun pada kuartal ketiga tahun 1929. Sejumlah negara di Amerika Latin juga mengalami depresi berat. Sementara itu, Jepang juga mengalami depresi ringan, tetapi kembali pulih segera setelahnya.

Deflasi harga yang terjadi di Amerika Serikat juga terjadi di negara lain. Hampir setiap negara industri mengalami penurunan harga grosir sebesar 30 persen atau lebih antara tahun 1929 dan 1933. Harga komoditas primer, seperti kopi, kapas, sutra, dan karet yang diperdagangkan di pasar dunia turun lebih drastis selama periode tersebut. Akibatnya, nilai tukar perdagangan turun drastis bagi produsen komoditas primer.

Usaha Roosevelt memperbaiki keadaan

Pada tahun 1932, Franklin D. Roosevelt memenangkan pemilihan presiden dan menggantikan presiden sebelumnya, Herbert Hoover. Pada hari peresmian presiden baru, yaitu 4 Maret 1933, bank yang tersisa di setiap negara bagian Amerika Serikat diperintahkan untuk ditutup. Waktu itu, Departemen Keuangan AS tidak memiliki cukup uang untuk membayar semua pegawai pemerintah, tetapi Roosevelt memproyeksikan energi dan optimisme yang tenang.

Selama 100 hari pertama Roosevelt menjabat, ia mengeluarkan undang-undang yang dirancang untuk menstabilkan produksi industri dan pertanian, menciptakan lapangan kerja, dan merangsang pemulihan. Ia juga mereformasi sistem keuangan dengan menciptakan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) untuk melindungi rekening deposan, dan Securities and Exchange Commission (SEC) untuk mengatur pasar saham dan mencegah penyalahgunaan yang menyebabkan krisis saham 1929.

Perlahan tapi pasti, ekonomi Amerika mulai menunjukkan tanda-tanda pemulihan. Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh pada tingkat rata-rata 9 persen per tahun dan angka pengangguran terus menurun.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment