Desa Swadaya: Pengertian, Ciri, dan Contohnya

Table of Contents
Pengertian Desa Swadaya
Desa Swadaya

Pengertian Desa Swadaya

Desa swadaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah desa yang masih terikat oleh tradisi karena taraf pendidikannya relatif rendah, produksi diarahkan untuk kebutuhan primer keluarga, dan komunikasi ke luar sangat terbatas.

Desa swadaya merupakan desa terbelakang yang kekurangan sumber daya manusia maupun dana sehingga tidak mampu memanfaatkan potensi yang ada. Biasanya, desa ini terletak di wilayah yang jauh dari kota, kehidupan masyarakatnya masih tradisional, serta tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai.

Desa swadaya dicirikan dengan penduduknya yang sangat sederhana. Mereka memanfaatkan alam dan potensinya secara tradisional. Desa ini masih kental dengan hukum adat. Hubungan sosial masyarakat tertutup dan berpendidikan rendah.

Ciri Desa Swadaya

Terdapat beberapa karakteristik Desa Swadaya di antaranya,
1. Terisolir
Daerah ini memiliki ciri sebagai daerah yang terisolir dengan dunia luar. Saking terisolirnya bahkan tidak heran sinyal internet pun susah didapatkan. Dampak dari letak desa swadaya yang terisolir inilah penduduknya jadi jarang melakukan komunikasi serta mengikuti arus globalisasi.

2. Penduduknya Jarang-jarang
Penduduk yang jarang-jarang merupakan salah satu ciri Desa Swadaya, yang akhirnya berakibat dari wilayah ini menjadi terdiskriminasikan dengan wilayah lain.

Letak pedalaman membuat kelengkapan masyarakat yang berkeinginan hidup lebih maju perlahan-lahan meninggalkan daerah tersebut hingga sedikit jumlah penduduk yang tinggal di daerah desa swadaya.

3. Bermata Pencaharian Agraris yang Homogen
Mayoritas penduduk desa swadaya memiliki mata pencaharian bidang agraris. Seperti pertanian, nelayan, dan lain-lain. Namun pekerjaan tersebut bersifat homogen. Pekerjaan mereka masih menggantungkan musim karena tidak dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki oleh desa.

4. Tertutup
Masyarakat desa swadaya bersifat tertutup yang artinya tidak dapat menerima perubahan dari luar. Mereka masih menanggap bahwa berkehidupan yang terisolir menimbulkan kenyamanan tersendiri untuk mereka, terutama dapat lebih dapat menjaga marwah warisan dari Nenek Moyang.

5. Menomor Satukan Adat Istiadat
Adat istiadat menjadi alasan masyarakat di desa swadaya enggan bersikap terbuka. Mereka masih menjunjung tinggi adanya berbagai macam norma yang berlaku di masyarakat dan tidak mau terbuka dengan perubahan, sehingga norma-norma tersebut sebagian bersifat kaku jika diterapkan oleh dunia luar.

Seperti tidak menerima pembangunan Jalan Raya, tidak mau ada telekomunikasi, dan lain sebagainya.

6. Buta Teknologi
Buta teknologi yang dialami oleh masyarakat pedesaan swadaya ditimbulkan karena daerah mereka yang terisolir dan sifat masyarakat yang bersikap tertutup.

Ditambah pula daerah yang terisolir membuat sinyal internet tidak dapat merasuk daerah tersebut. Sehingga buta teknologi makin merambah masyarakat daerah desa swadaya.

7. Kurangnya Sarana dan Prasarana
Di daerah desa swadaya, sarana dan prasarana yang tersedia tidak lengkap. Sebagai contoh apabila penduduk di daerah tersebut yang hendak melahirkan masih percaya kepada dukun bayi. Dikarenakan tidak tersedianya rumah sakit bersalin yang dibangun pada daerah desa swadaya.

8. Gotong Royong Masih Kental
Masyarakat desa swadaya memiliki ciri yang melekat, yakni masih menjunjung tinggi gotong royong. Hajatan yang diacarakan oleh warga seperti pernikahan dan lain sebagainya masih menggunakan masak besar secara bersama sebagai penyediaan makanan.

9. Keluarga Memegang Pengawasan Sosial
Dalam desa swadaya, sifat kekeluargaan begitu kental. Setiap penduduknya menganggap seluruh penduduk desa tersebut adalah sanak saudara. Sehingga dalam arti penduduk daerah desa swadaya saling mengenal satu sama lain, bahkan hubungan mereka selayak mana saudara.

10. Belum Memaksimalkan Potensi Daerah
Penduduk desa swadaya memiliki ciri yang khas, yakni salah satunya belum memaksimalkan potensi daerah mereka. Sebagai contoh masyarakat sering bergonta-ganti mata pencaharian karena masih terpaku dengan perubahan musim yang ada di wilayah tersebut.

Contoh Desa Swadaya

Beberapa contoh desa swadaya yang ada di Indonesia dalam berbagai wilayahnya di antaranya,
1. Desa Kanekes
Desa Kanekes merupakan salah satu contoh desa swadaya yang terletak di Provinsi Banten dan dihuni oleh suku Baduy.

Suku Baduy menempati desa Kanekes sebagai bagian dari desa swadaya sebab masyarakat masih sangat berpegang teguh pada kebudayaan seperti misalnya pemilihan Kepala Desa yang tidak dilakukan berdasarkan prinsip Demokrasi namun lebih mementingkan adat istiadat.

Desa ini letaknya sangat terpencil apabila dibandingkan dengan desa-desa lain di sekitarnya dengan jumlah penduduknya sekitar 4.000 jiwa. Mata pencaharian penduduk di desa adalah bertani di area sawah dan tanah perkebunan.

2. Desa Sugihwaras
Desa Sugihwaras merupakan salah satu contoh desa swadaya yang terletak di Kecamatan Prambon, Kabupaten Nganjuk, Provinsi Jawa Timur. Halnya desa Kanekes, masyarakat yang tinggal di Desa Sugihwaras juga bermata pencaharian sebagai petani dan mengandalkan hasil pertanian tersebut untuk bertahan hidup.

Warga dari desa Sugihwaras ini melakukan segala hal dengan cara bergotong royong termasuk juga ketika membangun sesuatu, misalnya mereka bersedia secara sukarela menyumbangkan dana dan juga tenaga mereka untuk membangun berbagai fasilitas minim di desa mereka seperti jembatan, jalan setapak dan sebagainya.

3. Kampung Bena
Kampung Bena ialah salah satu perkampungan megalitikum yang terletak di Kabupaten Ngada, NTT. Kampung ini terletak di puncak bukit dengan view gunung Inerie.  Keberadaannya di bawah gunung menjadi ciri khas masyarakat lama pemuja gunung sebagai tempat para dewa.

Menurut penduduk kampung ini, mereka yakin terhadap keberadaan Yeta, dewa yang bersinggasana di gunung ini yang melindungi kampung mereka. Pada umumnya penduduk Bena bermatapencaharian sebagai peladang. Bagi para wanita mereka juga menenun.

Kampung ini sama sekali belum tersentuh kemajuan teknologi. Arsitektur bangunannya pun masih sangat sederhana yaitu hanya memiliki satu pintu gerbang untuk masuk dan keluar.

4. Desa Jangkang Lama
Jangkang Lama merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Lahei Barat, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Desa Jangkang Lama terbagi menjadi dua bagian yaitu bagian Timur dan Barat dari Sungai Kapuas.

Di desa ini belum tersedia fasilitas penerangan, sumber listrik diperoleh dari genset-genset yang dimiliki oleh warga masyarakat. Fasilitas pendidikan di desa ini berada di sisi barat dari desa, sedangkan fasilitas kesehatan seperti Puskesmas Pembantu dan Poskesdes berada pada sisi timur dari Sungai Kapuas.

5. Desa Sarimukti
Sarimukti adalah desa yang terletak di kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. Desa ini pula dilintasi dua anak sungai yang bermuara di Sungai Citarum, yaitu Sungai Cimeta yang menjadi perbatasan dengan Desa Rajamandala dan juga Sungai Cipicung, sehingga areal persawahan tidak begitu susah dalam memenuhi kebutuhan airnya.

Mata pencaharian penduduk Desa Sarimukti kebanyakan sebagai petani. Saat ini, jumlah penduduk desa lebih dari 6000 jiwa.

6. Desa Teluk Malewai
Adanya contoh desa swadaya di Kalimantan Tengah ialah Desa Teluk Melewai yang notabene berada di Kabupaten Barito Utara. Wilayah ini kerapkali terkena bencana alam khususnya Banjir yang memanglah akibat adanya lupan DAS (Daerah Aliran Sungai).

Meski demikian, penggolongan atas desa Desa Teluk Melewai sebagai desa swadaya lainnya lantaran kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat. Meskipun, untuk pembangunannya pada saat ini telah dilakukan misalnya saja adanya Dana CSR-PPM Rp 404,5 Juta yang disalurkan oleh PT PIS pada Tahun 2021 ini.

Lihat Juga: Desa Swakarya: Pengertian, Fungsi, Ciri, dan Contohnya

Desa Swasembada: Pengertian, Ciri, dan Contohnya

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment