John Bowlby: Biografi dan Teori Attachmentnya

Table of Contents
Biografi John Bowlby
Edward John Mostyn Bowlby

Biografi John Bowlby

Edward John Mostyn Bowlby (1907-1990) adalah seorang psikolog, psikiater, dan psikoanalisis Inggris yang terkenal karena memiliki perhatian besar terhadap teori perkembangan anak serta memelopori teori attachment.

Bowlby lahir di London, Inggris, pada 26 Februari 1907. Bowlby adalah anak keempat dari enam bersaudara. Ia dibesarkan oleh seorang pengasuh, yakni suatu metode yang lazim bagi kaum bangsawan Inggris kala itu.

Hal ini tidak mengherankan mengingat ia lahir di tengah-tengah keluarga menengah ke atas.

Ayahnya, Sir Anthony Alfred Bowlby, adalah seorang ahli bedah Kerajaan Inggris yang meninggal saat menjadi korespondensi perang di Tiongkok. Adapun ibu Bowlby adalah seorang wanita karier yang sibuk.

Bowlby melihat ibunya hanya sekitar satu jam sehari setelah minum teh, kecuali saat musim panas. Seperti kebanyakan ibu dari golongan bangsawan Inggris kala itu, ibu Bowlby menganggap perhatian dan kasih sayang orang tua akan menyebabkan anak menjadi manja.

Untungnya, sang pengasuh memberikan perhatian penuh kasih sayang sejak Bowlby masih bayi. Namun nahas, ketika Bowlby berusia hampir empat tahun, pengasuh tercintanya berhenti bekerja di rumahnya.

Bowlby menggambarkan keadaan ini sebagai tragedi hilangnya seorang ibu. Peristiwa inilah yang kemudian menjadi awal perhatiannya terhadap dunia anak dan kebutuhan akan tokoh ibu. Dari sini, kelak ia akan mencetuskan teori attachment.

Pada usia tujuh tahun, seperti pada umumnya anak-anak bangsawan, ia dikirim ke sebuah sekolah asrama di London. Bowlby mengungkapkan bahwa periode tersebut adalah pengalaman mengerikan baginya.

Bahkan, kelak ia berkata, Saya tidak akan mengirim anjing pergi ke sekolah asrama pada usia tujuh tahun. Menurutnya, sekolah asrama hanya pantas dimasuki anak berusia delapan tahun ke atas.

Selepas dari sekolah asrama, Bowlby belajar psikologi dan ilmu klinis di Trinity College, Cambridge. Kala menjadi mahasiswa, ia sempat memenangkan hadiah untuk kinerja intelektual yang luar biasa.

Lulus dari Cambridge, Bowlby kemudian bekerja mempelajari dan mengadvokasi anak-anak maladjusted. Anak-anak tersebut memiliki ciri tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Pada usia 22 tahun, ia mengambil kuliah kedokteran di University College Hospital di London. Empat tahun kemudian, Bowlby berhasil menerima ijazah dokter.

Saat masih menempuh kuliah, ia juga mendaftarkan diri di institut psikoanalisis. Setelah menyelesaikan studi di University College Hospital, ia berlatih sebagai psikiater di Maudsley Hospital.

Pada tahun 1937, yakni saat usianya menginjak 30 tahun, ia mendapatkan ijazah psikoanalisis.

Selama Perang Dunia II, Bowlby diangkat sebagai seorang letnan kolonel angkatan darat yang bekerja di korps medis Kerajaan Inggris. Setelah perang berakhir, ia diangkat menjadi wakil direktur Tavistock Clinic.

Selanjutnya, pada tahun 1950, ia diangkat sebagai konsultan kesehatan mental pada World Health Organization (WHO).

Bowlby merasa miris melihat peristiwa perang yang mengakibatkan terpisahnya anak-anak dari orang tuanya. Ia juga prihatin terhadap anak-anak Yahudi yang ketika itu menjadi korban peraturan Kindertransport.

Oleh karena itu, ia tertarik untuk mendedikasikan penelitiannya pada perkembangan anak di East London Child Guidance Clinic.

Lembaga yang berkantor di Islington itu didirikan oleh organisasi kesehatan Yahudi pada tahun 1927 dan merupakan lembaga kejiwaan anak-anak pertama di Inggris dan bahkan Eropa.

Bowlby ikut mengevakuasi anak-anak dari London serta menjaga keamanan mereka. Bowlby juga menolak anak-anak dilibatkan dalam peperangan.

Bowlby mempelajari karya-karya Anna Freud dan Dorothy Burlingham tentang anak-anak pengungsi, serta studi Rene Spitz tentang anak yatim.

Pada akhir dekade 1950-an, ia banyak menerbitkan karya mengenai arti penting pembangunan manusia sejak lahir, pola interaksi keluarga yang mengidap patologi, anak-anak nakal, efek perawatan lembaga kesehatan terhadap anak, kesehatan anak-anak tunawisma setelah perang di Eropa, serta teori attachment.

Teori-teori Bowlby banyak diterapkan oleh WHO, terutama mengenai praktik dan prevalensi perawatan institusional untuk bayi dan anak-anak yang diadopsi WHO pada tahun 1951.

Kelak, Mary Ainsworth—yakni salah satu mahasiswa Bowlby—menjadi penerus pemikiran-pemikirannya.

Terhitung sejak dekade 1950-an, Bowlby senang mengadakan kontak ilmiah dengan para ilmuwan Eropa terkemuka di bidang etologi, sepeti Niko Tinbergen, Konrad Lorenz, dan terutama Robert Hinde.

Dengan menggunakan sudut pandang ilmu etologi, Bowlby mengembangkan hipotesis baru mengenai perilaku attachment manusia.

Bowlby menikah dengan Ursula Longstaff, putri seorang ahli bedah, pada 16 April 1938. Selama hidup bersama, mereka dikaruniai empat anak.

Bowlby meninggal dunia di rumah musim panasnya di Isle of Skye, Skotlandia, pada 2 September 1990.

Teori Attachment John Bowlby

Teori attachment—atau bisa diterjemahkan menjadi teori kelekatan—pertama kali diperkenalkan oleh John Bowlby pada tahun 1958. Teori kelekatan digunakan Bowlby untuk menjelaskan hubungan antara anak dengan orang tua.

Menurut Bowlby, hubungan tersebut merupakan sumber emosional dan kognitif bagi anak untuk mengeksplorasi lingkungan dan kehidupan sosialnya. Hal ini akan memengaruhi pola perilaku si anak kelak saat memasuki usia dewasa.

Kelekatan selalu didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut.

Tingkah laku lekat adalah berbagai tingkah laku yang diproyeksikan anak untuk mencari, menambah, dan mempertahankan kedekatan, serta melakukan komunikasi dengan figur lekatnya (orang tua).

Tingkah laku lekat dapat dilihat, tetapi kadang tersembunyi. Intensitas perilaku lekat sangat bervariasi tergantung situasi lingkungan.

Tingkah laku lekat hanya ditujukan secara terbatas pada figur tertentu (biasanya orang tua). Bowlby menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia.

Hal ini diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figur penggantinya, seperti nenek, pembantu, bibi, dan orang lain yang berperan sebagai ibu.

Proposisi Attachment (Kelekatan)
Bowlby menjelaskan sejumlah proposisi yang menunjukkan kelekatan anak pada ibu di antaranya,
1. Seorang anak dilahirkan dengan predisposisi untuk lekat kepada pengasuhnya. Dalam hal ini, pengasuh bisa seorang nenek, pembantu, bibi, serta orang lain yang berperan sebagai ibu.

2. Seorang anak akan dapat mengatur perilaku dan menjaga hubungan kelekatan dengan orang yang dekat dengannya. Hal itu merupakan kunci kemampuan bertahan hidupnya, baik secara fisik maupun psikologis.

3. Perkembangan sosial sangat berhubungan dengan peningkatan kognisi. Sebagai contoh, seorang bayi berusia di atas enam bulan bertemu dengan wanita selain ibunya.

Bayi tersebut mulai bisa mengenali bahwa wanita itu bukan ibunya. Dalam hal ini, seorang bayi akan mengenali ibunya dengan cara tersenyum.

4. Seorang anak akan memelihara hubungan dengan orang lain apabila orang tersebut banyak menunjukkan fungsi yang bertanggung jawab pada diri si anak.

5. Ada kemungkinan orang tua tidak mampu menjalankan fungsinya memenuhi kebutuhan anak. Jika hal itu terjadi maka anak akan mengalami hambatan dalam perkembangan emosi serta kemampuan berpikirnya kelak.

6. Perilaku anak seperti tersenyum, memanggil, menangis, atau menggelayut menunjukkan kelekatan terhadap orang yang ada di dalam hatinya.

Konsep Dasar Attachment
Bowlby mengklasifikasikan konsep dasar attachment menjadi tiga.

Pertama, attachment berfungsi sebagai bentuk pertahanan terhadap suatu hal yang dianggap jahat. Hal ini mengingat prinsip di balik munculnya attachment adalah kebutuhan akan perasaan aman.

Kedua, perasaan aman yang dihasilkan dari attachment positif (secure attachment) memiliki hubungan erat dengan kemampuan mengembangkan kreativitas dan eksplorasi (penguasaan lingkungan).

Anak-anak yang kebutuhan kelekatannya terpenuhi memiliki kemampuan untuk mengubah figur attachment ke lingkungan sekitarnya.

Dengan demikian, pada masa remaja, anak akan pandai bergaul, percaya kepada orang lain, serta memiliki hubungan sosial yang sehat.

Ketiga, attachment bukanlah kebutuhan anak yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan menjadi lebih cepat. Namun, attachment merupakan kebutuhan yang terpendam sepanjang hidup manusia.

Ciri Attachment
Menurut Bowlby, seorang anak dapat dikatakan lekat pada orang lain jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut di antaranya,
1. Dekat secara fisik dengan figur lekat
2. Cemas ketika berpisah dengan figur lekat
3. Merasa gembira dan lega ketika figur lekatnya kembali, serta
4. Orientasinya tetap pada figur lekat, sekalipun tidak sedang melakukan interaksi dengan figur lekat (misalnya seorang anak memerhatikan gerakan, mendengarkan suara, dan sebisa mungkin berusaha mencari perhatian figur lekatnya)

Variasi Attachment
Untuk menunjukkan konsep Bowlby tentang variasi attachment antara anak dan figur lekat, Ainsworth melakukan eksperimen dengan metode situasi asing (the strange situation).

Seorang anak ditempatkan di dalam ruangan dengan lingkungan fisik yang dirancang khusus, yakni tidak familier.

Anak itu dipisahkan dari pengasuh (ibu) dan diberi kesempatan mengadakan kontak dengan orang asing.

Berdasarkan eksperimen tersebut, maka diperoleh beberapa respons berbeda, sebagaimana diuraikan berikut.
1. Tipe A (insecurely attached avoidat infant)
Anak menolak kehadiran ibu, menampakkan permusuhan, tidak memiliki ego kuat, serta kurang mampu mengekspresikan emosi negatif.

Selain itu, anak itu juga tampak mengabaikan serta kurang tertarik dengan kehadiran ibu. Kondisi ini terjadi pada 20 persen dari sampel penelitian.

2. Tipe B (securely attached infant)
Anak menunjukkan perilaku eksplorasi lingkungan. Ia berada di dekat ibu untuk beberapa saat, kemudian melakukan eksplorasi.

Anak baru kembali kepada ibunya ketika ia melihat orang asing. Anak memberikan senyuman apabila ibu berada di dekatnya.

Anak merasa terganggu ketika ibu pergi, tetapi menunjukkan kebahagiaan begitu sang ibu kembali. Kondisi ini ditunjukkan oleh 70 persen sampel penelitian.

3. Tipe C (insecurely attached resistant infant)
Anak menunjukkan keengganan untuk mengeksplorasi lingkungan. Ia tampak selalu menempel kepada ibunya serta bersembunyi dari orang asing.

Anak itu tampak sedih ketika ditinggal ibunya. Bahkan, ia sulit untuk kembali tenang meskipun sang ibu telah kembali.

Anak mengekspresikan emosi negatif dengan reaksi yang berlebihan. Kondisi ini dialami oleh 10 persen dari sampel penelitian.

3. Tipe D (disorganized/disoriented attached)
Perilaku anak tampak sangat tidak terorganisasi, mengalami konflik di dalam dirinya, serta menunjukkan kedekatan sekaligus penolakan terhadap ibu.

Adakalanya, ia secara langsung menunjukkan kekhawatiran dan penolakan lebih besar kepada ibu dibandingkan dengan orang asing.

Kondisi ini hanya ditemukan pada anak-anak yang mengalami kondisi salah pengasuhan (maltreated).

Beberapa variasi kelekatan tersebut dapat dikategorikan menjadi dua kelompok. Pertama, kelekatan aman (secure attachment), yaitu tipe B.

Kedua, kelekatan tidak aman (unsecure attachment), yaitu tipe A, C, dan D.

Seorang anak yang memiliki kelekatan tidak aman berarti ia mengalami masalah dalam hubungannya dengan pengasuh atau figur lekat.

Sebaliknya, anak yang memiliki kelekatan aman menandakan adanya pola hubungan sangat baik dengan pengasuh atau figur lekat.

Fase tingkah laku attachment
Bowlby membagi perkembangan kelekatan menjadi empat fase di antaranya,
1. Indiscriminate sociability
Fase ini terjadi pada bayi yang masih berusia 0-2 bulan.

Bayi menggunakan ekspresi seperti menangis, mengisap, menggenggam, tersenyum, serta berceloteh untuk menarik perhatian orang dewasa agar mendekat kepadanya.

2. Discriminate sociability
Fase ini terjadi pada bayi berusia 2-7 bulan.

Pada fase ini, bayi mulai dapat membedakan objek lekatnya, mengingat sosok yang memberikan perhatian, serta menunjukkan pilihannya kepada orang tersebut.

3. Fase specific attachment
Fase ini terjadi pada anak berusia tujuh bulan hingga dua tahun. Dalam hal ini, anak (bayi) mulai menunjukkan kelekatan pada figur tertentu.

Fase ini ditandai munculnya intentional behavior dan independent locomotion yang bersifat permanen.

Artinya, anak untuk pertama kalinya menyatakan protes ketika figur lekatnya pergi. Anak sudah mampu mengenal dan memilih orang-orang yang diinginkannya.

Pada fase ini, anak mulai mendekatkan diri pada objek lekatnya. Ia juga mulai menggunakan kemampuan motorik untuk memengaruhi orang lain.

4. Fase goal corrected partnership
Fase ini terjadi pada anak berusia 2-4 tahun.

Anak mulai mengerti bahwa orang lain memiliki perbedaan keinginan dan kebutuhan sekaligus memperhitungkan hal tersebut.

Kemampuan bahasa membantu anak bernegosiasi dengan ibu atau objek lekatnya. Kelekatan itu menjadikan anak lebih matang dalam menjalani hubungan sosial.

Hal ini membuat anak mampu berhubungan dengan orang yang tidak dikenalnya.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment