Ketimpangan Sosial: Pengertian, Faktor Penyebab, Teori, Bentuk, Dampak, dan Cara Mengatasinya
Ketimpangan Sosial |
Pengertian Ketimpangan Sosial
Ketimpangan sosial adalah suatu keadaan yang terdapat di tengah masyarakat yang memperlihatkan ketidakseimbangan karena adanya perbedaan aspek-aspek yang ada di masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun budaya. Ketimpangan sosial dapat pula ditunjukkan dari adanya perbedaan akses untuk memperoleh atau memanfaatkan sumber daya yang ada.
Ketimpangan Sosial Menurut Ahli
1. Budi Winarno, ketimpangan sosial merupakan kegagalan pembangunan di era globalisasi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikis warga. Ketimpangan semakin terasa di era globalisasi, dan disebabkan oleh banyak faktor yang membuat kesenjangan semakin besar dan ketimpangan semakin tinggi.
2. Jonathan Haughton, ketimpangan sosial adalah bentuk ketidakadilan yang terjadi dalam proses pembangunan. Pembangunan yang utama dan pertama kali dilakukan adalah di pusat kota, yang kemudian bisa tampil lebih modern. Lapangan pekerjaan juga semakin luas dan membuat perbedaan pusat kota dengan pinggiran sekaligus di desa-desa semakin besar.
3. Roichatul Aswidah, ketimpangan sosial adalah dampak residual dari proses pertumbuhan ekonomi. Residual sendiri adalah adanya selisih yang kemudian memunculkan perbedaan. Selisih ini muncul membangun ketimpangan sosial seiring dengan pertumbuhan ekonomi.
4. William Ogburn, ketimpangan sosial adalah perubahan sosial yang melibatkan unsur-unsur dalam masyarakat yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Hubungan erat ini kemudian memunculkan kesadaran ada perbedaan dan memunculkan ketimpangan secara sosial.
5. Andrinof A. Chaniago, ketimpangan sosial adalah buah dari pembangunan yang berfokus pada ekonomi dan melupakan aspek sosial. Idealnya, proses pembangunan dilakukan pada dua aspek yakni aspek ekonomi dan aspek sosial. Hanya saja untuk bisa sejalan tentu susah, maka paling sering dilakukan adalah fokus pada aspek ekonomi.
Faktor Penyebab Ketimpangan Sosial
Ketimpangan dalam kehidupan sosial bisa muncul karena adanya dua faktor penyebab di antaranya,
1. Faktor Internal
Faktor internal dalam ketimpangan sosial adalah faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan yang asalnya dari dalam diri setiap individu. Setiap orang memiliki faktor internal yang bisa menyebabkan ketimpangan.
Faktor internal bisa membuat seseorang berperilaku tidak adil dan mau menang sendiri. Faktor internal pula yang menyebabkan seseorang bisa menyadari bahwa ada kondisi ketimpangan tengah dihadapinya saat mengalami suatu kejadian, pengalaman, dan lain sebagainya.
Faktor internal ini lebih merujuk pada kualitas individu atau seseorang yang terbilang terbatas. Misalnya:
a. Memiliki pendidikan yang rendah, bisa karena masalah ekonomi sehingga kesulitan mendapatkan pendidikan sampai karakter individu tersebut yang malas sekolah.
b. Keterampilan yang rendah, di mana keterampilan bisa menjadi aset untuk berpenghasilan dan memperbaiki kondisi perekonomian seseorang.
c. Kesehatan yang kualitasnya masih rendah, misalnya akses fasilitas kesehatan yang masih susah di desa-desa terutama desa terpencil.
d. Hambatan budaya, seperti budaya kemiskinan yang membuat seseorang terbiasa memiliki akses yang minim ke berbagai bidang. Baik itu pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.
2. Faktor Eksternal
Faktor penyebab kedua dari adanya ketimpangan sosial adalah faktor eksternal. Yaitu faktor penyebab ketimpangan yang berasal dari lingkungan luar dan di luar kemampuan seseorang untuk mencegah maupun mengatasinya.
Faktor eksternal ini bisa dalam bentuk kebijakan suatu organisasi atau perusahaan, kebijakan dari pemerintah, dan lain sebagainya. Adanya faktor eksternal membuat ketimpangan yang terjadi di masyarakat tidak disebabkan oleh sifat malas seseorang.
Melainkan memang ada sebuah kebijakan, aturan, dan suatu budaya yang membuat seseorang dalam masyarakat susah untuk berkembang. Misalnya saat bekerja di sebuah perusahaan, ada aturan yang bisa memangku jabatan tinggi adalah dari pihak keluarga pendiri.
Kebijakan seperti ini akan menghalangi karyawan tanpa hubungan darah dengan direksi kesulitan untuk menjabat jabatan strategis. Sehingga kebanyakan dari mereka akan selalu menjadi bawahan dan susah untuk mengembangkan kariernya.
Teori Ketimpangan Sosial
Selama berkembangnya zaman, pemikiran teori ketimpangan sosial dapat dibagi menjadi 2 era, yaitu teori ketimpangan sosial klasik dan modern. Teori ketimpangan sosial klasik muncul dari abad ke-19 akhir hingga abad ke-20 awal. Sedangkan teori ketimpangan sosial modern muncul pasca Perang Dunia II.
Teori ketimpangan sosial klasik terdiri dari teori yang dikemukakan oleh Emile Durkheim, Karl Marx, dan Max Weber. Sedangkan teori ketimpangan sosial modern terdiri dari teori yang dikemukakan oleh Julius H. Boeke dan Raul Prebisch.
1. Teori Ketimpangan Sosial Klasik
a. Teori Struktural Fungsional (Emile Durkheim)
Menurut Emile Durkheim, ketimpangan sosial tidak dapat dihindari dan memiliki peran penting dalam masyarakat. Ini karena ketimpangan berfungsi untuk menciptakan sistem meritokrasi, yaitu sistem yang digunakan untuk menilai seseorang berdasarkan kualitas dan keahliannya.
Contoh dari teori ini adalah masyarakat yang berpendidikan dan berketerampilan rendah mengisi pekerjaan dengan penghasilan yang rendah juga. Namun, hal ini justru dibutuhkan oleh orang dengan pendidikan dan keterampilan tinggi.
Yang dapat menjadi masalah adalah, apabila kesempatan kerja didasari oleh faktor keturunan, gender, suku, atau agama. Apabila ini terjadi, barulah ketimpangan sosial dikatakan sebagai hal yang buruk. Kelemahan dari teori ini adalah tidak mempertimbangkan adanya konflik yang muncul akibat ketimpangan sosial.
b. Teori Konflik (Karl Marx)
Menurut teori konflik, ketimpangan sosial dapat terjadi akibat adanya eksploitasi oleh kelompok yang lebih kuat. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kapitalisme yang lebih menguntungkan pemodal, tetapi lebih merugikan pekerja/buruh.
Contoh yang sesuai dengan teori ini adalah kontrak kerja yang tidak jelas atau sewenang-wenang, sehingga pekerja lebih rentan dipecat. Adanya ketidakadilan upah dan perlindungan kerja bagi buruh/pekerja juga merupakan contoh kasus yang sesuai.
Kelemahan dari teori ini adalah terlalu berfokus pada aspek ekonomi dalam ketimpangan sosial. Padahal, terdapat beberapa bentuk ketimpangan sosial selain dari ketimpangan ekonomi.
c. Teori Kelas, Status, Kekuasaan (Max Weber)
Teori ini beranggapan bahwa ketimpangan sosial memiliki 3 dimensi, yaitu status, kekayaan, dan kekuasaan. Jadi sebenarnya, teori ini mengisi kekurangan pada teori konflik yang terlalu berfokus pada masalah ekonomi.
Pada dimensi kelas, ketimpangan sosial bergantung pada usaha individu untuk mencapai kekayaan. Pada dimensi status berkaitan dengan individu atau kelompok dalam berhubungan dengan satu sama lain. Sedangkan pada dimensi kekuasaan adalah ketika yang berkuasa cenderung lebih mendominasi.
Contoh kasus yang sesuai dengan teori adalah munculnya politik uang yang menguntungkan beberapa pihak ketika pemilu sedang berlangsung.
3. Teori Ketimpangan Sosial Modern
a. Teori Dualisme Sosial (Julius H. Boeke)
Teori Dualisme Sosial berpandangan bahwa ketimpangan antara negara Barat (maju) dengan negara Timur (berkembang) terjadi karena adanya perbedaan tujuan ekonomi. Karena dualisme ekonomi ini, kebijakan ekonomi di negara maju tidak berlaku untuk menyejahterahkan masyarakat di negara berkembang dan bekas jajahan.
Contoh kasus yang sesuai dengan teori ini adalah adanya pola pikir tradisional pada masyarakat yang bekerja hanya sekedar mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari. Hal ini menghambat terjadinya industrialisasi yang akhirnya sulit mencapai kemajuan.
Mirip dengan teori konflik, kelemahan teori ini adalah masih terlalu berfokus pada faktor ekonomi. Teori Boeke juga cenderung pesimis terhadap perkembangan negara berkembang.
b. Teori Dependensi (Raul Prebisch)
Teori dependensi atau ketergantungan berhubungan dengan adanya ketergantungan antara negara berkembang dengan negara maju. Adanya ketergantungan ini menyebabkan kemunduran bagi negara-negara berkembang atau bekas jajahan.
Baca Juga: Pengertian Ketergantungan Sosial, Teori, Jenis, dan Contohnya di Masyarakat
Kenyataannya, banyak negara maju yang mengutamakan hasil pertaniannya sendiri, sehingga cenderung menutup peluang bagi negara berkembang untuk mengekspor hasil pertaniannya. Di sisi lain, negara berkembang kesulitan membeli barang industri dari negara maju. Padahal, harga hasil pertanian di negara berkembang cenderung tidak naik, sehingga hal ini terus mencegah negara berkembang mencapai kemakmuran.
Akhirnya, negara industri semakin maju dan berkembang, sedangkan negara berkembang semakin tertinggal. Inilah poin utama pada teori ini.
Kelemahan dari teori ini adalah terlalu berfokus pada aspek eksternal, yaitu ketergantungan pada negara maju. Teori ini juga masih terlalu fokus pada aspek ekonomi.
Bentuk Ketimpangan Sosial
Andrinof A. Chaniago menyebutkan ada enam bentuk ketimpangan sosial di antaranya,
1. Ketimpangan Pengembangan Diri Manusia
Bentuk ketimpangan ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh pada kesejahteraan seseorang. Ketimpangan pengembangan diri manusia biasanya disebabkan oleh rendahnya pendidikan seseorang, yang bisa memengaruhi pola pikir seseorang tersebut. Tanpa pendidikan yang bagus, seseorang dapat menjadi pemalas, pesimis, dan mudah menyerah.
2. Ketimpangan Antara Desa dan Kota
Ketimpangan antara desa dan kota bisa terlihat jelas dari perbedaan pembangunan infrastruktur di kedua wilayah tersebut. Pembangunan infrastruktur di kota tampak lebih masif dan cepat dibandingkan di desa.
Ketimpangan ini akhirnya menyebabkan banyaknya masyarakat desa pindah ke kota demi mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Ketimpangan antara desa dan kota ini juga dipengaruhi akses dan kualitas pendidikan. Akses dan kualitas pendidikan di desa yang masih minim membuat pola pikir dan kesejahteraan masyarakat desa tertinggal jauh dari masyarakat kota.
3. Ketimpangan Antarwilayah dan Subwilayah
Perbedaan wilayah juga menjadi bentuk ketimpangan sosial yang kerap terjadi di dunia. Subwilayah biasanya memiliki akses dan fasilitas yang lebih sedikit dibandingkan wilayah. Misalnya, pembangunan infrastruktur lebih banyak dilakukan di wilayah pusat, seperti kota Bandung, daripada subwilayah, seperti Ujungberung, Bojonagara, dan Tegalega.
4. Ketimpangan Antargolongan Sosial Ekonomi
Ketimpangan antar golongan sosial terjadi karena adanya perbedaan kelas sosial dan stratifikasi sosial. Misalnya, akses kesehatan dan pendidikan antara masyarakat kelas atas dan masyarakat kelas bawah sangat berbeda. Masyarakat kelas atas memiliki akses kesehatan dan pendidikan yang lebih baik dibandingkan masyarakat kelas bawah.
5. Ketimpangan Penyebaran Aset
Ketimpangan penyebaran aset yang tidak merata terjadi karena pendistribusiannya hanya terpusat di perkotaan, sementara di daerah-daerah biasanya sangat tertinggal. Misalnya, pembuatan jalan tol lebih banyak dilakukan di kota dibandingkan di desa.
6. Ketimpangan Antarsektor Ekonomi
Ketimpangan antarsektor ekonomi dapat Anda lihat dari perbedaan lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat, sektor budaya dan pariwisata. Bentuk ketimpangan inilah yang banyak membentuk strata masyarakat berdasarkan status sosial.
Dampak Ketimpangan Sosial
Meskipun ketimpangan sosial sudah ada sejak dulu dan masih eksis sampai sekarang. Bukan berarti kondisi ini hanya bisa dimaklumi dan dibiarkan begitu saja. Pasalnya ketimpangan yang terlalu jauh dan berlarut-larut bisa menimbulkan banyak dampak negatif di antaranya,
1. Kualitas Pendidikan Semakin Rendah
Dampak pertama dari ketimpangan dalam kehidupan sosial adalah menurunnya kualitas pendidikan. Di mana jumlah masyarakat yang berpendidikan rendah akan terus bertambah dan hal ini bisa memberi dampak lebih luas lagi.
Hal ini dapat terjadi, karena akses pendidikan membutuhkan kekuatan ekonomi. Sebab di Indonesia sendiri pendidikan belum sepenuhnya gratis, apalagi untuk pendidikan tinggi.
Beasiswa ada tapi ada syarat yang menyertainya, dan pada akhirnya masih banyak masyarakat ekonomi bawah yang susah mendapatkan fasilitas ini. Jika ketimpangan terus terjadi di mana seseorang seumur hidupnya berpenghasilan rendah dan hanya cukup untuk makan.
Maka mereka akan punya generasi dengan pendidikan rendah dan kemudian mengulang nasib orang tua atau kakek buyutnya sendiri. Sebab orang tua yang kesulitan memberi pendidikan yang layak membuat anak-anak mereka juga bernasib sama. Bekerja banting tulang dengan gaji yang rendah.
2. Meningkatnya Angka Kriminalitas
Ketimpangan sosial bisa memicu peningkatan angka kriminalitas. Pada saat di suatu lingkungan ada yang sangat kaya raya karena berpendidikan tinggi atau punya keturunan darah biru.
Sementara ada lebih banyak tetangga yang miskin bahkan sangat miskin sampai kesulitan untuk makan. Maka mereka akan berpikir untuk mencuri dari rumah orang kaya tadi.
Ketimpangan tidak hanya disebabkan faktor ekonomi saja, namun juga faktor lain sesuai penjelasan sebelumnya. Sehingga angka-angka kriminal yang punya beragam modus akan mencuat ke permukaan.
3. Kemiskinan yang Semakin Parah
Rendahnya tingkat pendidikan masyarakat bisa mempengaruhi pendapatan masyarakat tersebut. Lulusan SD tentunya saat bekerja akan memperoleh upah yang lebih rendah dibanding lulusan SMA maupun lulusan perguruan tinggi.
Jika jumlah masyarakat berpendidikan rendah terlalu tinggi dan terlalu banyak, maka angka kemiskinan juga akan semakin tinggi. Hal ini bisa mempengaruhi kondisi perekonomian suatu negara yang menjadi susah untuk berkembang.
4. Terjadi Dekadensi Moral
Ketimpangan dalam kehidupan sosial juga bisa menyebabkan terjadinya dekadensi moral. Dekadensi moral adalah proses pengikisan jati diri terkait merosotnya nilai-nilai agama, budaya, nasionalisme, dan sebagainya.
Contoh atau bentuk dekadensi sosial sebagai dampak ketimpangan ada banyak. Sebut saja seperti pergaulan bebas di kalangan remaja, tingginya kasus pencabulan, tingginya angka korupsi dari para pejabat, tawuran, dan lain sebagainya.
Ketimpangan dalam kehidupan bisa menyebabkan pengikisan moral. Orang yang awalnya baik hati bisa jadi terpaksa berbuat tindakan amoral karena desakan kebutuhan. Seperti pejabat yang kemudian menjadi koruptor karena gajinya kecil atau karena terdesak gengsi terlalu tinggi.
Cara Mengatasi Ketimpangan Sosial
Bentuk ketimpangan yang beragam dalam kehidupan sosial dan banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan. Membuatnya perlu diatasi dengan segera, dan berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan di antaranya,
1. Meningkatkan kualitas SDM dengan menyediakan lebih banyak program beasiswa, mengadakan kursus, bimbingan, dampingan keterampilan, dan lain sebagainya.
2. Mobilitas geografis, yakni upaya untuk meratakan jumlah penduduk di seluruh wilayah. Sebab satu wilayah yang terlalu padat membuat persaingan kerja meningkat dan memunculkan angka pengangguran terlalu tinggi.
3. Menciptakan peluang kerja, bisa dengan mendorong masyarakat berwirausaha yang menyerap lebih banyak tenaga kerja dari masyarakat sekitar.
4. Menyalurkan bantuan sosial yang tepat sasaran, agar masyarakat kurang mampu dan layak mendapat bantuan sosial bisa terbantu untuk hidup yang layak dan meningkatkan kualitas hidupnya.
5. Memberantas kekurangan gizi atau gizi buruk di masyarakat, dengan menyediakan makanan bergizi menggandeng sejumlah pihak. Sebab gizi yang buruk bisa menurunkan kualitas SDM dan menyebabkan ketimpangan semakin parah di masyarakat.
Dari berbagai sumber
Post a Comment