Pesimis: Pengertian, Ciri, Manfaat, Dampak Buruk, dan Cara Mengatasinya

Table of Contents
Pengertian Pesimis
Pesimis

Pengertian Pesimis

Pesimis dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang bersikap atau berpandangan tidak mempunyai harapan baik (khawatir kalah, rugi, celaka, dan sebagainya); orang yang mudah putus (tipis) harapan. Pesimis dapat dinalogikan sebagai kecenderungan berpikir negatif.

Pesimis kebalikan dari sifat optimis, orang yang pesimis sering merasa diri gagal dan justru curiga saat hal yang telah dikerjakan berjalan dengan baik. Berbeda dengan orang yang optimis, selalu berharap yang terbaik dari yang dikerjakan dan bisa mengambil hikmah ketika hal yang dikerjakan tidak sesuai harapan.

Berpikir pesimis juga dapat membuat seseorang tersebut lebih lambat merespons usaha-usaha yang dapat membantu mereka keluar dari masalah, dan justru memilih pasrah, menyangkal dan diam tidak melakukan apa apa.

Sehingga pikiran pesimis ini dapat menimbulkan perasaan depresi sesorang. Ia akan cenderung menyalahkan diri, orang lain, dan lingkungan.

Ciri Pesimis

Berikut beberapa ciri orang pesimis di antaranya,
1. Tidak akan mengejar apa yang diinginkan, karena telah berpikir mungkin akan gagal
Ketika seseorang selalu berkonsentrasi pada hal-hal yang mungkin salah atau mungkin gagal. Apabila dia ingin melakukan sesuatu, alih-alih dia berusaha melihat cara-cara agar lebih berhasil dia lebih fokus kepada kemungkinan kegagalan.

Maka orang tersebut terlalu fokus pada kegagalan, kegagalan inilah yang akan mendominasi, dan itu akan menyebabkan orang yang pesimis cenderung tidak akan banyak melakukan upaya mengejar keinginan.

Karena sebelum dia bertindak, sebelum dia melakukan upaya yang nyata, pikiran dia sudah dipenuhi skenario bahwa apa yang akan dia lakukan itu mengalami kegagalan.

2. Merasa terkejut ketika yang dikerjakan benar-benar berhasil mencapai tujuan
Hal ini menjadi masuk akal, karena ketika orang pesimis itu memandang dunia cenderung negatif, ketika sesuatu itu berjalan positif maka dia justru malah terkejut.

Sama seperti orang yang biasanya memakai kacamata yang berlensa berwarna biru misalnya. Kemudian dia melepaskan kacamatanya dan melihat ternyata ada warna-warna yang lain maka dia juga akan terkejut.

Jadi orang yang pesimis itu karena dia cenderung memakai kacamata yang negatif ketika dia nanti melihat sesuatu yang positif, justru itu akan menjadikan dia merasa tidak wajar begitu atau merasa aneh.

3. Selalu fokus dalam kesalahan apa pada suatu situasi
Ketika kita melakukan sesuatu tentunya masih ada dua kemungkinan, yakni bisa benar ataupun salah, bisa berhasil atau gagal. Akan tetapi orang yang pesimis itu alih-alih berusaha untuk memperbesar peluang berhasil atau peluang sukses dia akan fokus pada apa yang bisa salah.

Kondisi ini justru pada suatu titik akan menghambat upaya dia, karena sebelum melakukan sesuatu itu seakan-akan kakinya sudah lumpuh duluan, lumpuh karena pikiran akan adanya kegagalan.

Sebelum dia mencoba, sebelum dia melangkah tetapi dia sudah tidak mampu untuk melangkah karena upayanya dilumpuhkan oleh rasa pesimis.

4. Cenderung fokus pada kelemahan ataupun kekurangan diri sendiri daripada kelebihan yang dimiliki
Ketika dia memiliki lensa kacamata yang sifatnya negatif maka apa pun yang dia lihat itu akan menjadi negarif.

Hal yang baik itu nampak kemudian mengecil skalanya, tapi hal yang lemah atau hal yang negatif meskipun sebenarnya tidak berukuran besar, tapi karena dia memakai lensa yang memiliki nuansa negatif maka hal negatif yang tadinya kecil itu menjadi nampak besar.

5. Berpikir bahwa risikonnya selalu lebih besar ketimbang manfaatnya
Padahal tidak demikian, walaupun sesuatu mungkin memiliki peluang yang kecil tetapi belum tentu risikonya kemudian tidak sepadan.

Seperti contoh misalkan ada statistika yang menyatakan bahwa 90% dari orang yang memulai bisnis itu sebenarnya mengalami kegagalan. Kira-kira itu hanya 10% tersisa yang dapat bertahan bisnisnya di atas 5 tahun.

ketika kita melihat statistika ini mungkin kita akan merasa, mengapa kita menjadi pengusaha pada akhirnya 90% dari pengusaha gagal.

Memang statistika peluang menyatakan demikian, namun tidak berarti kemudian risiko itu mengalahkan manfaatnya. Meakipun ada banyak orang yang gagal membuka bisnis, tetapi sebenarnya ketika seseorang itu berhasil, dia melakukan sesuatu perencanaan yang baik.

Kemudian juga memiliki strategi, dia memiliki keuletan maka sebenarnya, dia akan berhasil dari keuntungan itu jauh melebihi resiko yang muncul.

6. Sering merasa kesal dengan optimis yang dimiliki orang lain
Jika memiliki cara pandang dunia yang negatif, maka ketika dia melihat ada orang yang memiliki sikap yang positif itu dia merasa kesal.

Dia merasa tidak mengerti, kenapa orang lain memiliki optimis yang lebih tinggi, dan “bertanya mengapa kamu memiliki tingkat positivisme yang tinggi, mengapa kamu begitu banyak harapan, toh kebanyakan dari harapan itu nanti akan gagal.”

Orang pesimis tidak suka dengan orang yang memiliki pandangan dunia yang berbeda.

7. Berasumsi bahwa semua hal baik pada akhirnya akan berakhir
Kita paham bahwa tidak ada apapun di dunia ini yang sifatnya kekal. Suatu hal baik pada suatu titik akan berakhir, masa muda pada suatu titik akan berakhir menjadi masa tua, suatu hal yang tadinya baru lama-lama akan menjadi kusam atau usang.

Namun, yang menjadi poin pentingnya adalah kita seharusnya tidak kemudian berfokus pada hal yang buruknya.

Kita jangan kemudian berfokus pada akhir yang kemudian tidak menyenangkan. Nah, sebaiknya kita beralih menganggap bahwa semua hal yang baik itu akan berakhir, namun sebelum berakhir hal baik itu. Masih bisa kita nikmati, maka sebaiknya kita pergunakan hal baik tersebut dengan sebaik-baiknya.

Namun, ketika kita berpandangan pesimis, maka kita tidak akan melihat itu, bahkan langsung menganggap bahwa “ngapain saya harus melakukan hal ini, toh hal baik ini nanti akan berakhir.”

Jadi seseorang yang pesimis langsung menuju hal yang buruk dan tidak menyenangkan. Berbeda dengan orang optimis akan bilang, “manfaatkan sebaik mungkin mumpung masih dapat kita manfaatkan dengan sebaik mungkin.”

8. Merasa lebih mudah hidup dengan status quo ketimbang merubah keadaan yang lebih baik
Seorang yang pesimis menganggap bahwa apapun yang akan dia lakukan itu akan mengalami kegagalan, maka secara otomatis dia juga tidak akan banyak melakukan upaya.

Oleh karena itu dia tidak berkeinginan merubah hidupnya, maka akhirnya secara konsekuensi hidupnya pun akan berakhir dengan status quo. Hidupnya akan selalu stagnan, hidupnya tidak akan dinamis ataupun berubah.

Perlu diketahui, meskipun tidak mengalami ciri-ciri tersebut, atau berpikir seperti ini sepanjang waktu, orang-orang pesimis pasti terlibat dalam banyak jenis pemikiran ini sampai taraf tertentu.

Manfaat Pesimis

Tentunya kita juga akan melihat bahwa ternyata memang ada beberapa suatu hal baik, terdapat dalam sikap pesimis di antaranya,
1. Cenderung memiliki jaring pengaman
Tidak semua orang yang pesimis itu memiliki jaring pengaman, tetapi kecenderungan itu ada. Karena dia memandang dunia ini dengan kacamata yang negatif, dia berharap pada suatu skenario yang buruk, maka untuk menantisipasi terjadinya skenario buruk itu, dia akan menyiapkan jaring pengaman.

Meskipun sebenarnya pada kenyataannya mungkin hanya kecil, sebenarnya apapun yang kita lakukan itu akan berakhir pada skenario yang terburuk. Namun orang pesimis tadi karena di awal, sudah lamgsung berasumsi bahwa semuanya akan berakhir denga buruk maka terdapat kemungkinan beberapa di antara mereka kemudian berusaha untuk menyiapkan jaring pengaman.

2. Lebih siap ketika terjadi hal buruk
Orang pesimis memang sudah selalu mengharapkan sesuatu hal itu akan berakhir tidak baik, maka ketika hal itu benar-benar terjadi, sehingga dia relatif akan lebih siap. Meskipun kita juga harus akui bahwa kenyataan biasanya hal-hal yang sangat buruk itu dari tingkat presentase tidak akan terlalu banyak.

Sebuah riset menyatakan bahwa 15% suatu hal itu akan berakhir buruk, artinya 85% yang lainnya akan berakhir netral atau berakhir baik.

Kita memfokuskan diri kepada hal yang buruk sebenarnya kita hanya memfokuskan diri ini pada 15% padahal 85% itu merupakan satu hal yang akan berakhir relatif dengan baik. Karena orang yang pesimis tadi berfokus pada 15%, maka dikatakan bahwa mereka akan ralatif lebih siap ketika hal buruk terjadi.

3. Tidak merasa dalam krisis ketika hal buruk terjadi
Pandangan seorang pesimis memang hidupnya itu sudah berada dalam krisis secara terus-menerus, dengan lensa yang memiliki nuansa negatif, maka ketika hal yang negatif itu benar-benar terjadi, dia tidak akan memandangnya sebagai suatu hal yang baru, karena memang dia sudah memposisikan dirinya atau mengasumsukan bahwa memang dunia ini sedang dalam krisis.

Ini memang beda dengan orang yang lebih positif, karena orang yang positif tentunya akan mengharapkan hidup itu lebih dinamis, bervariasi dan akan berakhir baik. Jadi orang yang optimis mungkin akan merasa kesulitan atau akan merasa terpukul kondisi memang benar-benar berubah menjadi krisis.

Dampak Buruk Pesimis

Berikut beberapa dampak buruk dari sikap pesimis di antaranya,
1. Membuat rasa takut yang besar saat memulai sesuatu di mana sikap pesimis ini akan menimbulkan rasa takut yang besar pada diri seseorang dan selalu berpikir bahwa kita tidak mampu.
2. Semangat dan kepribadian yang mudah tergoyah, karena sikap pesimis akan membuat kita menjadi tidak memiliki pendirian.
3. Sulit memiliki mimpi besar karena tidak yakin dengan diri sendiri dan akan terus membandingkan dengan orang lain.
4. Menganggap diri tidak berguna menjadi dampak buruk dari sikap pesimis selanjutnya. Selain itu kita juga tidak dapat menarik pembelajaran dalam setiap kejadian hidup.
5. Tidak memiliki tujuan hidup yang jelas karena setiap waktu tujuan hidup akan berubah-rubah dan kita tidak berpikir untuk segera keluar dari masalah-masalah yang dihadapi.

Cara Mengatasi Pesimis

Jika sikap pesimis sudah mulai menghambat kehidupan kita, maka sudah saatnya kita mencoba menguranginya. Berikut beberapa tips yang bisa kita lakukan di antaranya,
1. Mengubah perspektif
Orang yang pesimis memang cenderung lebih realistis. Namun jika sudah berlebihan, sikap ini justru biasanya akan membuat orang jauh dari kenyataan.

Berpikir bahwa Anda tidak mungkin bisa menyelesaikan suatu pekerjaan yang sangat mudah atau menganggap tidak ada orang yang mengerti padahal ada sahabat dan pasangan yang selalu menemani, adalah contoh dari pemikiran tidak realistis yang dapat mampir di benak orang-orang pesimis.

Mereka terlalu fokus terhadap ketakutan atau hal-hal negatif ini. Oleh karena itu untuk menghilangkannya, cobalah kembali berpikir mengenai tingkat realistis dari ketakutan yang dirasakan.

2. Membuat daftar kelebihan dan kekurangan
Hampir semua hal dalam hidup memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Terkadang, kita kesulitan untuk melihat kelebihan tersebut.

Dengan menuliskan kelebihan dan kekurangan suatu hal, kita akan bisa membandingkannya dan mengubah pikiran bahwa tidak semua hal harus berjalan atau berakhir negatif.

3. Mencari teman yang optimis
Berkumpul bersama teman-teman yang optimis akan memberikan sudut pandang baru dalam hidup. Mereka juga akan membantu kita mendapatkan kesempatan yang sebelumnya tersingkir karena sifat pesimis.

4. Belajar dari pengalaman
Cobalah kembali ingat masa lalu. Tentu, dari semua yang dilakukan, ada yang berakhir bahagia. Ini artinya, pemikiran pesimis yang selama ini ada, tidak selalu terbukti. Menyadari bahwa sesuatu juga bisa berakhir baik, bisa sedikit menyingkirkan perasaan negatif dalam diri.

Memiliki sifat pesimis bisa memberikan manfaat maupun kerugian. Kuncinya, selama tidak berlebihan, Anda bisa mengambil sisi baik dari sifat pesimis yang cenderung negatif.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment