Positivisme: Pengertian, Prinsip, Ciri, dan Jenisnya

Table of Contents
Pengertian Positivisme

Pengertian Positivisme

Positivisme dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah aliran filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan itu semata-mata berdasarkan pengalaman dan ilmu yang pasti. Secara  etimologi, kata positive, dalam filsafat bermakna sebagai suatu peristiwa yang benar-benar terjadi, yang dapat dialami sebagai suatu realitas.

Demikian, positivisme beranggapan bahwa pengetahuan yang benar hanya berasal dari ilmu alam dan tidak berkaitan dengan metafisika. Dalam sosiologi, antropologi, dan ilmu sosial lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran Auguste Comte pada abad ke-19.

Comte berpendapat, positivisme adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan sains. Menurut Comte, teori sains dapat disusun mulai dari tingkat yang sederhana dan universal sampai kepada tahapan yang lebih kompleks dan terbatas. Susunan tingkatan ini dapat terus dikembangkan sehingga masing-masing sains yang baru akan tergantung pada tahap sebelumnya.

Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam, karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan aturan-aturan, demikian juga alam.

Prinsip Utama Positivisme

Terdapat beberapa prinsip penting yang ada dalam paham positivisme di antaranya,
1. Lebih mengedepankan penggunaan logika dalam menentukan kebenaran yang ada.
2. Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini lebih diperuntukkan guna menggambarkan dan memprediksi berbagai hal yang erat kaitannya dengan fenomena alam.
3. Hasil penelitian yang telah disepakati harus dapat diterima secara logika dan indera yang dipunya.
4. Interpretasi mengenai berbagai data yang telah dikumpulkan harus dapat dihindari.
5. Sains memisahkan dirinya dengan berbagai nilai-nilai budaya yang telah berkembang sebelumnya.

Ciri Positivisme

Terdapat beberapa karakteristik yang dimiliki oleh positivisme yang dapat mempermudah untuk mengklasifikasikan berbagai hal yang erat kaitannya dengan positivisme di antaranya,
1. Menolak keras gagasan atau pemikiran yang berkenaan dengan ilmu pengetahuan yang sebelumnya tidak dilakukan eksperimen atau penelitian sama sekali.
2. Tidak mempercayai berbagai hal yang erat kaitannya dengan takhayul dan mitos-mitos yang sudah lama berkembang.
3. Menggunakan berbagai metode ilmiah yang diperuntukkan untuk mengumpulkan dan membuktikan suatu data yang diperlukan.
4. Menempatkan metode ilmiah sebagai syarat mutlak untuk menentukan kebenaran suatu hal.
5. Dalam prosesnya lebih menitik beratkan pada penggunaan logika dan pemikiran dasar lainnya.
6. Indera merupakan salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data dalam hal ini.
7. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, sains dan budaya dibedakan menjadi dua hal yang tidak berhubungan satu sama lain.

Jenis Positivisme

Ada dua jenis dasar positivisme: positivisme sosial, dengan karakter yang diakui praktik politik, dan positivisme evolusioner, dengan karakter yang diakui teoretis. Comte dan John Stuart Mill adalah perwakilan utama dari positivisme sosial, dan Herbert Spencer dari positivisme evolusioner.

Keduanya berbagi gagasan umum tentang kemajuan, tetapi positivisme sosial menyimpulkan kemajuan dari pertimbangan masyarakat dan sejarah, sedangkan positivisme evolusioner menyimpulkannya dari bidang fisika dan biologi. Metafisika materialistik atau spiritualistik sering dikaitkan dengan positivisme evolusioner.

Jenis ketiga, positivisme kritis, juga dikenal sebagai empiriokritisme, harus dibedakan dari positivisme sosial dan evolusioner. Bentuk-bentuk positivisme kontemporer — positivisme logis dan neopositivisme — berhubungan langsung dengan positivisme kritis.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment