Candi: Pengertian, Sejarah, Fungsi, Tujuan, Jenis, Contoh Candi di Indonesia

Table of Contents
Pengertian Candi
Candi Prambanan di Jawa Tengah

Pengertian Candi

Candi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bangunan kuno yang dibuat dari batu (sebagai tempat pemujaan, penyimpanan abu jenazah raja-raja, pendeta-pendeta Hindu atau Buddha pada zaman dulu). Istilah candi diduga berasal dari kata candika yang berarti nama salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian.

Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen tempat pendharmaan untuk memuliakan raja anumerta (yang sudah meninggal) contohnya candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati. Halnya  istilah Wat yang dikaitkan dengan candi di Kamboja dan Thailand. Dengannya, bangunan candi tidak hanya di Nusantara, tetapi juga terdapat di negara-negara lain.

Bangunan berupa candi juga terdapat Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Sri Lanka, India, Vietnam, dan Nepal. Contohnya yaitu seperti candi Angkor Wat di Kamboja dan candi Khajuraho di India. Informasi lain juga menyebutkan bahwa istilah candi juga terdengar mirip dengan istilah chedi dalam bahasa Thailand yang artinya stupa.

Akan tetapi dari sudut pandang Bahasa Indonesia, istilah 'candi' juga merujuk kepada semua bangunan bersejarah Hindu-Buddha di seluruh dunia. Candi utamanya digunakan sebagai tempat ritual ibadah, pemujaan dewa-dewi, penghormatan leluhur ataupun memuliakan Sang Buddha. (Baca Juga: Candi Hindu Budha: Pengertian, Ciri, Perbedaan, dan Contohnya)

Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana (kraton), pemandian (petirtaan), gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi.

Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru. Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru.

Candi-candi dan pesan yang disampaikan lewat arsitektur, relief, serta arca-arcanya tak pernah lepas dari unsur spiritualitas, daya cipta, dan keterampilan para pembuatnya.
 

Candi Menurut Para Ahli

1. Soekmono, candi dapat diartikan sebagai tempat  pemujaan dan pendharmaan para raja. Candi juga bisa dimaknai sebagai segala bentuk struktur bangunan yang berasal dari Kerajaan Hindu-Budha.
2. Dr. Stutterheim, kata candi merupakan kependekan dari “candika”, yang merupakan nama salah satu Dewa Durga atau Dewa Maut yang berasal dari Indonesia.
3. Dr. Soetjipto Wirjosuparto, kata candi merupakan penggabungan kata “ndi” yang artinya penghormatan dan kata “pundi” yang artinya menghormati, sehingga kata candi tersebut bisa diartikan sebagai tempat penghormatan dan pemujaan.

Sejarah Candi

Kata ‘candi’ mengacu pada arti sejarah bangunan dengan berbagai bentuk dan fungsi, seperti tempat ibadah, pusat pengajaran agama, tempat pemakaman untuk menjaga abu raja, tempat tinggal dewa, tempat pemandian kerajaan, atau pintu gerbang. Meskipun candi pernah melayani banyak fungsi, mereka dibangun sebagian besar untuk mengakomodasi kegiatan agama Buddha atau Hindu.

Tujuan dan manfaat candi tidak terlepas dari sejarah kerajaan Jawa dan perkembangan agama Buddha dan Hindu di Jawa dari abad ke-7 hingga abad ke-14. Sejak agama Buddha dan Hindu datang dari India, desain sebagian besar candi mengadopsi gaya India dalam banyak aspek, seperti teknik konstruksi, gaya arsitektur, dan dekorasi.

Namun, karena pengaruh budaya lokal dan lingkungan alam yang luas, desain candi-candi di Indonesia mempertahankan karakteristiknya yang unik dalam penggunaan bahan bangunan, teknik konstruksi, dan gaya dekorasi. Dinding candi biasanya dihiasi dengan patung relief yang menggambarkan sebuah cerita atau ajaran agama.

Buku Manasara menyatakan bahwa desain candi adalah dasar untuk seni merancang gerbang. Ada dua fungsi gerbang. Pertama, ini menandai batas suatu area. Kedua, itu menjadi bukaan melalui dinding yang melampirkan senyawa bangunan.

Sebagai bagian luar dari struktur bangunan yang lebih besar, sebuah gerbang memainkan peran penting karena menggemakan kemegahan bangunan utama yang dilingkupinya. Perbedaan antara gerbang dan kuil terletak pada desain interiornya.

Beberapa buku agama India kuno seperti Manasara menggambarkan aturan kanonik, yang dipegang teguh oleh pembangun India, karena membangun sebuah gerbang. Pembangun pada suatu waktu percaya bahwa aturan yang diuraikan dalam buku-buku agama itu adalah suci dan memiliki properti magis.

Mereka bersikukuh bahwa bangunan indah yang dibangun dengan benar sesuai dengan aturan seperti itu akan bermanfaat bagi pembangun dan penguasa yang mendukung pembangunan tersebut.

Bangunan seperti itu akan membawa kesejahteraan dan kebahagiaan bagi masyarakat. Keyakinan ini mendasari persiapan agama dan teknis yang kompleks yang dilakukan oleh pembangun.

Salah satu persiapan teknis yang paling penting adalah memberikan cetak biru yang tepat untuk memastikan bahwa bangunan yang akan didirikan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pembangun. Cetak biru itu harus sesuai dengan aturan dan persyaratan kanonik tertentu yang mengatur bentuk, ukuran, atau tata letak candi.

Candi masih menjadi pemandangan umum di banyak tempat di Indonesia, yang sebagian besar berlokasi di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali. Sementara sebagian besar candi telah runtuh, beberapa masih bertahan dan bahkan mempertahankan fungsinya sebagai tempat ibadah. Candi, sebagai produk budaya, mencerminkan zaman keemasan kerajaan di masa lalu.

Sebagian besar candi Hindu di Indonesia dibangun oleh raja selama masa hidup mereka. Patung-patung dewa dan dewi, seperti Wisnu, Brahma, Tara dan Durga, yang ditempatkan di dalam candi, adalah manifestasi dari leluhur mereka. Sebuah batu pahatan ditempatkan di candi untuk menandai pengabdian raja.

Terkadang kisah singkat tentang kehidupan raja yang memerintahkan pembangunan candi diukir di atas batu. Tidak seperti candi Hindu, sebagian besar candi Budha dibangun untuk menyoroti pengabdian religius raja dan untuk meminta berkah. Candi-candi Buddha di Indonesia melestarikan ajaran Buddha Mahayana, yang menjadi milik umat Buddha Indonesia saat ini, sedangkan Buddha di Myanmar dan Thailand adalah Hinayanis.

Fungsi Candi

Sementara beberapa fungsi pembuatan candi di antaranya,
1. Tempat Pemujaan
Pembuatan candi berfungsi sebagai tempat pemujaan dewa-dewi yang dipercaya oleh umat agama Hindu maupun Budha. Selain difungsikan sebagai tempat pemujaan, ternyata candi juga dipakai untuk tempat tinggal para pemuka agama dan melakukan kegiatan bersemedi dalam menjalankan ajaran agamanya. Salah satu contohnya candinya ialah candi plaosan dan candi sari.

2. Sebagai Pendharmaan
Pembangunan candi juga bukan dibuat dengan asal-asalan, justru bangunan candi dibentuk dengan gaya arsitek yang begitu baik. Candi yang dibangun dengan baik ini pula dibuat khusus sebagai cara untuk memuliakan arwah raja atau seseorang tokoh penting.

Hingga pada akhirnya muncullah kepercayaan bahwa arwah yang telah meninggal tersebut dipercaya membentuk dewa dan harus dipuja. Maka dari itu candi juga dianggap sebagai tempat pemujaan. Contohnya yaitu candi simping di Blitar.

3. Sebagai Pertapaan
Fungsi berikutnya dari pembuatan candi yaitu digunakan untuk pertapaan. Pada dasarnya sebagian besar lokasi pemilihan untuk mendirikan sebuah candi yaitu ada di sekitar lereng-lereng gunung.

Dengan lokasi tersebut juga sesuai dengan fungsi candi yang baik untuk bertapa. Maka dari itu dengan melakukan pertapaan di candi beberapa orang akan mendapatkan ketenangan, petunjuk, dan lain-lain. Contohnya yaitu candi gedong songo di Bandungan, candi dieng dan lain-lain.

4. Sebagai Pusat Pengajaran Agama
Candi juga berfungsi untuk pusat pengajaran agama. Karena candi memang khusus didirikan sebagai bentuk bangunan keagamaan, maka bangunan itu pula yang menjadi jembatan bagi masyarakat untuk memperoleh ajaran agama.

5. Sebagai Gapura
Candi dapat pula bermanfaat sebagai gapura, hal ini tentu saja ialah candi yang dibentuk dengan bentuk bangunan seperti gapura yang memiliki tujuan untuk masuk ke bangunan inti dari suatu kawasan. Contohnya yaitu candi boko, dan candi plumbangan.

6. Sebagai Pemandian
Fungsi candi selanjutnya ialah candi sebagai pemandian. Artinya ada beberapa candi yang khusus untuk pengairan. Maka dari itu tidak heran apabila beberapa lokasi pembuatan candi ada di sekitar tengah kolam atau berdekatan dengan sumber air. Contohnya seperti candi tikus, candi jalatunda, dan lain-lain.

7. Candi Gerbang
Candi gerbang merupakan fungsi candi yang berikutnya yaitu dijadikan sebagai pintu keluar atau masuk menuju tempat istana atau kerajaan pada jaman dahulu. Contohnya yaitu gerbang di Komplek Wringin Lawang, Ratu Boko, Bajang Ratu, dan Candi Plumbangan.

8. Candi Wihara
Terakhir, fungsi yang dimiliki oleh pembuatan candi yaitu digunakan untuk wihara. Artinya candi dibangun sebagai tempat para pendeta atau biksu yang tinggal dan bersemadi pada candi tersebut. Contohnya ialah candi sari dan candi plaosan

Tujuan Candi

Beberapa tujuan dari proses pembuatan candi di antaranya,
1. Tempat penyimpanan abu jenazah raja yang sudah meninggal
Candi bukan hanya sebuah bangunan yang didirikan hanya untuk mengisi kekosongan lahan. Akan tetapi pembuatan candi juga bertujuan untuk tempat penyimpanan abu jenazah para raja yang telah meninggal. Maka dari itu tidak heran apabila pembuatan candi dihubungkan dengan arti sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah ada di masa lampau.

2. Tempat pemujaan Buddha
Pembuatan candi juga memiliki tujuan lain yaitu untuk menjalankan keagamaan. Artinya, dengan adanya bangunan candi yang bisa dipakai untuk tempat beribadah atau pemujaan ini nantinya diharapkan bisa membuat manusia meninggalkan nafsu dunia dan menuju pencerahan Buddha.

Jenis Candi

Terdapat beberapa macam jenis candi di antaranya,
1. Berdasarkan agama
Ditinjau dari latar belakang keagamaannya, candi dibedakan menjadi 4 di antaranya,
a. Candi Hindu
Candi Hindu merupakan candi yang dibangun untuk memuliakan dewa-dewa Hindu seperti Siwa atau Wisnu. Contohnya yaitu Candi Prambanan, Candi Gebang, Kelompok candi Dieng, Candi Gedong Songo, Candi Panataran, dan Candi Cangkuang.

b. Candi Buddha
Candi Budha merupakan candi yang berfungsi untuk pemuliaan Buddha atau keperluan biksu sanggha. Contohnya yaitu Candi Borobudur, Candi Sewu, Candi Kalasan, Candi Sari, Candi Plaosan, Candi Banyunibo, Candi Jabung, kelompok candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus.

c. Candi Siwa-Buddha
Candi Siwa-Budha merupakan candi sinkretis perpaduan antara Siwa dan Buddha. Contoh candi Siwa-Budha yaitu Candi Jawi.

d. Candi non-religius
Candi non religius merupakan salah satu bentuk candi sekuler atau candi yang tidak jelas sifat atau tujuan keagamaan-nya. Contohnya yaitu Candi Ratu Boko, Candi Angin, Gapura Bajang Ratu, Candi Tikus, Candi Wringin Lawang.

2. Berdasarkan hierarki dan ukuran
Ditinjau dari segi ukuran, kerumitan, dan kemegahannya, candi bisa dibagi menjadi  beberapa hierarki, dari candi terpenting yang biasanya sangat megah, hingga candi yang sederhana.
a. Candi Kerajaan
Candi kerajaan adalah candi yang digunakan oleh seluruh warga kerajaan, sebagai tempat digelarnya upacara-upacara keagamaan penting kerajaan. Candi ini biasanya dibangun mewah, besar, dan luas. Contohnya yaitu Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Sewu, dan Candi Panataran.

b. Candi Wanua atau Watak
Candi wanua atau matak adalah candi yang digunakan oleh masyarakat di daerah atau desa tertentu pada suatu kerajaan. Candi jenis ini biasanya berukuran kecil dan hanya bangunan tunggal yang tidak berkelompok.

Contohnya yaitu candi yang berasal dari masa Majapahit, Candi Sanggrahan di Tulung Agung, Candi Gebang di Yogyakarta, dan Candi Pringapus.

c. Candi Pribadi
Candi pribadi adalah candi yang digunakan untuk mendharmakan seorang tokoh, atau bisa juga dikatakan mempunyai fungsi mirip makam.

Contohnya yaitu Candi Kidal (pendharmaan Anusapati, raja Singhasari), candi Jajaghu (Pendharmaan Wisnuwardhana, raja Singhasari), Candi Rimbi (pendharmaan Tribhuwana Wijayatunggadewi, ibu Hayam Wuruk), Candi Tegowangi (pendharmaan Bhre Matahun), dan Candi Surawana (pendharmaan Bhre Wengker).

Contoh Candi di Indonesia

Berikut beberapa contoh candi yang ada di Indonesia di antaranya,
1. Candi Muara Takus
Candi Muara Takus terletak di Kampar, Provinsi Riau. Candi ini adalah tempat pemujaan Budha Mahayana. Kuil ini dibangun pada masa kerajaan Sriwijaya, sekitar abad 9-10 Masehi.

2. Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Muntilan, Jawa Tengah. Candi ini dibangun di atas bukit dan dikelilingi oleh Bukit Menoreh yang membentang dari timur ke barat. Gunung Merapi terletak di sebelah timur dan Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro di sisi barat. Candi Borobudur didirikan pada 824 M (746 Saka).

3. Candi Prambanan
Candi Prambanan juga disebut Jonggrang. Terletak di Kabupaten Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini didirikan pada abad ke-8 selama kerajaan Hindu Mataram. Candi Prambanan adalah bangunan suci bagi Siwa Hindu.

4. Candi Penataran
Candi Penataran terletak sekitar 11 Km dari kota Blitar, Jawa Timur. Candi ini didirikan pada masa Kerajaan Majapahit pada tahun 1350. Menurut buku Negarakertagama, pada tahun 1350 Raja Hayam Wuruk pernah berziarah ke candi ini. Selain Candi Penataran, Jawa Timur juga terdapat Candi Jawi yang terletak di Tretes, Malang, Jawa Timur.

5. Candi Gedong Songo
Candi Gedong Songo terletak di Jawa Tengah, tepatnya di Kabupaten Semarang. Saat ini ada sembilan candi yang dibangun, tetapi sekarang telah tinggal enam candi. Candi tersebut bercorak Hindu.

6. Candi Jago
Candi Jago terletak di Jawa Timur, tepatnya di desa Jago, Kecamatan Tumpang, Malang. Candi ini merupakan perpaduan antara nuansa Hindu dan Budha. Candi ini adalah tempat pemakaman Ranggawuni, sedangkan istrinya bernama Narasinghamurni dimakamkan di Candi Kumitir.

7. Candi Kidal
Candi Kidal terdapat di Malang, Provinsi Jawa Timur. Candi tersebut bercorak Hindu. Candi itu digunakan untuk pemakaman mayat Raja Anusapati yang telah memimpin Singhasari.

Dari berbagai sumber

Download

Aletheia Rabbani
Aletheia Rabbani “Barang siapa yang tidak mampu menahan lelahnya belajar, maka ia harus mampu menahan perihnya kebodohan” _ Imam As-Syafi’i

Post a Comment