Invasi: Pengertian, Sejarah, Aspek, Metode, dan Contohnya

Table of Contents
Pengertian Invasi
 Invasi

Pengertian Invasi

Invasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah hal atau perbuatan memasuki wilayah negara lain dengan mengerahkan angkatan bersenjata dengan maksud menyerang atau menguasai negara tersebut; penyerbuan ke dalam wilayah negara lain. Invasi bisa menjadi penyebab perang, bisa digunakan sebagai strategi untuk menyelesaikan perang, atau bisa menjadi inti dari perang itu sendiri.

Istilah invasi biasanya dipakai untuk suatu aksi strategis militer yang besar, karena tujuan akhir invasi biasanya pada skala yang besar dan dengan jangka panjang, suatu pasukan yang sangat besar dibutuhkan untuk mempertahankan daerah yang diinvasi. Infiltrasi taktis kecil tidak termasuk invasi, dan lebih sering diklasifikasikan sebagai serbuan, skirmish, atau serangan.

Sejarah Invasi

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa invasi telah terjadi sejak zaman prasejarah. Di zaman kuno, sebelum komunikasi radio dan transportasi cepat, satu-satunya cara untuk memastikan bala bantuan yang memadai adalah dengan menggerakkan pasukan sebagai satu kekuatan besar.

Hal ini, pada dasarnya, mengarah pada strategi invasi. Dengan invasi, terjadi pertukaran budaya dalam pemerintahan, agama, filsafat, dan teknologi yang membentuk perkembangan sebagian besar dunia kuno.

Aspek Invasi

Dalam melakukan invasi terhadap suatu wilayah, terdapat beberapa aspek pendukung yang dibutuhkan di antaranya,
1. Logistik
Tanpa adanya persediaan yang memadai, sebuah pasukan yang terlibat dalam invasi akan segera mengalami kekalahan. Misalnya, sebelum melakukan invasi terhadap Yunani, selama tiga tahun Xerxes I mengumpulkan persediaan dari penjuru Asia.

2. Komunikasi
Pertimbangan lain dalam melakukan invasi adalah pentingnya kepemimpinan untuk dapat berkomunikasi dengan pasukan invasi. Pada zaman kuno, ini sering berarti bahwa seorang raja perlu memimpin pasukannya secara pribadi untuk memastikan perintahnya tepat waktu dan diikuti, seperti dalam kasus Alexander Agung (356-323 SM).

Pada saat itu, keterampilan yang dibutuhkan untuk memimpin pasukan dalam pertempuran sama pentingnya dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu negara selama masa damai.

3. Hubungan Masyarakat (Public relations)
Dalam istilah diplomatik, hubungan masyarakat dan propaganda, mungkin membantu penyerang (atau penyerbu potensial) untuk memiliki ajakan sebagai alasan untuk campur tangan dengan maksud untuk “memulihkan ketertiban” atau “memperbaiki kesalahan”.

Metode Invasi

Terdapat beberapa macam invasi dari segi metode yang digunakan di antaranya,
1. Invasi darat
Invasi darat merupakan metode invasi yang dilakukan secara langsung untuk memasukkan angkatan bersenjata ke suatu wilayah melalui hubungan darat, dengan mengalahkan pertahanan musuh. Meskipun cara ini sering menghasilkan kemenangan yang cepat, gerakan pasukan relatif lambat dan bisa dipengaruhi oleh kondisi medan dan cuaca.

Selain itu, rencana pergerakan pasukan sulit untuk disembunyikan, dan ada kemungkinan besar negara yang diserang akan melakukan persiapan dan meningkatkan pertahanan.

Pada masa peperangan modern, invasi darat biasanya  akan dilakukan setelah adanya serangan-serangan lain dengan menggunakan metode yang berbeda, misalnya melakukan serangan lewat udara dan serangan menggunakan peluru kendali sangat lazim digunakan untuk “melunakkan” target sebelum diserang.

Persiapan lainnya yang lebih terselubung misalnya secara rahasia mencari dukungan orang dalam, membunuh tokoh-tokoh politik atau militer yang penting, dan memblokir jalur-jalur persediaan dan perdagangan.

2. Invasi lewat laut
Invasi lewat laut merupakan invasi yang dilakukan melalui jalur laut atau dengan kata lain invasi ini dilakukan dengan menggunakan perairan untuk memasuki daerah musuh. Invasi lewat laut biasanya dilakukan bersamaan dengan metode lain, dan sebelum ditemukannya penerbangan, metode ini banyak digunakan sebab tidak ada cara lain untuk memasuki wilayah musuh.

Invasi lewat laut dapat sangat efektif jika dilakukan dengan tiba-tiba dan mengejutkan musuh, atau jika musuh tidak mempunyai pertahanan laut yang baik. Akan tetapi, metode ini juga sering merepotkan, karena banyak peralatan khusus yang diperlukan untuk melakukan, misalnya kendaraan amfibi.

Pada serangan lewat laut, minimnya pertahanan dan tempat persembunyian untuk pihak yang menyerang juga menjadi kendala. Selain itu, banyak terjadi hal-hal yang tak terduga, misalnya cuaca yang buruk dan benda-benda bawah laut.

Salah satu contoh invasi lewat laut yaitu pada pertempuran Tarawa, kendaraan pendarat Marinir AS tersangkut pada koral, dan diserang artileri dari darat. Kemudian mereka-mereka yang berhasil mendarat tidak mendapati tempat berlindung.

3. Invasi lewat udara
Metode invasi yang satu ini baru dilakukan pada abad ke-20 dan peperangan modern. Invasi lewat udara dilakukan dengan cara mengirimkan pasukan dengan menggunakan pesawat udara.

Pesawat ini dapat mendarat lalu pasukan yang di dalamnya keluar dan melakukan misi, atau tentara ini bisa keluar dari pesawat ketika masih berada di udara, dengan menggunakan parasut atau alat lain, dan mendarat di wilayah yang diinvasi.

Invasi lewat udara seringkali dilakukan sebelum invasi darat atau laut, tujuannya yaitu untuk mengambil alih posisi-posisi penting seperti jembatan dan perempatan, jauh di belakang garis pertahanan musuh.

Akan tetapi, invasi yang dilakukan hanya lewat udara saja belum pernah berhasil. Permasalahannya adalah persediaan dan bantuan personel. Pasukan penerjun payung tidak dapat membawa persediaan yang banyak dan harus dibantu oleh pasukan darat. Jumlah pasukan ini juga terlalu sedikit untuk melakukan serangan besar-besaran langsung.

Salah satu contoh invasi yang hanya dilakukan melalui misalnya ialah pertempuran Crete, Operasi Thursday, dan Operasi Market Garden. Operasi Market Garden ialah invasi yang dilakukan untuk memasuki wilayah Belanda yang dikuasai oleh Jerman pada Perang Dunia II yaitu pada September 1944.

Pada operasi ini, hampir 35.000 orang diterjunkan dengan parasut dan glider untuk merebut jembatan dari Jerman dan melancarkan gerak maju Sekutu.

Akan tetapi, meskipun dengan jumlah pasukan yang besar yang sekaligus mengejutkan pihak Jerman, invasi ini mengalami kegagalan dan setelah 9 hari bertempur, Sekutu harus mundur kembali setelah kehilangan lebih dari 18.000 orang. Dan pada abad ke-21 kini, seiring kemajuan teknologi pertahanan anti udara yang berkembang pesat, invasi lewat udara sudah tidak dapat diandalkan.

4. Meredam perlawanan
Setelah menembus perbatasan politik dan garis-garis militer, meredam perlawanan merupakan tujuan utama dan paling penting yang harus dicapai. Setelah berhasil mengalahkan angkatan bersenjata negara yang diinvasi, perlawanan akan terus datang dari pihak sipil dan pemberontak paramiliter.

Menghancurkan perlawanan sebuah negara yang diinvasi akan sangat sulit, bahkan tidak mungkin tercapai, sehingga dukungan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan invasi, misalnya melakukan propaganda seperti melalui brosur, buku, dan siaran radio untuk membujuk pemberontak agar menyerah, dan agar orang lain tidak bergabung dengan mereka.

Dalam hal ini, pasifikasi, yang biasa dinamakan dengan “memenangkan hati dan pikiran”, mengurangi keinginan pihak sipil untuk melakukan pemberontakan. Ini bisa dicapai dengan memberikan pendidikan ulang, membuat agar warga yang diinvasi bisa ikut dalam pemerintahan, atau, khususnya di tempat-tempat yang sangat miskin dan hancur, bisa dengan memberikan makanan, minuman, dan tempat tinggal.

Ada pula cara lainnya yaitu dengan memperlihatkan kekuatan militer dimiliki oleh negara yang menginvasi. Ini bisa dilakukan misalnya melalui parade militer di jalanan negara yang diinvasi agar membuat para pemberontak merasa ketakutan. Cara yang satu ini juga dapat ditambah dengan eksekusi publik tentara musuh, anggota pemberontak, dan musuh lainnya.

Contoh Invasi

Berikut beberapa contoh invasi yang pernah dilakukan oleh Indonesia terhadap negara lain di antaranya,
1. Timor Timur
Operasi Seroja merupakan sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dilakukan mulai tanggal 7 Desember 1975. Invasi ini dilakukan karena adanya desakan dari Amerika Serikat dan Australia yang menginginkan agar Fretilin yang menganut paham komunis tidak berkuasa di Timor Timur.

Selain itu, invasi tersebut juga dilatarbelakangi oleh adanya kehendak dari sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia dengan alasan etnik dan arti sejarah.

2. Papua Barat
Operasi Trikora (Pembebasan Irian Barat) merupakan konflik yang berlangsung selama 2 tahun yang dilancarkan oleh Indonesia dengan tujuan untuk menggabungkan wilayah Papua bagian barat.

Ir. Soekarno yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI mengumumkan pelaksanaan Trikora di Alun-alun Utara Yogyakarta pada 19 Desember 1961. Ir. Soekarno juga melakukan pembentukan Komando Mandala di bawah pimpinan dari Mayor Jenderal Soeharto selaku panglima dalam komando tersebut.

3. Malaysia
Tanggal 20 Januari 1963, Menlu Indonesia, Soebandrio mengumumkan bahwa Indonesia mengambil sikap bermusuhan terhadap Malaysia. Tanggal 12 April 1963, sukarelawan dari Indonesia (yang sepertinya bukanlah pasukan militer tidak resmi) mulai memasuki Sarawak dan Sabah dengan tujuan untuk menyebarkan propaganda dan melaksanakan penyerangan dan sabotase.

Tanggal 3 Mei 1963 dalam sebuah rapat raksasa yang digelar di Jakarta, Presiden Sukarno mengumumkan perintah Dwikora (Dwi Komando Rakyat) yang berisi di antaranya,
a. Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia,
b. Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak dan Sabah, untuk menghancurkan Malaysia.

4. Malaka
Sejak tahun 1509, Pati Unus, yang merupakan raja Demak, telah membuat rencana untuk menguasai Malaka. Ketika itu, Malaka dikuasai oleh Kesultanan Malaka. Perlu diketahui bahwa serangan Demak ke Malaka bukanlah sebuah serangan anti-kekuasaan asing, tapi sebuah invasi imperialis.

Pada tahun 1511, Alfonso D’Alburquerque, yang merupakan Laksamana armada Portugis, mendahului Pati Unus dalam menaklukkan Malaka, sehingga Sultan Malaka Mahmud Syah melarikan diri ke Bintan.

5. Singapura
Usman lahir di Purbalingga, Banyumas, Jawa Tengah (1943). Harun lahir di P Bawean, Surabaya (1947). Kedua nama tersebut merupakan nama samaran yang digunakan untuk tugas sebagai sukarelawan menyusup ke Singapura, untuk melakukan tugas sabotase dalam rangka Dwikora.

Ketika itu, Republik Indonesia terlibat dalam konfrontasi dengan Malaysia dan Singapura. Usman dan Harun tergabung dalam tim sabotir. Pada tanggal 8 Maret 1965, tepatnya pada malam hari dengan berbekal 12,5 kg bahan peledak mereka bertolak dengan perahu karet dari P Sambu. Mereka bisa menentukan sendiri sasaran yang dikehendaki.

Setelah melakukan serangkaian pengintaian, tepatnya pada suatu tengah malam terjadi ledakan di sebuah bangunan Mc. Donald di Orchard Road. Dalam peristiwa ledakan tersebut tiga orang tewas dan sejumlah lainnya luka-luka.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment