Mengenal Keunggulan Komparatif dan Teori Keunggulan Komparatif oleh David Ricardo

Table of Contents
Pengertian Keunggulan Komparatif atau Comparative Advantage
Keunggulan Komparatif (Comparative Advantage)

Pengertian Keunggulan Komparatif

Keunggulan komparatif (comparative advantage) adalah kemampuan untuk menghasilkan barang atau jasa tertentu dengan biaya peluang yang lebih rendah daripada mitra dagangnya. Lebih mudahnya, suatu kemampuan yang dimiliki guna menghasilkan barang maupun jasa dengan menggunakan dana yang lebih rendah daripada dana yang dikeluarkan oleh kompetitor.

Keunggulan komparatif sering digunakan untuk menjelaskan mengapa sebuah perusahaan atau negara dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan. Keunggulan komparatif bisa memberikan kemampuan untuk menjual barang ataupun jasa dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan kompetitor. Tak hanya itu saja, keunggulan komparatif juga bisa membantu para pemilik usaha dalam menyadari margin penjualan yang cukup kuat.

Penggunaan dana dalam jumlah yang besar oleh para kompetitor yang mempunyai keunggulan komparatif belum tentu bisa memperoleh hasil yang baik daripada dengan perusahaan lain yang memproduksi barang atau jasa. Hal tersebut membuktikan bahwa sebuah pengorbanan berupa pengeluaran dana ataupun modal yang cukup besar belum tentu bisa menghasilkan sebuah keuntungan.

Konsep tersebut penting untuk menjelaskan perdagangan internasional dan juga spesialisasi dalam produksi. Itulah yang bisa menjawab terkait pertanyaan mengapa negara melakukan kerja sama perdagangan satu sama lain. Bahkan saat mereka tidak mempunyai keunggulan yang absolut. Suatu negara harus fokus pada barang atau jasa yang mempunyai keunggulan komparatif dan memberi barang atau produk lain yang berasal dari negara lain.

Baca Juga: Memahami Keunggulan Mutlak dan Teori Keunggulan Mutlak Adam Smith

Keunggulan Komparatif Menurut Para Ahli
1. David Ricardo (dalam Eko Sudarmanto, dkk, 2021), keunggulan komparatif akan tercapai apabila suatu negara mampu memproduksi jumlah barang atau jasa lebih banyak dengan biaya rendah, dibanding negara lainnya.
2. Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert (2007), keunggulan komparatif merupakan keunggulan yang dimiliki perusahaan atau negara ketika mampu memproduksi suatu barang secara lebih efisien atau lebih baik dibanding barang lainnya.

Teori Keunggulan Komparatif oleh David Ricardo

Pencetus teori keunggulan komparatif adalah David Richardo. Di mana teori ini diciptakan atas dasar kelemahan yang terdapat di dalam teori keunggulan absolut atau mutlak.

Di dalam teori ini, Ia mengkritik teori keunggulan absolut yang mana menurutnya proses perdagangan hanya bisa dilakukan oleh sejumlah negara yang bisa memproduksi produk terkait untuk mencapai keuntungan. David menganggap bahwa teori tersebut seolah hanya bisa dipakai atau diterapkan oleh suatu negara yang bisa melakukan spesialisasi produksi barang atau jasa.

Akan tetapi, bagaimana nasib untuk beberapa negara yang mengalami kerugian absolut karena mereka tidak bisa melakukan produksi barang atau jasa tersebut? Apakah untuk negara yang tidak bisa melakukan proses produksi tidak akan mempunyai kesempatan yang sama dalam hubungannya dengan perdagangan internasional?

Dengan munculnya kelemahan tersebut, David kemudian mengeluarkan pendapat baru yang masih berada di ruang lingkup perdagangan internasional dalam bentuk teori keunggulan komparatif.

Menurut David, untuk suatu negara yang tidak mempunyai keunggulan absolut, maka masih bisa terlibat di dalam perdagangan internasional dan menghasilkan keuntungan apabila bisa melakukan spesialisasi barang atau jasa yang mempunyai biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan negara lainnya.

Teori keunggulan komparatif tersebut mempunyai beberapa asumsi di antaranya,
1. Pertama yaitu perdagangan hanya bisa terjadi antar dua negara saja.
2. Yang kedua adalah objek barang ataupun akomodasi yang berada di dalam proses perdagangan hanya diizinkan dua jenis saja.
3. Ketiga yaitu setiap negara hanya diizinkan mempunyai dua unit faktor produksi.
4. Sifat skala produksi dari proses yang sudah dilakukan adalah content return to scale.
5. Di dalam teori ini akan diberlakukan teori nilai kerja.

Demikian, keunggulan komparatif bisa terjadi apabila negara bisa melakukan proses produksi sebuah barang ataupun jasa dengan biaya tenaga kerja yang lebih terjangkau dibandingkan dengan biaya tenaga kerja dari negara lain.

Baca Juga: Pengertian Tenaga Kerja, Klasifikasi, Masalah, Undang-Undang, Kesempatan Kerja, dan Angkatan Kerja

Keuntungan keunggulan komparatif

Dalam perdagangan internasional, teori keunggulan komparatif sering digunakan untuk membenarkan globalisasi karena negara dapat memperoleh hasil material yang lebih tinggi dengan hanya memproduksi barang yang membuat mereka memiliki keunggulan komparatif dan memperdagangkan barang tersebut ke negara lain.

Negara-negara seperti Cina dan Korea Selatan telah memperoleh keuntungan produktivitas yang besar dengan mengkhususkan ekonomi mereka pada industri tertentu yang berfokus pada ekspor sehingga mereka memiliki keunggulan komparatif.

Keunggulan komparatif juga memberikan keuntungan dalam meningkatkan efisiensi produksi dengan hanya fokus pada produk yang dapat diproduksi lebih murah. Sementara untuk produk yang lebih mahal atau memakan waktu dalam proses produksi akan dibeli dari tempat lain.

Hal tersebut akan meningkatkan margin keuntungan dari negara karena biaya yang terkait dengan produksi yang kurang efisien akan dihilangkan.

Contoh Keunggulan Komparatif

Contoh dari praktik keunggulan komparatif adalah kerja sama antara Indonesia dan Malaysia dalam memanfaatkan tenaga kerja untuk input produksi garmen. Dengan asumsi bahwa jumlah gaji untuk tenaga kerja sama, maka jumlah produksi sepatu dan garmen yang akan dihasilkan dari masing-masing negara adalah:
Indonesia: garmen 100, sepatu 120
Malaysia: garmen 90, sepatu 80

Dari data di atas, bisa kita simpulkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan absolut untuk produksi garmen. Sebab, Indonesia bisa menghasilkan lebih banyak dibandingkan dengan Malaysia. Per jamnya, Indonesia bisa menghasilkan 100 unit garmen, sementara Malaysia hanya bisa menghasilkan 90 unit saja. Selain itu, Indonesia juga bisa memproduksi 120 sepatu, sementara Malaysia hanya mampu 80 unit saja.

Jika berdasar pada teori keunggulan absolut, maka Indonesia dan Malaysia seharusnya tidak saling berdagang. Sebab, Indonesia telah mempunyai keunggulan absolut atas pesaingnya. Akan tetapi jika menggunakan teori keunggulan komparatif, maka kedua negara tersebut bisa berdagang.

Kedua belah pihak akan dianggap menguntungkan jika fokus kepada produk dengan biaya peluang yang paling rendah. Di mana biaya peluang yang bisa dihitung dengan mengkalkulasi harga relatif per unit garmen dari masing-masing negara.
Indonesia: garmen 1,3, sepatu 1
Malaysia: garmen 0,8, sepatu 1

Asumsinya yaitu harga setiap produk sejumlah biaya peluang. Apabila dilihat dari data yang ada di atas, maka harga garmen di Malaysia akan cenderung lebih terjangkau dibandingkan dengan yang ada di Indonesia. Sebab, harganya pun relatif lebih murah.

Kemudian, perhitungannya dibalik antara garmen dan sepatu yaitu:
Indonesia: garmen 1, sepatu 0,85
Malaysia: garmen 1, sepatu 1,3

Sama seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, di mana asumsinya yaitu harga dari tiap produk sebesar biaya peluang. Apabila dilihat dari pembahasan di atas, maka harga sepatu yang ada di Indonesia akan lebih murah dibandingkan dengan harga yang ada di Malaysia. Sebab harga relatifnya lebih rendah.

Jika berdasar pada teori keunggulan komparatif, maka perdagangan antara Indonesia dan Malaysia dapat memberikan keuntungan. Apabila dikomparasikan, Indonesia akan jauh lebih unggul dalam hal produksi sepatu, sedangkan Malaysia akan lebih unggul dalam hal produksi garmen. Dengan begitu dapat kita simpulkan bahwa Indonesia bisa membeli garmen dari Malaysia dan Malaysia bisa membeli sepatu dari Indonesia.

Kritik Terhadap Teori Keunggulan Komparatif

Terdapat beberapa kritik terhadap asumsi teori keunggulan komparatif model David Ricardo.
1. Proses produksi dan perdagangan belum tentu hanya melibatkan dua jenis barang dari dua negara. Asumsi ini terpatahkan karena pada kenyataannya ekspor dan impor melibatkan banyak barang dan negara sekaligus.
2. Perdagangan antarnegara tidak mungkin diasumsikan tanpa biaya transportasi. Biaya transportasi dapat berpengaruh ke harga jual, sehingga menghilangkan keunggulan yang sebelumnya hadir dari biaya peluang.
3. Ada lebih banyak faktor produksi yang terlibat daripada sekadar tenaga kerja. Misalnya modal, SDA, dan kewirausahaan turut diperhitungkan. Modal dalam bentuk mesin, misalnya, dapat membuat produksi lebih cepat dan dengan demikian lebih menguntungkan.
4. Tenaga kerja belum tentu selalu mobile. Mereka memerlukan waktu untuk mencari pekerjaan baru saat beralih ke industri lain. Selain itu, di era globalisasi tenaga kerja dapat berpindah ke negara lain dengan mudah untuk mencari penghidupan yang lebih baik.

Selanjutnya, jika suatu negara terspesialisasi, pekerjanya relatif lebih immobile. Saat suatu industri tutup, tenaga kerjanya akan berpindah ke sektor lain dengan mudah karena keterampilannya terbatas.

Perbedaan antara keunggulan absolut dengan keunggulan komparatif

Keunggulan komparatif datang dari biaya peluang yang lebih rendah. Biaya peluang adalah manfaat yang hilang ketika kita memilih satu alternatif terbaik berikutnya. Misalnya, seorang pekerja dapat menggunakan satu jam kerja untuk menghasilkan 3 kain atau 6 sepatu. Meski mungkin ada alternatif lainnya, asumsikan mereka bukanlah alternatif terbaik berikutnya.

Dalam hal ini, ketika dia memilih untuk memproduksi 3 kain, biaya peluang adalah 6 sepatu. Sebaliknya, ketika dia memproduksi 6 sepatu, biaya peluang adalah ½ kain.

Sementara itu, keunggulan absolut datang dari biaya per unit yang lebih rendah. Itu muncul ketika sebuah negara:
1. Menghasilkan output yang lebih besar menggunakan input yang sama,
2. Menghasilkan kuantitas yang sama tetapi menggunakan input yang lebih sedikit, atau
3. Menghasilkan kuantitas yang sama tapi lebih cepat

Dalam contoh di atas, pekerja memiliki keunggulan absolut dalam memproduksi sepatu. Dia dapat menghasilkan 6 unit untuk satu jam kerjanya, lebih banyak daripada hanya 3 unit untuk kain.

Lihat Juga

1. Memahami Keunggulan Mutlak dan Teori Keunggulan Mutlak Adam Smith

2. Pengertian Keunggulan Kompetitif, Sejarah, Fungsi, Cara, Analisa, dan Alat Ukurnya

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment